“Pak, Anda apa tidak menyesal?” tanya Dirga terlihat penasaran dengan jawaban dari Kenzo setelah ini.Pria berlesung pipit itu tersenyum smirk sambil mengitari gelasnya dengan jari telunjuk. “Saya tidak akan perna menyesal. Dia yang sudah sebegitu jahatnya dengan saya. Kamu tahu, dia sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan saya dulu. Yang dia dan keluarganya pikirkan hanyalah uang dan uang saja. Saya jadi tahu, bagaimana mereka sebegitu rendahnya menghina orang miskin dan menyombongkan apa yang mereka miliki.”Dirga terdiam. Pria itu manggut-manggut saja, membiarkan bosnya itu menceritakan semua unek-uneknya.“Sepertinya saya malas kembali ke hotel. Nanti, antarkan saya pulang ke mansion, Ga!” perintah Kenzo yang seperti sudah mabuk. Pria itu sedari tadi ngedumel membicarakan sebagaimana buruknya keluarga Kinara.“Baik, Pak,” jawab Dirga dengan hormat.Kenzo sengaja berbohong kepada Kinara jika dirinya sedang berkencan dengan wanita lain. Tujuannya adalah memanas-manasi istrinya.
‘Next saja sepertinya. Saat ini tidak tepat,’ batin Dirga yang kemudian pergi dari kamar mewah Kenzo.Pria berhidung kecil itu menuruni anak tangga sambil bergelud dengan pikirannya sendiri. Jujur saja, dia masih penasaran dengan rencana Kenzo setelah ini. Namun, mengingat tujuannya belum tercapai, dia harus menahan diri untuk tidak bertindak dengan gegabah.“Mas Dirga,” panggil Agus yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.“Kamu belum kembali ke pos, Gus?” tanya Dirga.Tampak Agus menggeleng. “Saya mau tanya, bukankah ini malam pengantinnya Pak Bos? Kenapa Nyonya tidak pulang ke mansion ini?”Entah apa yang akan Dirga jawab, tentu dia tidak bisa asal bicara kepada siapa saja, meski itu hanya Agus yang setia kepada Kenzo. Tentu atasannya itu akan mengamuk, jika dia membocorkan semua rahasia Kenzo kepada Agus. Takut-takut, jika pria berkepala plontos itu akan keceplosan dan berita itu akan sampai di telinga Kinara.“Pak Kenzo baru saja mabuk. Dia takut kena sembur Nyonya Kinara. Dari
“Pak Dirga, apa semalam Mas Kenzo beneran bertemu dengan wanita lain?” tanya Kinara membuat Dirga tersendak air liurnya sendiri.“Ehemm ….” Dirga berdeham untuk menstabilkan suaranya. “Maaf, Bu. Sepertinya itu bukan kapasitas saya untuk menjawabnya. Sekali lagi maaf, Bu.”Kinara tersenyum getir. Entah itu benar atau tidak, sepertinya tuganya adalah tidak membuat suaminya itu kembali marah-marah dengan sikap protesnya.Sesampainya di mnsion, setengah berlari Dirga membukakan pintu mobil untuk Kinara.“Terima kasih, Pak Dirga.”“Sama-sama, Bu. Silakan!”Kinara menatap bangunan mewah berlantai tiga. Di sana dulu dia mendapatkan kenyamanan dan juga perlindungan. Kinara berharap akan mendapatkan hal itu lagi di sana setelah mendapatkan gelar istri dari Kenzo Wirawan. Namun, mengingat sikap Kenzo kemarin yang tiba-tiba keras dan ketus, tentu membuatnya menjadi takut.“Selamat datang, Nyonya,” sapa Ana dan juga Zana di ruang tamu.Mereka berdua sengaja menyambut kedatangan Kinara yang sekara
“Marah-marah bagaimana, Nyonya?” tanya Ana balik ke Kinara.“Maksud saya, apa Mas Kenzo suka marah-marah tidak jelas sama kalian?”Ana menggeleng kuat. “Pak Kenzo akan marah, jika kami memang melakukan kesalahan yang fatal, Nyonya. Jika kami tidak ada salah apapun dan mungkin kerjaan di kantor sedang ruwet, Pak kenzo hanya akan diam dan enggan berkata apa-apa.”Jujur saja mendengar seperti itu membuat Kinara lebih over thinking. Jika Kenzo bukanlah pria temperamental, lalu apa alasan pria itu selalu marah terhadapnya? Bahkan suaminya itu enggan tidur satu kamar dengannya. Kinara merasa ada yang janggal di sini. Dia memang menyadari, jika pernikahannya itu tanpa cinta. Namun, mengingat Kenzo pernah berjanji untuk menjadi suami yang baik, tentu membuat Kinara semakin bertanya-tanya mengenai kejelasan hubungan mereka.“Nyonya, itu telurnya kenapa ditambah lagi?” tanya Ana.Kinara berjengit. “Astaga, saya keblalasan, Mbak.”“Sepertinya Nyonya sedang banyak pikiran. Kalau begitu, biar saya
