Bab82"Takso Lee, jika nyonya menanyakan keberadaanku. Katakan padanya, aku sedang menenangkan diri untuk beberapa hari.""Baik, Tuan muda."Kepergian Jeremy bersama seorang pelayan dan juga orang kepercayaannya.Menunggu Aluna Welas menjemputnya di hotel dekat bandara, Jeremy merebahkan diri dan menaruh tinggi harapannya pada operasi kali ini."Tidak kusangka, kecacatanku membuat kamu nyaris berubah 100% dan bahkan telah berani bermain api. Baiklah Deslim, tunggu setelah aku bisa kembali melihat." Jeremy bergumam seorang diri. Hingga keesokan paginya, Aluna telah sampai bersama rombongannya, menjemput Jeremy di hotel dekat bandara.Menaiki pesawat pribadi, tujuan utama mereka ke Rumah Sakit ternama di Negeri Fantasy.Sepanjang jalan memanglah Jeremy masih kaku dan tetap diam pada Ibunya. Aluna memaklumi hal itu, dia tetap berusaha sabar, demi melunakkan hati anak lelakinya itu.Wajah jika Jeremy marah dan sakit hati padanya. Selama bertahun lamanya, dia tidak pernah menemui Jeremy s
Bab83"Sudah dua bulan, apakah kamu tetap akan di sini?" tanya Aluna Welas, ketika memasuki kamar Jeremy Alexander.Lelaki itu menghela napas. "Berat.""Hhmm, bukan Ibu mengusir. Tapi memang ada beberapa hal, yang harus kamu perjelas.""Aku mengerti.""Baguslah kalau kamu mengerti. Marbella akan menemani kamu ke Monarki.""Marbella? Kenapa harus dia?""Karena dia, orang kepercayaan Ibu, oke. Seharusnya kamu mengerti, Ibu bicara dengan fakta. Tidak semua orang di istana, bisa kamu percaya.""Dia pelayan, tapi dia sangat cerewet, Bu." Aluna Welas tersenyum. "Demi kebaikan kamu, sayang. Oke, cepatlah kamu bersiap- siap.""Kan ada dia, biarkan nanti dia saja yang mengurusnya.""No! Kamu harus menyiapkan keperluan kamu seorang diri, oke.""Dia persis sekali seperti Ibu, terlalu banyak aturan," ucap Jeremy nampak kesal."Memang seharusnya dari dulu. Sayangnya, Ibu harus mengatur kamu setua ini."__________Jeremy Alexander pun kembali ke kota Monarki bersama pelayan yang bernama Marbella.
Bab84Jeremy Alexander mengepalkan tinju. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka, jika Deslim akan berbuat gila seperti ini.Sulit baginya untuk memaafkan. Jeremy berusaha kuat untuk sabar dan berniat membalas perbuatan Deslim dengan cara yang akan dia kenang seumur hidupnya."Jika kelak kamu sudah bisa melihat. Maka, lihatlah kenyataan dengan baik. Agar kamu tahu, bukan hanya dunia yang penuh tipu- tipu, tapi orang terdekatmu sekalipun, bisa melakukan hal itu."Begitulah ucapan Aluna Welas yang selalu diingat Jeremy, ketika Jeremy akan melakukan operasi pencangkokan mata."Sayang ...." Deslim memasuki kamar dan meletakkan segelas jus mangga di atas nakas."Itu minumannya di samping. Aku mau keluar bentar ya," kata Deslim lagi, sembari mengecup kening Jeremy."Mau kemana?" tanya Jeremy. Lelaki itu berpura- pura masih tidak bisa melihat, demi mengetahui sejauh mana kebusukkan Deslim."Aku harus ke kantor! Ada kerjaan dikit."Deslim mengganti baju dengan cepat dan meraih tas cantiknya
Bab85"Marbella, katakan padaku, bagaimana cara menahan diri? Sungguh, aku merasakan kepala ini sebentar lagi akan meledak!" lirih Jeremy mengepalkan tinju. Tanpa menyahut, Marbella gegas mendekat dan memeluk tubuh tegap Jeremy.Jeremy tersentak. "Diamlah dan tenang! Aku tahu saat ini Anda sedang bertarung keras melawan ego. Tenanglah, semua akan baik- baik saja. Jika kita menghadapi orang yang berbuat licik, bukankah kita harus lebih licik?" gumam Marbella sembari mengusap pelan rambut Jeremy.Lelaki itu terdiam, memejamkan mata sembari merasakan belaian lembut yang penuh ketenangan dari Marbella."Tidak kusangka, dia melakukan hal sekejam ini," lirih Jeremy lagi. "Beda orang beda kepala, Tuan. Terkadang, yang nampak manis di luar, belum tentu manis di dalam. Tapi apapun itu, kembali kepada diri kita masing- masing, dalam menyikapinya. Wanita itu pilihan Anda, Tuan.""Aku harus bagaimana?" gumam Jeremy, masih tetap berada di pelukan wanita dewasa itu."Anda hanya harus bersabar da
