Fina sedang mengambil ancang-ancang untuk melakukan servis. Dia menatap ke arah regu lawan mencari celah kemudian mengucap bismillah.
1,2,3. Bugh.
Servis cepat dan keras dia layangkan ke arah lawan. Lawannya yang ada di pojok gelagapan dan tak mampu menangkis servis yang dilayangkan Fina. Satu poin untuk tim Fina.
Fina melakukan servis kembali dan lagi servisnya tak bisa dikendalikan oleh lawan. Fina terus bermain bersama kawan-kawan hingga hasil akhir kelasnya menang dan menjadi juara pada acara class meeting sebelum akhir semester satu.
"Keren Fina. Kita menang," teriak Yuni dan langsung memeluk Fina.
Fina dan timnya bersalaman dengan tim lawan kemudian Fina dan tim segera menuju ke ruang istirahat. Fina membuka botol air mineral, membaca doa dan meminumnya sampai habis. Yuni duduk di sebelah Fina.
"Masih capek Fin?"
"Udah enggak.
"Kalau udah gak capek. Yuk, ke arena basket. Lihat Zio, Zaky sama Yudho main," ajak Yuni.
Fina sedang membetulkan tali sepatunya. Dia baru saja mengelilingi lapangan bersama keluarga besarnya. Kebetulan Keluarga Royyan dan Fiqa juga sedang menginap di rumah, rumah jadi rame pokoknya.Fina berdiri namun botol air minumnya terlepas dan menggelinding. Sebuah tangan mengambil botol milik Fina dan tanpa ba bi bu langsung menenggak isinya sampai habis. Fina hanya berdecak kemudian menghilangkan tangan di dada."Haus ye bang?" sindir Fina."Banget, alhamdulillah kini lepas dahaga telah basah urat semua semoga berpahala bagi yang memberinya. Hehehe.""Ck." Fina mencebik lagi kemudian memukul bahu Zio keras sekali sampai Zio memekik keras."Sakit, Fin. Ck, galak banget jadi cewek.""Bodo, yang penting cantik weee.""Hooh, gemesin lagi apalagi tuh bibir sama pipi chubbynya pengen tak ci—" Zio nyengir dan langsung lari karena Fina sudah memasang pose siap menghajar. Seperti biasanya, mereka suka tidak mengenal ruang
Carrisa Aurora adalah remaja lima belas tahun dengan kekurangan fisik yang ada di giginya. Dia pernah mengalami kecelakaan dan membuat tekstur giginya berubah. Sejak itu, dia menjadi pribadi yang minder dan sulit bergaul. Apalagi karena banyak yang merundunginya (bully) akibat kekurangan pada fisiknya.Ketika menginjakkan kakinya di sekolah baru, apa yang ditakutkan oleh Risa ternyata tidak terjadi. Dia memang mendapat tatapan aneh dari setiap siswa tapi jarang ada yang membullynya. Beda sekali di sekolahnya dahulu. Karenanya Risa pun mulai nyaman dan sudah bisa beradaptasi.Ditambah lagi keluarga Eyang Rahmat begitu menerimanya, semakin membuat Risa bahagia. Dan semakin bahagia jika hari jumat tiba, itu berarti dia akan bertemu dan bakalan menikmati liburan seru bersama Fina."Risa!" teriak Fina.Risa yang sedang mencuci piring mendongak lalu tersenyum ke arah Fina."Baru datang Fin.""Hooh."Fina langsung menerobos ke da
Zaky dan Yudho sejak tadi saling melirik dan saling sikut. Belum lagi bisikan lirih diantara keduanya tak menemukan titik temu."Kamu aja, Zak. Kan kamu teman sebangkunya," bisik Yudho."Kamu aja, kamu kan biasa ceplas ceplos pasti Zio maklum kok." Zaky pun ikutan berbisik."Gak ingat apa, semester kemarin aku mbayol yang aku dapat apa?hiiiii." Yudho begidig ngeri membayangkan kejadian semester gasal lalu saat penerimaan rapor."Aku gak mau lagi. Beneran deh! Takut.""Aku juga takut, Yud."Zaky dan Yudho akhirnya memilih diam dan mengamati, karena rasa takut mereka berdua lebih mendominasi meski kalau boleh jujur kekhawatiran keduanya pada Zio juga tak kalah besar.Zionathan sendiri sedang duduk tenang di salah satu bagian teras depan X IPA 1. Meski tampak tenang, bagi yang mengenal Zio, pasti bisa menyimpulkan kalau Zio sedang tidak seperti biasanya. Tatapan matanya dingin, rahangnya mengeras, alisnya bertaut sedangkan sudut bibirnya membent
Zio memainkan ponsel sambil menunggu kedatangan pesawatnya. Gemma si asisten rumah tangga dan Antonio si sopir keluarga dengan setia menemani majikan mudanya. Emma dan Raphael tidak bisa menemani sang putra karena Raphael harus ke Inggris untuk mengurus bisnisnya sedangkan Emma ada acara jumpa fans di New York.Zio menaruh ponselnya di dalam tas kemudian segera berdiri begitu mendengar pengumuman keberangkatan pesawat yang akan ditumpanginya."Tuan, ini koper Anda. Hati-hati di jalan," ucap Antonio."Iya.""Tuan Nathan jangan lupa makan tepat waktu, saya tunggu tuan di liburan semester berikutnya.""Jangan berharap, Gemma. Karena semester depan, Nathan mau menghabiskan liburan di Indonesia saja. Di sana lebih seru. Nathan mau mengunjungi komodo saja dari pada menatap batu setiap hari."Zio langsung menarik kopernya santai tanpa mau melihat bagaimana ekspresi kedua asistennya. Baik Gemma dan Antonio hanya bisa diam. Mereka paham dengan suasana hati sang
