Langkah Darma dan Julaika terhenti. Kedua sepasang rekan kerja itu berbalik arah, menatap Intan, seolah tidak kenal dengan wanita yang di hadapannya."Apakah dirimu, memanggil kami, Nona cantik?"Pertanyaan ringan keluar dari mulut Darma, dada wanita berbaju bunga-bunga berdegup kencang. Awalnya rasa cemburu membakar hati, malah kini berbalik ketakutan menghantui.Alex gondrong menatap intens ke arah sepasang serasi yang kian mendekati meja makannya. Mengamati Darma dari atas hingga ujung kaki.Melihat orang yang mendekat dengan pakaian serba bermerek, alis Alex gondrong pun naik sebelah. Awalnya ingin menggertak, tetapi diurungkan secara tiba-tiba."Maafkan kelakuan kekasih saya, Tuan. Dia salah panggil orang."Perkataan Alex sontak membuat Intan terbatuk-batuk. Dengan cekatan Alex gondrong mengambilkan minum serta memberikan dengan lembut."Sungguh pemandangan yang romantis."Perkataan Darma membelalakkan mata Intan, ia tidak mampu berbuat apa-apa, sulit untuk menjelaskan apa yang s
Pria tampan bertubuh gagah melangkah masuk ke dalam, duduk di sofa dengan menaikkan satu kaki ke kaki satunya."Tunggu sebentar, Bos. Cantika buatkan kopi panas spesial untuk dirimu." Mengangguk dan membuka gaway di tangan kanan. Tangan kiri memijit remote televisi dan menonton bola siaran langsung.Darma mengirimkan pesan melalui WhatsApp kepada Intan.[Usah tunggu aku pulang malam ini, istirahat saja terlebih dahulu, sebab kau terlalu lelah bermain di luar bersama kekasih lama]Intan hanya membaca pesan, lama tidak diberi balasan. Dilemparkan gaway berwarna pink ke ranjang, tepat di sebelah bantal.Nafsu untuk makan malam pun sirna, dikunci pintu kamar rapat-rapat, hingga tertidur dalam keadaan lapar.Mertuanya merasa kesepian, menantu dan anaknya tidak ada yang menemani makan malam, akhirnya, Sasmita juga tidak berselera menyantap hidangan yang sudah tertata rapi.Bi Asih menggeleng, melihat sayur dan lauk yang merana, tidak disentuh oleh majikan seisi rumah. Padahal, wanita paruh
Mobil menabrak pohon kayu di tepi jalan, mang Parman dan Bi Asih pingsan di tempat duduknya masing-masing.Kepala terbentur ke depan dengan sangat keras, sehingga dua orang karyawan Intan itu tidak sadarkan diri.Orang-orang berkerumun di sekitar mobil, tidak ada yang berani untuk membuka pintu mobil, mereka anggap keduanya telah tewas, tidak bernyawa lagi.Karena terlalu lama dibiarkan, akhirnya seorang wanita yang lewat dan menyaksikan kejadian itu pun tidak tega, membiarkan wanita itu yang ada di dalam mobil, dia beranggapan penumpang itu masih bernyawa.Ternyata benar saja, tangan bi Asih bergerak-gerak, tanda kehidupan ada pada anggota tubuhnya. Anita, wanita tomboy yang masih kuliah itu langsung membuka pintu mobil dan memapah wanita berkerudung hitam untuk ke luar dari kendaraan berwarna putih."Terima kasih, Nona. Uhuukk! Uhuukk!"Wanita tengah baya itu terbatuk-batuk menahan sesak di dada, tangannya memegang dada yang terasa berat. "Sudah, Bibi duduk saja di sini," ujar Anit
"Ibunya Santi baru saja meninggal dunia, Tuan Muda. Makanya dia menyusul bibi untuk mencari pekerjaan di sini. Soalnya di kampung tidak ada siapa-siapa lagi kerabat kami.""Turut berdukacita, Bik Asih. Atas meninggalnya ibunya Santi. Namun, saya masih penasaran dengan keponakan bibi itu, mengapa gadis kampung yang di desa, bisa memiliki kemiripan dengan istriku Intan. Warna kulit, bentuk tubuh, kecantikan, nyaris sama mereka, Bi?"Keduanya saling diam di dalam mobil. Kendaraan itu terus melaju cepat. Bi Asih tidak tahu harus berkata apa dengan tuan mudanya, hanya diam de6wahah pucat pasih."Darma melihat ada yang tidak beres. Sesuatu yang dirahasiakan oleh sang asisten rumah tangga ini, sebab, awalnya wajahnya normal, setelah mendapat pertanyaan langsung pucat ketakutan.Pria tampan yang bisa membaca bahasa tubuh itu pun mengalihkan pembicaraan. Agar tidak menakuti Bi Asih untuk jujur kedepannya."Kita sudah sampai, Bi" Keduanya turun dari mobil, bergegas menuju apartemen mewah yang
