"Permisi Tuan Ferdinand." Pria dengan kaos berwarna hitam masuk menghampiri ruangan Pak Ferdinand."Ada apa?" "Saya sudah mendapatkan Info, ternyata kedatangan Pak Jonathan ke rumah sakit itu untuk tes DNA.""Tes DNA dengan siapa Jonathan?" tanyanya lagi."Rumah sakit tidak mau memberi info itu. Padahal sudah saya berikan beberapa uang tutup mulut. Hanya saja tetap tidak mau membuka mulut mereka."Pak Ferdinand begitu penasaran, tapi ia pun bisa bertanya langsung pada putrinya karena tidak akan mendapatkan jawaban. Ia pun akhirnya meminta pria itu terus memantau sang anak dan menginfokan jika menemukan sesuatu tentang Jonatan untuk mengabarinya. "Baik Pak."Orang suruhannya ke luar dari ruangannya. Lalu, Arnold pun datang menghampiri sang ayah."Tadi siapa?" "Oh, hanya tamu.""Ar, Papa pusing menghadapi adik kamu. Menikah dengan Alea ia batalkan, ayahnya Alea pun marah besar dengan Papa. Kamu tahu alasan dia itu apa?" tanya Pak Ferdinand. Sebenarnya ia tahu alasan Jonatan membatalk
"Bahkan aku pun tidak tahu akan seperti apa kelanjutan kisah aku dan dia. Sudah pasti akan banyak kontroversi," ujar Jonathan."Lalu, bagaimana?" tanya Arnold. "Mungkin sementara akan aku rahasiakan semuanya dulu. Sepertinya aku harus membereskan masalah dengan keluarga Alea lebih dahulu, takut Berlian di salahkan," ungkap Jonathan."Hal itu sudah pasti, kamu harus melindungi mereka." Sebuah nasihat dari Arnold menjadi tolak ukur pemilik Jonathan.Bagaimana pun, mereka akan menyalakan Berlian. Walau sebenarnya, dia tidak bersalah sama sekali. Kehadiran Cinta pun di luar dugaan dan tidak pernah di bayangkan oleh Jonatan."Iya, Kak. Tapi yang terpenting aku mau mencari mereka dulu. Setelah bertemu akan diceritakan semua," ujar Jonathan.Arnold menepuk pundak Jonathan, ia memberi semangat pada adiknya. Apa yang di lakukan Jonathan sudah bagus, lagi pula bukan kesalahan dirinya karena tidak tahu kalau Berlian sedang mengandung."Nanti kau bantu cari tahu apa yang Papa bicarakan dengan Be
Berlian datang ke restoran milik ibunya Alva. Lalu bertemu dengan manager di sana. Di dampingi Alva, Berlian pun langsung di kenalkan pada Pak Joni, manager restoran seafood itu.Berlian pun langsung bisa bekerja dan traning oleh senior di sana. Di ajarkan bagaimana cara untuk melakukan transaksi penga2siran karena ia akan memegang uang transaksiSebelum pamit untuk kembali ke kantor, Alva pun sedikit berbincang. Ibunya yang memiliki restoran itu pun belum bisa bertemu dengan berlian, dan hanya menitipkan salam..Berlian mengutarakan keheranannya, saat sekolah, ibunya Alva sudah meninggal. Alva menceritakan jika itu ibu sambungnya.Senior Berlian yang bernama Desi mengajarkan. Dengan baik, walau ada beberapa yang melihat Berlian tidak suka, ia pun tidak mengambil pusing.***Berlian datang ke restoran milik ibunya Alva. Berharap apa yang kini dirinya butuhkan dapat terpenuhi, Alva memang benar-benar orang yang bisa diandalkan untuk saat ini. "Ayo kita langsung temui manager restoran
Semalaman Berlian kembali memikirkan apa yang di katakan Cinta. Entahlah mengapa jika kita ingin melupakan seseorang justru akan teringat terus. Bahkan putrinya kembali mengingatkan untuk menelepon Jonathan. Selera makannya hilang, ia pun kekurangan waktu untuk istirahat. "Ber, kok cuma dilihat sarapannya?" tanya Nenek Lastri. Berlian mengangguk. Entahlah mengingat perihal Jonathan semuanya terasa hambar, hanya pikiran yang terus berputar tentangnya. "Aku minum teh saja, Nek." Berlian meneguk teh hangat itu, lalu dirinya segera meraih tas selempang. Ia pun pamit langsung pada nenek Lastri sementara anaknya masih tidur."Ber, tunggu," ujar Nenek Lastri saat sang cucu sudah berada di ambang pintu. Berlian menghentikan langkahnya, ia menoleh. Apa yang ketinggalan hingga Nenek Lastri memanggilnya? "Iya, Nek kenapa?" tanya Berlian. Nenek Lastri melangkah mendekatinya, ia juga memikirkan semua tentang sang cucu dan cicit yang sangat dirinya cintai. "Bagaimana dengan permintaannya Cin
