Share

Bab 07

Kiara tidak segera menyahuti pertanyaan suaminya. Kalau dibilang siap, tentu Kiara tidak siap haris melepaskan mahkota yang selama ini dijaga. Di sisi lain, Kiara ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan demi memenuhi keinginan Tere.

"Aku akan tidur di sofa," kata Andra beranjak dari ranjang tanpa melihat pada Kiara. "Tidurlah, aku tidak akan menyentuhmu."

Ucapan Andra yang terkesan santai membuat Kiara mengira kalau lelaki itu memang tidak mau menyentuhnya. Andra pasti berat harus tidur bersama wanita yang tidak dicintai. Kalau bukan karena keinginan Tere, pasti Andra tidak akan di kamar ini bersamanya.

Kiara tiduran sambil menatap langit-langit kamar. Entah sampai kapan dia dan Andra akan menahan diri untuk tidak saling menyentuh. Padahal, mereka harus segera melakukan hubungan intim agar bisa mewujudkan keinginan Tere untuk agar Andra punya keturunan.

"Kamu belum tidur, Kiara?" tanya Andra tanpa melihat pada Kiara yang ada di atas ranjang.

Perempuan itu menoleh pada sang suami yang melihat ke langit-langit. "Aku ... belum terlalu mengantuk. Mas kok belum tidur?"

"Aku memikirkan Tere," balas Andra mengubah posisi menjadi miring, sehingga bisa melihat istrinya.

"Dia wanita yang kuat, Mas. Dia rela berbagi suami demi melihat Mas punya keturunan," timpal Kiara mengalihkan pandangannya. "Kalau wanita lain, pasti tidak akan rela melakukannya."

"Kamu benar," jawab singkat lelaki itu.

Kiara kembali menoleh pada sang suami yang sudah memejamkan matanya.

Lelaki tampan itu tampak damai dalam tidurnya. Kiara memperkirakan kalau Andra pasti berat menerima permintaan istri pertamanya. Tetapi, rasa cintanya pada Tere membuat Andra rela melakukan apapun. Kiara jadi iri dan ingin sekali saja merasakan dicintai seperti itu. Namun, dia sadar kalau Andra tidak mungkin memperlakukannya seperti itu. Kalaupun ingin mendapatkannya dari laki-laki lain, jelas tidak bisa. Kiara tidak mau menjadi perempuan yang selingkuh hanya demi mendapatkan sebuah cinta. Walaupun ingin tetapi tidak akan bisa mendapatkan cinta seperti yang diinginkan. Cukuplah cinta dan kesembuhan dari kakaknya -Fira-.

Tak lama kemudian, Kiara ikut memejamkan matanya. Besok dia harus bekerja dan tidak mau kalau sampai telat.

*****

Kiara sudah siap dengan pakaian kerja yang diberikan oleh Tere, apalagi mengingat dirinya tidak bawa pakaian ganti. Setelah itu, Kiara membantu Tere menyiapkan sarapan di meja makan.

"Besok-besok kamu yang siapkan pakaian buat Bang Andra ya, Ra. Sekalian nanti aku akan kasih tau apa saja yang disuka dan tidak sama dia," ucap Kiara yang wajahnya masih pucat, tetapi selalu tersenyum.

"Tidak perlu mengajarinya, kamu saja sudah cukup untuk melakukan itu, Honey," seru Andra yang tidak sengaja mendengar perkataan istri pertamanya.

"Abang, Kiara harus belajar dari sekarang sebelum aku-- ."

"Hidupmu masih lama, Honey! Berhenti bicara asal!" kaya Andra dengan wajah tidak suka, tetapi dia tidak bisa marah pada istrinya, apalagi wanita itu sedang sakit. "Maaf kalau nada suaraku keras."

"Benar kata Mas Andra, kamu tidak boleh bicara asal soal kematian," sela Kiara menimpali perkataan Andra.

Tere paham dengan maksud kedua orang yang dia sayangi. Dia mendekati Andra yang masih berdiri. "Maaf sudah salah bicara, tapi aku mau Kiara ikut andil mengurus Abang. Apalagi kalau aku sakit atau sudah waktunya untuk pergi."

"Baiklah, tapi aku tetap mau kamu melayaniku!" putus Andra mengalah pada istrinya.

Tere segera memeluk suaminya, lalu memberikan kode agar Kiara mendekat. Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Kiara mendekati pasangan yang berpelukan itu. Tanpa dia sadari kalau Tere menariknya agar mereka bisa saling berpelukan.

Kiara masih penasaran dengan sikap Tere yang begitu menerima pernikahan kedua suaminya. Wanita itu bersikap seolah tidak ada beban dan sangat menunggu moment seperti saat ini.

Kemudian mereka pun segera sarapan karena Andra dan Kiara harus berangkat bekerja. Sedangkan Tere harus istirahat dengan optimal.

"Ra, kamu berangkat sama Mas Andra saja," saran Tere pada istri kedua suaminya.

"Eh?! Aku ... naik angkot saja, Re. Nanti kalau ada karyawan yang lihat aku berangkat bersama Mas Andra, mereka malah curiga," balas Kiara yang belum mau mempublikasikan hubungan pernikahannya dengan Andra.

"Tidak apa-apa! Mereka tidak akan curiga!" balas Andra yang tidak mau melihat Tere kecewa dengan penolakan Kiara. "Masuklah ke dalam mobil."

Meskipun awalnya menolak, Kiara mau tidak mau masuk ke dalam mobil untuk berangkat bersama Andra. Hal itu membuat Tete merasa senang, bahkan melambaikan tangannya saat mobil sang suami mulai melaju.

Selama perjalanan, tidak ada percakapan di antara Kiara dan Andra. Mereka masih tidak leluasa berbincang, meskipun beberapan kali sudah saling bicara. Namun, tetap saja Kiara masih bingung untuk mulai pembicaraan lebih dulu.

"Sudah sampai," ucap Andra yang sudah menghentikan mobilnya di depan butik milik Tere.

"Ah, makasih sudah antar aku, Mas," balas Kiara sambil mengulurkan tangannya.

Andra menaikkan sebelah alisnya, kemudian menerima uluran tangan sang istri. Kiara pun mencium punggung tangannya, lalu keluar dari mobil.

Siapa sangka, tepat saat itu teman kerja Kiara juga baru tiba di butik. Mereka saling bertatapan, membuat Kiara merasa khawatir temannya akan berpikir macam-macam. Apalagi semua karyawan butik sangat mengenali mobil Andra yang selalu mengantar-jemput Tere.

"Kamu diantar suaminya Bu Tere ya, Ra?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status