“Gagalkan kerja sama perusahaan Baim Nugroho dengan investor itu,” perintah Kenzo kepada Dirga.“Pak, bukannya Tuan baim adalah mertua Anda?” tanya Dirga terlihat heran.“Saya bilang gagalkan. Kalau bisa bujuk investor itu untuk bergabung dengan Andi Wassahi.” Kenzo tersenyum smirk.“Andi Wassahi rival bisnisnya Tuan Baim?” tanya Dirga tidak habis pikir dengan pikiran seorang pria yang sudh lebih dari 3 tahun itu menjadi atasannya.“Yups. Kalau bisa, buat perusahaan baim colabs.”Kenzo memiliki hubungan yang baik dengan investor yang hendak kerja sama dengan mertuanya. Membuat keluarga Kinara adalah sebagian dari rencananya.“Kabari jika kerjaan kamu sudah selesai,” ucap Kenzo langsung masuk ke ruangannya, lalu menutup pintu tersebut.Kenzo kembali mengingat, bagaimana mertuanya dulu menentang hubungannya dengan Kinara. Bahkan mereka menghinanya habis-habisn. Kenzo tersenyum smirk sambil mengepalkan tangannya. “Karma akan menyicil.”Kenzo berjengit setelah mendengar ketukan pintu. “Ma
“Tolong apa?”“Apa besok bisa temani aku untuk menghadiri makan malam keluarga? Papa mengundang kita untuk makan malam bersama.”Tampak Kenzo tengah berpikir keras. Besok adalah hari kehancuran keluarga Kinara. Rasanya tidak mungkin jika dia akan di sana. “Sepertinya tidak bisa. Saya ada rapat dengan klien.”‘Ternyata aku bukan apa-apa bagi dia. Harusnya aku sadar diri.’ Kinara tertunduk, detik kemudian dia mendongak dengan memasang wajah yang dibuat setegar-tegarnya. “Baiklah kalau begitu. Aku permisi du—““Tunggu!” sergah Kenzo yang kini menghampiri Kinara. Pria bertubuh jakung itu meraih tangan istrinya, lalu dia tuntun untuk duduk di tepi ranjangnya. “Saya akan berusaha untuk datang. Tapi, jika waktunya tidak keburu, saya harap kamu bisa maklum, ya.”Kinara memberanikan diri untuk menatap mata suaminya. Sorot mata yang teduh dengan wajah datar seperti biasanya. Namun, melihat mata Kenzo, hati Kinara berdesir. Sama persis ketika melihat mata Keny. Hanya saja, tatapan Keny sangat me
“Iya, Pak. Kami juga ingin seperti Bapak yang memiliki bayi yang menggemaskan.” Kinara menjawab dengan tenang, meski terlihat dari wajahnya, jika Kinara sedang menutupi perasaannya.“Semoga kalian lekas diberikan momongan, ya.”Keduanya mengaminkan ucapan Mike.“Oh, ya, Pak Mike. Kita ke sana dulu, ya. Belum ucapin selamat buat Pak jhony juga,” pamit Kenzo seraya menggandeng Kinara.“Silakan.” Mike mengangguk..Sementara Kenzo berbicara mengenai bisnis bersama rekan-rekannya, Kinara duduk sendiri menikmati makanannya. Wanita bertubuh sexy itu merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa pria yang tidak dia kenal.Kinara berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan mereka. ‘Duh, ini kapan selesainya, sih. Risi sekali melihat mereka.’Seorang pria jakung dengan rambut gondrong yang diikat menaruh minumannya di meja, tepat di depan Kinara. “Boleh saya gabung?”Kinara mendongak. Memberanikan diri menatap pria yang sudah terlebih dahulu berani duduk di mejanya.“Maaf, saya sudah ada—““Saya s
“Mau kamu apa, sih, Mas?”Kenzo melirik Kinara sekilas, lalu kembali fokus dengan kemudi. “Saya tidak suka sama istri pembangkang.”“Sepertinya aku bukan istri kamu. Aku hanya boneka kamu,” ucap Kinara.Kenzo yang mendengar ucapan Kinara seperti itu, lantas menepikan mobilnya. “Apa kamu bilang?” tanyanya dengan suara meninggi.“Aku bukan istri kamu, Mas. Tapi aku ini boneka kamu. Mana janji kamu yang akan memperlakukan aku sebagai seorang istri? Sepertinya semua hanya janji-janji palsu.”Kenzo mengepalkan tangannya. Begitu tidak suka dengan ucapan Kinara yang menurutnya sangatlah lancang. “Diam,” desisnya.Kinara terdiam. Wanita bermata sipit itu tertunduk. Bahkan Kenzo bisa mendengarkan isak tangis dari Kinara.Kobaran api ammarah yang berada pada Kenzo perlahan mereda setelah mendengar tangis dari Kinara yang semakin keras. Tidak tahu apa yang akan dia perbuat, Kenzo kembali menjalankan lagi mobilnya. Kali ini dengan kecepatan lebih. Berharap jika Kinara akan berhenti menangis.Kina