"Tapi aku yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Cinta. Bukan mereka yang akan mengambilnya." Berlian begitu emosi saat berbicara hal itu.Nenek Lastri mengerti sekali bagaimana rasanya menjadi wanita tegar yang menghidupi anaknya. Namun, ia tidak bisa begitu saja menghilangkan jejak tentang ayah kandung Cinta karena kemungkinan Jonathan sama sekali tidak tahu tentang putrinya."Saat kamu datang dan bertemu dengan ayahnya, apa kamu mengatakan tentang kehamilanmu pada pria itu?" tanya Nenek Lastri.Sayangnya Berlian menggeleng, ia hanya mengingat jika dirinya datang untuk meminta pertanggungjawaban dan Pak Ferdinand malah memberikan cek kosong untuk Berlian meninggalkan Jonathan dan pergi jauh."Tapi harusnya ia paham, tangung jawab itu yang aku maksud dengan kehamilan." Berlian kekeh jika ia tak salah saat bicara."Ya harusnya, tapi apa dia paham? Dia laki-laki, tidak sepeka seperti perasaan wanita. Kamu harus paham itu." Nenek Lastri mencoba untuk bicara yang seharusnya Berlian
Jonathan memasukan hasil tes itu ke sakunya. Ia pun berharap bisa menemukan Berlian secepatnya walau mungkin agak sulit. Ia pun sudah menghubungi beberapa teman dan orang suruhan untuk mencari Berlian.Kini Jonathan pun gegas menuju rumah kontrakan Berlian untuk menemui Bu Raya. Wajahnya semringah walau jalan begitu padat merayap, dirinya tidak mempermasalahkan karena hatinya sedang berbunga-bunga mengingat hasil tes DNA rambut Cinta menunjukkan kalau dirinya adalah Putri kandungnya.Setelah itu, tidak berapa lama ia sampai di kontrakan Berlian. Jonathan turun dan menuju rumah Bu Raya.Bu Raya terkesiap saat melihat Jonathan berada di ambang pintu saat dirinya membuka pintu rumah."Pak Jo, ada apa datang ke sini?" tanya Bu Raya. Ia hanya sekadar berbasa-basi walau ia tahu kedatangan pria itu sudah pasti sedang mencari Berlian. "Boleh saya berbicara sebentar?" tanya Jonathan."Oh silakan." Jonathan duduk di teras rumah Bu Raya. Berhubung tidak ada suami wanita itu, ia di persilahkan
"Cinta, apa yang kamu katakan itu?" Cinta berlari ke luar kamar, Berlian pun mencoba mengejarnya tapi di hentikan Nenek Lastri. Berlian tak menyangka jika Cinta akan bicara hal seperti. "Aku tidak pernah mengajarkan dirinya bicara seperti itu," ujar Berlian."Itu ikatan batin, antara anak dan ayah. Mau memisahkan seperti apa pun, mereka adalah ayah dan anak. Mungkin Jonathan tidak sejahat yang kamu pikirkan." Nenek Lastri mencoba membujuk Berlian.Memang Jonathan mungkin tidak jahat, tapi keluarga dan calon istrinya tidak mungkin akan bisa menerima Cinta begitu saja. Ia paham bagaimana orang kaya itu, mengandalkan uang dan uang. Seperti kemarin, Pak Ferdinand memintanya pergi dengan memberikan cek kembali. "Biar Nenek yang bicara sama Cinta," ujar sang nenek. Nenek Lastri ke luar dan mencari Cinta. Sementara, Berlian hanya bergeming Memikirkan ucapan neneknya. Beberapa hal memang nenek Lastri benar, tapi hati kecil Berlian masih sangat egois.Berdiam di kampung halaman adalah hal
"Permisi Tuan Ferdinand." Pria dengan kaos berwarna hitam masuk menghampiri ruangan Pak Ferdinand."Ada apa?" "Saya sudah mendapatkan Info, ternyata kedatangan Pak Jonathan ke rumah sakit itu untuk tes DNA.""Tes DNA dengan siapa Jonathan?" tanyanya lagi."Rumah sakit tidak mau memberi info itu. Padahal sudah saya berikan beberapa uang tutup mulut. Hanya saja tetap tidak mau membuka mulut mereka."Pak Ferdinand begitu penasaran, tapi ia pun bisa bertanya langsung pada putrinya karena tidak akan mendapatkan jawaban. Ia pun akhirnya meminta pria itu terus memantau sang anak dan menginfokan jika menemukan sesuatu tentang Jonatan untuk mengabarinya. "Baik Pak."Orang suruhannya ke luar dari ruangannya. Lalu, Arnold pun datang menghampiri sang ayah."Tadi siapa?" "Oh, hanya tamu.""Ar, Papa pusing menghadapi adik kamu. Menikah dengan Alea ia batalkan, ayahnya Alea pun marah besar dengan Papa. Kamu tahu alasan dia itu apa?" tanya Pak Ferdinand. Sebenarnya ia tahu alasan Jonatan membatalk
