Siapapun yang saat ini mendengar suara Amanda pasti mengetahui jika gadis itu tengah dilanda rasa khawatir. Anggaplah Amanda terlalu bodoh untuk menyadari perasaannya sendiri. Walau sebagian hatinya ia habiskan bersama Dion akhir-akhir ini, hatinya seolah resah saat memikirkan Senja. Ada sengatan tak kasat mata yang membuat Amanda merasa cemas dengan alasan yang tidak jelas. Dibandingkan melihat pria itu jatuh sakit, didiami alias tidak diajak berbicara jelas jauh lebih baik. Marsha menyadari situasinya. Sepertinya Senja dan Amanda membutuhkan waktu untuk berbicara. Ia menyadarinya saat Senja menatap ke arahnya sebentar, seolah memintanya meninggalkan keduanya lewat pandangan mata.“Oh, aku lupa memberitahu Michel tentang ikan yang akan dibakar malam nanti. Aku harus pergi sekarang,” pamit Marsha. Tanpa menunggu balasan dari Senja dan Amanda, wanita itu berlalu meninggalkan area tenda. Tangan Marsha dengan cepat menahan pergerakan Michel yang berjalan ke arahnya. Ralat, sepertinya pr
Di dalam tenda, sepeninggal Amanda yang berlari dengan langkah tergesa entah kemana, Senja membuka kedua matanya. Pria itu menatap atap-atap tenda dengan pandangan menerawang, lalu mengembuskan napas panjang. Anggaplah pria itu seorang pengecut karena hanya bisa berpura-pura tidur untuk mengelabui Amanda. Padahal, jelas ada banyak hal yang sudah seharusnya mereka bicarakan. Namun Senja malah menyia-nyiakan waktu yang sebelumnya ada. Ia tidak ingin mendengar penjelasan dalam bentuk apapun. Apa yang ia lihat selama dua hari ini sudah menjelaskan semuanya.Lagipula, Senja juga ingin merasa kesal. Ia tidak mengerti mengapa harus bersikap abnormal seperti ini. Mengapa rasanya kesal saat melihat Amanda begitu akrab dengan pria lain? Mengapa rasanya risih saat mendapati Amanda berdekatan dengan Dion? Dan juga, mengapa ia harus marah saat gadis itu mengabaikannya? Ini benar-benar menyebalkan bagi Senja.Embusan napas mengudara, Senja memijat pelan pangkal hidungnya yang tiba-tiba berdenyut s
Manda mengedipkan matanya cepat. Dia tidak boleh terlihat mencurigakan. "Sebentar lagi, acara penutupan akan dimulai. Segeralah bersiap-siap," ujar Amanda. Gadis itu memberikan senyuman terbaiknya pada Marsha yang terus menatap ke arahnya dengan pandangan sendu. Tanpa bertanya pun, ia sudah tahu. Temannya ini pasti merasa kasihan memikirkan nasibnya setelah ini. Lain dengan pikiran Manda, dia malah ingin menenggelamkan wajahnya, jika Senja tidak tidur berarti merasakan ciuman dan mendengar semua ucapannya. Gawat!Apa yang bisa Amanda lakukan selain memasrahkan? Ia hanya bisa membiarkan semuanya berjalan sesuai alur saja. Embusan napas panjang terdengar, setelahnya ia kembali menatap Marsha yang kini juga tengah menatap ke arahnya."Kau bersiap-siaplah juga. Jika memang Senja tidak memungkinkan untuk ikut serta, duduklah bersamaku dan Michel, aku akan senang jika kau bersamaku," balas Marsha. Wanita itu membalas senyuman yang kini tengah Amanda perlihatkan. Marsha adalah teman yang bai
Novel neng untuk kaum dewasa 21+, mohon baca juga judul Lakukan Perlahan, ya! Mohon subscribe, kasih bintang dan follow neng oke. Makasih. Love sekebon!*Senja menatap sang gadis dengan pandangan mendalam, berusaha meresap sorot penuh rasa berlebih milik Amanda yang dua hari ini jarang diperlihatkan. Senja langsung merasa kesal, mungkin selama berada di dekat Dion, juru kamera itu lah yang menikmati pemandangan indah seperti ini.Tapi Senja lebih unggul dong, mungkin hanya dia yang berhasil berciuman dengan Manda, Dion mana mungkin bisa. Ini keunggulan Senja yang patut diacungi jempol.Maafkan pria ini yang mencium Manda tanpa permisi. Kini tinggal kecanggunganlah yang ada di antara keduanya. Amanda langsung merubah ekspresi penuh binarnya dengan ekspresi bertanya saat mendapati Senja mengembuskan napas panjangnya. Apa ia berbuat salah secara tidak sengaja? Oh, mengapa Amanda merasa, memahami Senja adalah hal yang amat rumit sekarang. Padahal barusan mereka sudah berciuman lho. Apa