Hari berganti hari, waktu terus bergulir sesuai dengan perputaran roda waktu. Tak terasa hampir satu bulan, Rafina Nara Paramitha sudah bergelar sebagai siswi kelas sebelas. Karena Yuni sudah tidak sekelas lagi, Fina kini duduk dengan teman baru bernama Emi. Sedangkan Zio duduk bersama Keniko, remaja dengan sifat yang sama dengan Zaky, Yudho dan tentu saja Zio. Yuni sendiri sekarang di kelas XI IPA 4. Tapi namanya sahabat, kalau lagi ketemu ya tetap hobinya ngerumpi bareng ghibah bareng. Seperti siang ini, saat jam istirahat kedua. Fina janjian makan bareng dengan Yuni, Emi dan teman sebangku Yuni bernama Riris.Selain makan juga disambi ngerumpi dan tema ngerumpi mereka kali ini adalah Mas Ikhwan ganteng mantan ketua Rohis. Siapa lagi kalau bukan Kahfi.Yuni dan Riris memang penggemar berat Kahfi. Dimana pun dan kapan pun kalau ada hal berbau Mas Ikhwan Sholeh, keduanya langsung antusias. Bahkan Yuni sekarang berkerudung, demi bisa masuk menjadi anggota rohis
Fina menggunakan kaos pendek berwarna pink, jaket berbahan jeans, celana jeans, sepatu sneakers warna putih, rambut dikucir kuda. Perfect. Hari ini Fina ingin tampil tomboy ceritanya. Soalnya, dia sama teman-teman rencana mau ke Baturaden menjelajah sampai 'curug pitu' jadi buat apa tampil girly kalau mau mendaki gunung lewati lembah yang ada kayak orang kesasar.Setelah memastikan penampilannya maksimal, Fina segera keluar dari kamar."Mamah, Papah, Fina pamit ya?"Rayyan dan Nasha sedang bersantai sambil menonton TV, sedangkan Zaza dan Reihan sedang menginap di Purbalingga."Iya, hati-hati bawa motornya.""Iya Pamah.""Bilag sama Eyang ya Nduk, mamah sama papah agak siangan ke rumah mereka.""Okok. Padahal ya jarak rumahnya gak nyampe sekilo," cibir Fina membuat Nasha tertawa.Rumah Eyang Rahmat memang berada di di dekat jalan raya, ingat kan? Eyangnya Fina sekarang menikmati masa pensiun sambil berdagang gethuk. Sedangkan rumah orang
Fina sedang mencoba menahan emosinya. Bukan sekali ini dia mendapati, Risa dibully oleh orang lain. Khususnya cowok. Dan pembullyan itu selalu terjadi ketika Risa bersama dengan Fina. Ada rasa sedih, ketika menyadari semua orang khususnya kaum adam selalu membanding-bandingan dirinya dengan Risa terutama dari segi fisik. Tentulah mereka berbeda orang bibitnya juga beda. Tapi gak perlu kan, harus dengan mengatakan kekurangan Risa.Risa dan Zio memilih diam, Fina kalau lagi emosi keras kepalanya gak nanggung-nanggung. Maklum bontot, paling banyak dapat limpahan kasih sayang makanya begitu."Fin," panggil Zio."Mereka nyebelin banget sumpah, untung gak aku tonjok kayak si Rendi waktu itu. Lagian kenapa sih pada senengnya banding-bandingin kita berdua, ya jelas beda lah." Fina berkata dengan napas menderu."Fin.""Kamu juga sama, kan Zi? Kamu pasti juga gitu. Suka bandingin aku sama Risa. Suka ngomong jelek-jelek tentang Risa," cecar Fina.Zio berdiri dan d
Rafina tersenyum saat melihat adegan dimana Nam digendong oleh Top sementara tasnya Nam malah dibawa oleh Shone. Ah, mengingat tas, Rafina jadi sebal. Huh!"Nonton apa, Fin?""Ini Mbak, kisah Nam sama Phi Shone.""Ooo." Zaza ikut duduk di samping Fina dan ikut menonton.Keduanya menghayati film sampai pada adegan Nam mengungkap rasa cintanya pada Shone yang ternyata sudah punya pacar, baik Fina dan Zaza refleks mengelap ingus pertanda keduanya begitu menyatu dengan isi cerita. Ya ampun, mana ada habis ungkapin cinta sama gebetan, eh gebetan ternyata baru jadian, belum lagi jatuh ke kolam renang. Duh, sakitnya dapat malunya juga dapat. Lengkap dah.Reihan yang baru pulang, menatap istri dan adiknya dengan kerutan di kening. Reihan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah istri dan adiknya. Kebiasaan, cuma nonton drama aja pada baper. Sampai nangis-nangis segala. Kadang Reihan gak paham kenapa orang harus menonton drama sedih kalau akhirnya bikin nangis