Sepertinya ada rahasia yang sudah terjadi antara Arsan dan lelaki yang bernama Steve itu. Terlihat Arsan tergagap. Jangan lupa, Keano adalah anak-anak yang sudah tercetak menjadi dewasa. Dia bisa berpikir layaknya orang dewasa.
“Oh, dia sahabat, Om. Kenapa?” Arsan mencoba senetral mungkin agar Keano tidak curiga.
“Oh, ya sudah kalau belum mau cerita.” Arsan merasa kurang nyaman sekarang. Dia pamit untuk pulang. Untung saja Damian parkir agak jauh. Dia juga bersembunyi di balik tembok. Damian akan menyelidiki siapa Steve tersebut. Damian mengetuk pintu kemudian Keano membukanya. Dia ingin menutupnya tapi Damian menahannya.
“Kau yakin? Ada raport di tanganku.” Keano terpaksa membiarkan masuk. “Bisakah kita gencatan senjata? Keano, yang bersalah padamu adalah Gladis. Bukankah tidak adil jika kamu juga membenciku?” Damian mengikuti Keano dari belakang.
&ldq
Damian membawanya ke sebuah rumah miliknya. Tidak ada yang tahu rumah itu kecuali dirinya sendiri. Damian menghentikan mobilnya kemudian membuka pintu. Dia mengangkat tubuh Zahwa yang kali ini memang sengaja di buat tidur oleh dirinya. Rupanya Damian sudah tidak ingin menunggu lagi. “Keano, minta tolong dibuka.” Maka Keano masih melakukannya. Entah apa yang ada di pikiran anak itu. Dia mirip sapi di padang rumput yang mengikuti perintah Damian. Padahal biasanya dia pemberontak yang ulung.“Kamu tidur di sini, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Zahwa. Keano hanya dapat melihat saja. Dia belum menyadari jika saat ini Damian bermaksud menyekap mereka berdua dengan cara halus.“Keano, sebelah sana kamar kamu. Aku di sini. Kalau perlu apa pun jangan lupa membangunkan aku.” Keano mengangguk. Sedangkan Damian mulai masuk ke kamarnya. Demikian juga dengan Keano. Zahwa akan bangun sekitar lima jam lagi. Damian me
Pagi hari Damian sudah siap bernagkat ke kantor. Dia mengetuk pintu kamar Keano. Lelaki remaja itu bangkit dan membuka pintunya.” Ada apa?” tanya Keano.“Aku akan pergi ke kantor. Sudah ada sarapan di meja, tadi aku sudah mengudang pelayan ke mari. Kalau mamamu bangun, jelaskan padanya kondisinya. Telepon aku kalau butuh bantuan atau mau jalan-jalan. Aku akan mengirim supir. Sebab di sini tidak ada angkot atau kendaraan umum. Kunci pintunya baik-baik. Jangan biarkan siapa pun masuk, kalau aku tidak mengatakannya.” Keano membelalakan matanya. Kenapa tidak ada? Anak laki-laki itu mulai berpikir jika Damian memang mencoba mengasingkan mereka.“Oh, baik.” Keano hanya memendam kecurigaannya pada pikirannya saja. Damian berbalik dan berlalu. Keano hanya memandang punggung lelaki berjas itu hingga tenggelam karena pintu yang mulai tertutup. Keano masuk ke kamar mamanya yang terletak bersebelahan dengan kamar Dami
“Ma, malam sebelum mama sakit, Om Arsan mendapatkan telepon. Aku mendengarnya bahwa dia menyebut snag penelpon adalah Steve. Apa mama tahu rencana Om Arsan?” Zahwa menggeleng dengan pertanyaan Keano tersebut. Keano melepaskan napasnya sedikit lelah. “Aku tidak meyangka, bahwa dia ingin membunuh Om Damian. Saya tahu, Om Damian pernah jahat tapi bukan berarti dengan mudah nyawanya dihilangkan.” Zahwa mendengarkan dengan seksama.“Apa kau yakin tidak salah paham?” Zahwa tidak ingin putranya tersebut menyimpan dendam yang belum tentu kebenarannya.“Aku mendengar dengan jelas, Ma.” Zahwa juga nampak terkejut. Memang Damian tidak adil karena membuangnya ke Bandung dan tentu membuatnya sakit hati. Tapi bukan berarti dapat dengan mudah menghilangkan nyawa seseorang.“Lupakan itu, Boy. Kita fokus ke hidup kita. Bagaimana kita bisa pergi dari sini.” Zahwa memegang kedua l
Seharian Keano hanya bermain vidio game saja. Sedangkan Zahwa mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya bisa keluar dari rumah itu. Damian memang sengaja memutus akses internet dan sinyal saat dia pergi. Baru setelah dirinya kembali akan dinyalakan lagi.Suara mobil terdengar memasuki pekarangan. Jangan bertanya bagaimana marahnya Zahwa. Dia keluar dari kamar itu dan menyambut Damian. “Kau nampak lebih cantik, Sayang. Aku merasa sangat spesial disambut kekasihku saat pulang kerja.” Tidak terbendung kemarahan Zahwa. Dia menyorotkan api permusushan di matanya. Damian terkekeh melihatnya. Mungkin baginya sangat lucu. Tapi tidak dengan Zahwa. Dia sangat marah sekarang.“Sebenarnya, apa maumu?” tanya Zahwa.“Kau tidak akan menyesal, menanyakan mauku?” Damian maju ke arah Zahwa, sehingga wanita itu mundur, mundur dan akhirnya mentok ke dinding. Damian mengungkung tubuh Zahwa dengan kedua ta