"Tan, kita makan siang dulu, yuk," ujar Alea. Jika bukan karena Jonathan, mana mungkin dirinya mau mengikuti acara amal seperti tadi. Berkumpul dengan anak-anak yang tidak jelas asal-usulnya. Lelah, panas, lebih baik jalan-jalan dan belanja, tetapi ini semua demi Jonathan semata. Ia mengikuti untuk membuat citra baik di depan Bu Santi. "Sama Tante juga lapar," ujar Bu Santi. Bu Santi dan Alea, memarkirkan mobil di sebuah restoran yang letaknya cukup strategis dan sudah terkenal dengan cita rasa masakannya yang lezat. Mereka turun dan mulai memasuki restoran yang cukup ramai itu. Tidak terduga ternyata Berlian berkerja di sana, meliahat wanita itu, Alea merasa kesal karena sempat mendengar kalau Jonathan pernah membesarkan kenapa wanita itu resign di kantor.Bibir Alea tersenyum sinis, ia terpikirkan sebuah rencana untuk membalas sakit hatinya karena Berlian membuatnya dalam masalah dengan Jonathan. Bu Santi sama sekali tidak tahu wajah Berlian, karena waiters sedang sibuk semua,
"Oh, iya, bagaimana kamu kok bisa kenal sama anak Tante, Alva?" tanya Bu Shafira. Jujur sebagai seorang ibu walaupun sebatas sambung dirinya sangat memperhatikan anaknya. Ia juga ingin mengetahui bagaimana Alva bisa mengenal Berlian. Wanita lugu ini. "Oh, kami kenal sejak SMA, Tante. Terus baru ketemu lagi sekarang," ungkap Berlian. Pertemuannya dengan Alva tidak direncanakan dan pertemuannya dengan lelaki itu membawa keberuntungan. "Wah, kalian sudah berteman cukup lama berarti," ungkap Bu Shafira. Berlian mengangguk, ia juga menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Alva kembali. "Aku ketemu Alva di kantor lama saat masih menjadi office girl."Bu Shafira begitu humble pantas saja para karyawan selalu menyanjungnya."Oh, sebelumnya kamu bekerja jadi office girl, kenapa keluar?" tanya Bu Shafira. Berlian terdiam. Tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya tentang Jonathan yang berada di kantor itu. Bisa panjang jalan ceritanya, lebih baik sedikit orang yang tau tentang Jonatha
"Jo, kenapa diam?"Bu Santi sengaja memancing pembicaraan, ia tak yakin jika Jonathan akan bicara jujur. Hanya saja wanita yang di lihatnya di restoran itu apa mungkin yang di cari putranya atau bukan pikir Bu Santi. Wanita sederhana yang hanya menggunakan lipstik tipis dan bedak natural, tapi mampu memancarkan kesan cantik dan pastinya membuat Jonathan berpaling. Tidak ada yang tidak mungkin, seorang Alea yang berkelas dan kaya raya juga cantik dengan polesan make up mahal bisa terabaikan dan kalah dengan wanita yang mungkin hanya menggunakan bedak bayi di wajahnya."Aku hanya tidak sedang ingin berdebat dengan Mama. Bukan hanya pekerjaan yang membuat aku sakit kepala, tapi pertanyaan Mama dan Papa. Dan, tolong jangan bicara tentang pernikahan lagi," pinta Jonathan."Jo, Mama mengerti perasaan kamu. Maaf, kalau Mama membuat kamu tidak nyaman," ujar Bu Santi. "Maaf, Ma. Permisi.""Tunggu Jo, apa benar Berlian yang membuat kamu membatalkan pernikahan dengan Alea?" "Ma, sejak awal a
"Om Jo, mana Ma?" Cinta kembali bertanya, sedangkan Berlian sempat melirik ke arah Alva. Ia merasa tidak enak dengan pria itu karena Cinta membahas orang lain."Ma, om Jo sudah pulang belum? Kok gak ke sini-sini. Ayo telpon," ujar Cinta lagi.Berlian melirik ke arah Alva lagi yang terdiam, seolah-olah bingung tentang apa yang baru saja Cinta tanyakan. "Ma, telpon om Jo," ujar Cinta merengek kembali. "Om Jo, masih kerja Sayang nanti, ya, sekarang Cinta mainan dulu," ujar Berlian. Nenek Lastri pun memilih untuk mengajak Berlian masuk, dengan alasan mengajaknya mandi. Alva menatap Berlian, jujur ia sangat penasaran dengan sosok lelaki yang baru saja disebutkan oleh Cinta. Sepertinya Cinta sangat dekat dengan orang itu. Namanya seperti tidak asing, ia seperti pernah mendengarnya, ada hubungan apa mereka? "Siapa Jo itu?" tanya Alva. Berlian memejamkan mata, ia bingung harus menjawab apa.Benar dugaan dirinya, setelah menjawab Cinta, Berlian di hadapkan sebuah pertanyaan dari pria it