"Bahkan aku pun tidak tahu akan seperti apa kelanjutan kisah aku dan dia. Sudah pasti akan banyak kontroversi," ujar Jonathan."Lalu, bagaimana?" tanya Arnold. "Mungkin sementara akan aku rahasiakan semuanya dulu. Sepertinya aku harus membereskan masalah dengan keluarga Alea lebih dahulu, takut Berlian di salahkan," ungkap Jonathan."Hal itu sudah pasti, kamu harus melindungi mereka." Sebuah nasihat dari Arnold menjadi tolak ukur pemilik Jonathan.Bagaimana pun, mereka akan menyalakan Berlian. Walau sebenarnya, dia tidak bersalah sama sekali. Kehadiran Cinta pun di luar dugaan dan tidak pernah di bayangkan oleh Jonatan."Iya, Kak. Tapi yang terpenting aku mau mencari mereka dulu. Setelah bertemu akan diceritakan semua," ujar Jonathan.Arnold menepuk pundak Jonathan, ia memberi semangat pada adiknya. Apa yang di lakukan Jonathan sudah bagus, lagi pula bukan kesalahan dirinya karena tidak tahu kalau Berlian sedang mengandung."Nanti kau bantu cari tahu apa yang Papa bicarakan dengan Be
Berlian datang ke restoran milik ibunya Alva. Lalu bertemu dengan manager di sana. Di dampingi Alva, Berlian pun langsung di kenalkan pada Pak Joni, manager restoran seafood itu.Berlian pun langsung bisa bekerja dan traning oleh senior di sana. Di ajarkan bagaimana cara untuk melakukan transaksi penga2siran karena ia akan memegang uang transaksiSebelum pamit untuk kembali ke kantor, Alva pun sedikit berbincang. Ibunya yang memiliki restoran itu pun belum bisa bertemu dengan berlian, dan hanya menitipkan salam..Berlian mengutarakan keheranannya, saat sekolah, ibunya Alva sudah meninggal. Alva menceritakan jika itu ibu sambungnya.Senior Berlian yang bernama Desi mengajarkan. Dengan baik, walau ada beberapa yang melihat Berlian tidak suka, ia pun tidak mengambil pusing.***Berlian datang ke restoran milik ibunya Alva. Berharap apa yang kini dirinya butuhkan dapat terpenuhi, Alva memang benar-benar orang yang bisa diandalkan untuk saat ini. "Ayo kita langsung temui manager restoran
Semalaman Berlian kembali memikirkan apa yang di katakan Cinta. Entahlah mengapa jika kita ingin melupakan seseorang justru akan teringat terus. Bahkan putrinya kembali mengingatkan untuk menelepon Jonathan. Selera makannya hilang, ia pun kekurangan waktu untuk istirahat. "Ber, kok cuma dilihat sarapannya?" tanya Nenek Lastri. Berlian mengangguk. Entahlah mengingat perihal Jonathan semuanya terasa hambar, hanya pikiran yang terus berputar tentangnya. "Aku minum teh saja, Nek." Berlian meneguk teh hangat itu, lalu dirinya segera meraih tas selempang. Ia pun pamit langsung pada nenek Lastri sementara anaknya masih tidur."Ber, tunggu," ujar Nenek Lastri saat sang cucu sudah berada di ambang pintu. Berlian menghentikan langkahnya, ia menoleh. Apa yang ketinggalan hingga Nenek Lastri memanggilnya? "Iya, Nek kenapa?" tanya Berlian. Nenek Lastri melangkah mendekatinya, ia juga memikirkan semua tentang sang cucu dan cicit yang sangat dirinya cintai. "Bagaimana dengan permintaannya Cin
"Tan, kita makan siang dulu, yuk," ujar Alea. Jika bukan karena Jonathan, mana mungkin dirinya mau mengikuti acara amal seperti tadi. Berkumpul dengan anak-anak yang tidak jelas asal-usulnya. Lelah, panas, lebih baik jalan-jalan dan belanja, tetapi ini semua demi Jonathan semata. Ia mengikuti untuk membuat citra baik di depan Bu Santi. "Sama Tante juga lapar," ujar Bu Santi. Bu Santi dan Alea, memarkirkan mobil di sebuah restoran yang letaknya cukup strategis dan sudah terkenal dengan cita rasa masakannya yang lezat. Mereka turun dan mulai memasuki restoran yang cukup ramai itu. Tidak terduga ternyata Berlian berkerja di sana, meliahat wanita itu, Alea merasa kesal karena sempat mendengar kalau Jonathan pernah membesarkan kenapa wanita itu resign di kantor.Bibir Alea tersenyum sinis, ia terpikirkan sebuah rencana untuk membalas sakit hatinya karena Berlian membuatnya dalam masalah dengan Jonathan. Bu Santi sama sekali tidak tahu wajah Berlian, karena waiters sedang sibuk semua,