Zahwa melemas di atas ranjang. Pikirannya pergi entah ke mana. Kenapa ini terjadi lagi? Damian menodainya lagi. Kesalahan itu terulang lagi. Dia sangat membenci Damian. Sangat! Kenapa lelaki itu begitu jahat padanya. Mungkin Arsan memang jahat seperti yang dikatakannya, tapi Arsan tidak pernah memaksanya untuk melayaninya. Air matanya luruh.“Jangan menangis, kita menikah besok. Maafkan aku!” Damian menggendong Zahwa ke kamar mandi super mewahnya. Dia meletakkan tubuh sang kekasih untuk di mandikan. Zahwa seperti manekin yang menurut saja. Ada rasa sesal dalam dada Damian. Seharusnya dia bisa mengendalikan diri. Setelah selesai memandikannya, Damian menyelimuti Zahwa dengan handuk, kemudian menggendongnya kembali keluar.Damian meletakkan tubuh Zahwa di ranjang dan bangkit untuk mengambil baju Zahwa. Dia memakaian baju setelahnya. Lelaki tinggi tegap itu kemudian mandi. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower. Dia mendapatka
“Aku kalap. Aku memaksanya. Dia ada di rumahku bersama anakku. Ada di vila. Aku mencurinya dari Arsan.” Nathan mengerutkan keningnya.“Arsan? Apa hubungannya?” ucap Nathan. Dia bangkit dan mengambil camilan. Dia membuka kaleng itu. Ada camilan kesukaannya yaitu kacang atom dan satu kaleng lagi keripik.“Dia akan menikah tadi siang. aku menculiknya kemarin malam.” Nathan mengangguk.“Kau memang pantas disebut bajingan, saudara lo sendiri kamu hianati.” Nathan terkekeh.“Bukan aku tapi dia. Anak buahku menemukan fakta bahwa dia masih ebrhubungan dengan Cassandra. Kamu tahu akal dia? Dia akan menghancurkanku lewat seorang yang tidak beralah yaitu kekasihku Rara.” Nathan masih tidak mengerti dengan ucapannya Damian.“Aku masih tidak maksud dengan yang kau jabarkan. Coba pelan-pelan.” Damian bangkit kemudian meman
Damian sudah sampai di rumah. Dia lengsung menuju kamarnya. Lelaki itu masih melihat Zahwa meringkuk tanpa selimut. Pahanya terekspose keluar. Damian cepat-cepat menutup paha itu dengan selimut. Dia tidak mau kelepasan lagi. Damian masuk ke kamar mandi hanya untuk mencuci wajahnya. Ini sudah sangat pagi tapi udara malah semakin dingin. Zahwa pura-pura tidur. Sebenarnya dia sudah bangun karena mendengar Damian membuka pintu. Kini ranjang terasa bergoyang berarti Damian sudah mulai naik. Dada Zahwa bergemuruh. Damian memeluknya dari belakang dalam keadaan miring berbaring.“Aku tahu kamu sudah bangun. Terima kasih tidak pindah. Terima kasih sudah membantuku pelepasan. Maaf jika caraku tidak sopan memaksamu.” Damian memeluk pinggangnya erat. Zahwa masih saja terdiam. Kepalanya penuh dengan seluruh pertimbangan antara baik dan buruknya.“Jawab aku, Sayang. baiklah, aku anggap setuju kita menikah besok.” Damian sudah mempe
Damian mendengar Keano mengintrogasi sang mama sehingga dia bangkit. Dia masih telanjang dada karena memang tidak suka memakai baju saat tidur. “Keano jadi sarapan? Mari kita sarapan bersama,” ucap Damian. Padahal dia sangat mengantuk. Tapi memilih untuk menemani mereka berdua sarapan. “Damian, pakai bajumu!” Zahwa mendorong Damian masuk ke dalam lagi. Keano menganga meliaht ulah dua insan yang sudah dewasa tersebut. Keano kemudian menautkan alisnya dan menaikkan alisnya sebelah kanan. Dia sudah bisa mengerti bahwa sebenarnya mereka saling mengharapkan.Keano memilih untuk berjalan ke meja makan. Sudah ada tiga porsi sandwich. Keano yang membuatnya. Damian sudah datang dengan menggandeng Zahwa. Dia mengancam wanita itu, kalau tidak nurut maka akan mememisahkan dirinya dengan Keano. Maka Zahwa menurut saja.“Kamu yang bikin, Boy?” ucap Damian. Keano hanya mengangguk saja. Damian duduk setelah menarikk