Share

Ingatan yang Tak Kembali

“Teman hayalmu itu?” lanjut ibunya.

“Kakek Romli, bu,” ujar Ardhan sembari tersenyum lebar memamerkan giginya yang putih.

“Hussh, belum punya cucu kok dipanggil Kakek,” larang ibunya. “Kalau dia tahu bisa marah lho.”

“Makanya jangan sampai dia tahu, Bu.”

Ardhan senang karena berhasil mengalihkan perhatian ibunya, tak lagi curiga si Kakek melainkan Pak Romli. Kini Ardhan menikmati cemilan yang dibeli oleh ibunya tadi dengan lahap. Selesai makan Ardhan duduk di ruang keluarga tak lama kemudian ayahnya ikut bergabung dengannya.

Sore ini mereka berdua menonton acara berita di televisi, hampir semua menayangkan tentang kasus pembunuhan. “Manusia sekarang jauh lebih jahat ketimbang setan,” cicit ayahnya. “Nyawa seseorang itu tidak ada artinya lagi,” imbuhnya.

Ardhan setuju dengan pendapat ayahnya, melihat apa yang dilihatnya memang kasus-kasus tersebut sangat mengerikan, para pembunuhnya benar-benar tidak punya hati nurani lagi. Mata mereka semuanya berwarna merah menyala.

Ketika sedang asy
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status