Senja menyingkirkan punggung tangan milik Amanda yang setia bertengger di dahinya. Senja memang merasa tubuhnya tidak terlalu baik, bahkan belum sepenuhnya membaik. Namun mengingat malam ini adalah malam terakhir perkemahan, ia ingin ikut serta berpartisipasi meramaikan. Lagipula jika ia meminta izin alias tidak hadir, ia dan Amanda akan kehilangan banyak poin. Dan Senja tidak ingin.Selain itu, perasaanya terhadap Amanda tidak lagi bisa disembunyikan. Ia tidak akan memberi sedikit pun kesempatan pada laki-laki di sini termasuk Dion untuk mendekati Amanda. Ayah Amanda, paman Gustav, telah menitipkan gadis manja itu padanya. Jelas Senja tidak akan membiarkannya.Sebenarnya, membawa nama ayah Amanda dalam proses berpikirnya hanyalah sebuah alibi. Senja hanya tidak ingin memperlihatkan rasa sukanya secara gamblang. Ini terbilang terlalu cepat jika ia ungkapkan sekarang.“Aku sudah baik-baik saja berkatmu dan berkat ciumanmu,” ujar Senja. Mendengar itu, Amanda langsung menurunkan tangan
“Kamu tidak menyukainya?” tanya Senja. Ia mengangkat kedua alis, tidak biasanya Amanda akan bermurah hati saat menyangkut makanan. Apalagi ini daging, menu favoritnya.Mendengar pertanyaan Senja, Amanda langsung menyengir. Gadis itu menganggukkan kepala beberapa kali untuk dijadikan respon balasan. Kesan pertamanya terhadap satai ini tidak terlalu baik, ia memakannya saat belum dituang sambal kecap. Jadi napsu makannya langsung menghilang.“Ya, sepertinya begitu,” balas Amanda memberitahu. Senja tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia membawa tangan sang gadis lebih dekat, mendekatkan tusuk satai itu menuju mulutnya sendiri. Lalu menggigitnya perlahan. Amanda ikut membuka mulut seolah ia lah yang memakan satai itu. Walau sedang menggigit daging pada tusuk satai itu, fokus atensi Senja sama sekali tidak berubah. Pria itu tetap memusatkan atensinya pada Amanda yang menatap ke arahnya dengan pandangan kelewat serius.Senja bisa melihat bagaimana mulut kecil itu ikut terbuka s
Acara penutupan acara perkemahan pesisir pantai berakhir tepat pada pukul sebelas malam. Sebenarnya sejak jam sembilan, acaranya sudah resmi selesai. Kamera yang merekam live mereka pun sudah diturunkan. Hanya saja, tiga pasang peserta beserta para staf lain memilih untuk tetap berada di tempat sembari berbincang dengan sisa api kecil yang masih menyala.Amanda menolehkan pandang saat merasakan tubuhnya tertutup oleh sesuatu. Ia menunduk mendapati tangan kekar, lalu menoleh ke belakang, menemukan Senja berdiri di belakang tubuhnya setelah menyampirkan jaket parasut milik pria itu. Amanda mengangkat kedua alis, sementara Senja memilih mendudukan diri kembali.“Angin malam sangat kencang, kau bisa masuk angin.” Senja berkata dengan nada kelewat tenang dengan arah pandang tertuju ke depan. Amanda mendengus, ia tidak berniat bersemu atau mengulum senyumannya sendiri. Tatapan gadis itu malah mendatar, tertuju penuh pada Senja yang tampak tidak mempermasalahkan.Namun siapapun yang melihat
“Tubuhmu terasa tidak enak lagi?” Amanda bertanya saat baru masuk ke dalam tenda. Sebelumnya, ia meminta izin untuk pergi ke tenda milik Marsha dan Michel untuk menanyakan pada siapa kunci villa mereka dipegang. Mulai malam ini mereka kembali tidur berpasangan karena anggota perkemahan sudah ada yang bubar tidak bermalam di sini lagi. Tiga pasangan ini tinggal pindah ke Vila saja, berhubung masih ingin di sini, jadi disediakan tenda untuk istirahat masing-masing.Kunci vila peserta memang dikumpulkan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Selain agar tidak hilang atas kecerobohan peserta sendiri, panitia juga mengantisipasi agar mereka tidak kembali sesuka hati. Karena tiga hari mereka memang didedikasikan untuk berada di alam terbuka, ini termasuk dalam acara yang tidak bisa dirusak begitu saja.Begitu Amanda masuk ke dalam tenda, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah Senja yang berbaring. Persetan, ia berusaha untuk tidak peduli saat menyadari pria itu tidak memakai p