Bab86"Ada apa?" Marbella berpura- pura bingung."Apa yang Jeremy cari? Dia buta, untuk apa dia keruangan kerja ini," desis Deslim kesal."Awas kamu!" bentak Deslim, sembari mendorong Marbella, wanita itu gegas meraih gagang pintu."Keluar!!" Suara teriakkan Jeremy mengejutkan Deslim. Wanita itu kembali menutup pintu ruangan dengan cepat, ketika nyaris botol kaca yang Jeremy lempar mengenai wajahnya."Ada apa dengannya? Mengapa dia sampai mengamuk seperti itu?" bentak Deslim dengan panik."Tuan sedang stress berat, karena hingga detik ini, tidak satu pun ada orang yang dapat dia temukan untuk mendonorkan mata.""Shiit, dasar lelaki bodoh itu," geram Deslim. "Marbella, ingat kamu! Jangan katakan apapun pada suamiku, tentang kejadian yang kamu lihat. Jika sampai dia tahu, akan kubuat kamu dan keluargamu menanggung akibatnya.""Baik." Marbella menjawab dengan anggukan hormat."Sekarang kamu urus lelaki cacat itu dengan baik, aku mau ke kamar.""Baik, silahkan." Kembali Marbella menjawa
Bab87"Mengapa aku harus kembali mendadak seperti ini, Paman?" tanya Case, ketika Mantako Jordan menjemputnya di Negeri Awan."Ini perintah Nyonya. Demi kebaikan bersama, mohon Nona ikuti saja.""Ini aneh sekali, Ibu aneh- aneh saja."Case merasa kesal, karena permintaan Ibunya yang terkesan mendadak ini, membuat janjinya bertemu Khan Wilson mendadak batal.Padahal, Khan Wilson baru sampai di bandara Negeri Awan, hanya untuk bertemu dengannya."Baiklah, Paman." Case pun akhirnya mempersiapkan semua barang- barangnya, yang akan dia bawa kembali pulang.Sebelum pergi, Case menghubungi Khan Wilson terlebih dahulu."Mendadak? Padahal aku sudah sampai apartemen Negeri Awan.""Entahlah, Ibu sangat aneh," jawab Case tak berdaya."Baiklah, aku pun akan mengambil tiket penerbangan ke kota Monarki lagi saja," kata Khan Wilson dengan nada kecewa.________Kepulangan Case di sambut suka cita Aluna Welas dan Zaki sang putra kecilnya."Ibu ada apa? Mengapa mendadak aku harus kembali?""Seminggu lag
Bab88Semenjak kejadian penolakkan itu, sikap Deslim kepada Jeremy semakin dingin. Jeremy merasa sudah terbiasa, dengan sikap wanita itu. Seakan tidak paham apa- apa, Jeremy membiarkan sikap Deslim.Panggilan telepon masuk ke ponsel Jeremy. "Ada apa?" Lelaki itu bertanya datar."Tuan, Ibu Deslim dan para pemegang saham hari ini mengadakan rapat. Menurut yang saya dengar, Bu Deslim mengadakan petisi untuk melengserkan posisi Tuan muda sebagai CEO di perusahaan.""Apa?" Jeremy sangat terkejut, mendengar penuturan orang kepercayaan dalam perusahaannya."Ya, Tuan Khan Wilson juga terlibat dalam hal ini. Sepenuhnya, dia mendukung Ibu Deslim, dengan alasan permasalahan yang sedang menimpa Anda.""Kurang ajar! Kamu pantau terus mengenai hal ini, biarkan aku fokus mencari solusinya."Sambungan telepon pun berakhir, kemudian Jeremy menghubungi Ibunya meminta bantuan.Aluna Welas sudah menduga, bahwa Jeremy cepat atau lambat, akan menghubunginya.Ketika sambungan telepon tersambung, Jeremy mul
Bab89Deslim White tersenyum. "Selamat tinggal lelaki bodoh," ejek Deslim, kemudian wanita itu berbalik badan dan melangkah pergi. Jeremy mengepalkan tinju dan melayangkan pukulan ke pintu kamar. Sedangkan Marbella nampak meringis menahan sakit. Tanpa Jeremy sadari, wanita itu telah babak belur dengan luka lebam di wajahnya.Bahkan untuk bersuara saja, dia tidak bisa. Jeremy mengeram, sembari menahan emosinya yang seakan mau meledak.Kemudian lelaki itu menoleh ke arah Marbella yang masih bersimpuh di lantai."Marbella," lirih Jeremy. Wanita itu tidak beraksi, hanya terdengar suara rintihan yang sangat pelan.Jeremy kemudian berjongkok dan memeriksa kondisi Marbella."Aastaga, apa yang mereka lakukan padamu?" pekik Jeremy, syok melihat kondisi wajah Marbella yang di penuhi luka lebam.Marbella tidak menyahut, hingga kemudian wanita itu pingsan tidak sadarkan diri.________"Kamu dimana?" tanya Case pada Khan Wilson melalui sambungan telepon. "Sudah sangat lama kita tidak bertemu! Ak