"Hehehe, dasar gadis nakal. Sukanya menggoda singa yang sedang tidur. Bibir kamu itu jangan digigit seperti itu, kalau aku khilaf bagaimana?"Darma mendekatkan diri ke arah Santi, wanita yang berambut sebahu itu mundur beberapa langkah, karena takut akan kelakuan suaminya Intan, dia langsung lari terbirit-birit menuju kamar dan mengunci dari dalam."Aman terkendali."Santi masuk ke ranjang dan bersembunyi di balik selimut. Tanpa memperhatikan kamar yang ia masuki terlebih dahulu.Darma yang melihat dari kejauhan tersenyum geli, melihat kelakuan keponakan asisten rumah tangganya."Dasar gadis bod0h!" ucap pria tampan sambil geleng-geleng.Setelah mengantuk, Darma masuk ke kamarnya, yang kini ditiduri oleh Santi. Gadis lugu itu salah kamar, tiada menyadari sama sekali."Menyusahkan saja gadis bod0h ini!" Darma mengambil kunci serep yang disimpan di laci lemari depan, tempat rahasia dan aman. Hanya seorang saja yang tahu barang simpanan yang diletakkan di tempat itu.Masuk dan melihat te
Sedang asyik berdebat kata, tiba-tiba hp bi Asih berdering. Ternyata Intan yang memanggil. Ia memijit warna hijau untuk menerima panggilan majikan cantiknya."Ia, Nyonya Muda." ucap sopan BI Asih untuk mengawali pembicaraan pagi itu.Sementara Santi meninggalkan sang bibi yang masih menerima panggilan dari majikan.Gadis ramping berambut berantakan itu langsung mandi dan membersihkan tubuh tanpa berlama-lama."Achhhh! Sakit juga area sensitif Santi ya, seperti kenyataan saja mimpi tadi malam." Santi menyengir dan merasa ada yang aneh ditubuhnya. Ia menutup mulut dan membulatkan mata. "Jangan-jangan, aku benar-benar telah bercinta dengan pangeran tampan."Santi mempercepat mandi dan memeriksa gawaynya yang ada di nakas, setelah diperiksa ternyata ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.[Masuk ke kamarku, ambil surat yang aku tulis untuk kamu. Baca ulang dan pelajari, bila sepakat maka hubungi aku jangan sungkan-sungkan]"Ternyata dari tuan Darma, pemilik apartemen ini." gumam S
"Achhh, ia. Kami masih ingat tentang itu semua, Mama. Tetap berusaha sekuat tenaga. Namun, belum juga dikaruniai anak."Intan menatap lembut ibunya, wanita yang melahirkan ia itu pun membalas dengan tatapan penuh harap."Sampai kapan, Mama harus menunggu? Jangan sampai kejayaan dan jerih payah selama ini yang aku aku lakukan sia-sia tak berpenerus."Puri Berlian mendekati putrinya, duduk di kursi sebelah kanan, memegang kedua tangan dan mengusap lembut."Berusaha lebih sungguh-sungguh, kalian berdua bisa program hamil di dokter, bukankah itu belum kalian lakukan selama ini?"Wanita berkulit mulus itu mengangguk, menatap Darma sambil mengedipkan mata, meminta dukungan dengan bahasa isyarat.Ia, Mama. Kami akan program hamil dengan dokter mulai hari ini. Bagaimana, apakah Mama senang mendengarnya?"Hemmm, baiklah. Mama percaya dengan kesungguhan kalian berdua. Satu lagi, jangan sering-sering bertengkar. Bila ada masalah yang ingin dibicarakan, selesaikan secara baik-baik. Semua bisa dia
"Mengertilah, Intan. Aku bekerja keras untuk masa depan keluarga kecil kita!"Darma menutup pintu mobil, kendaraan roda empat itu terus melaju di keramaian jalan raya.Intan menarik napas panjang, masuk mobil baru beserta supir baru. "Maju, Pak!" ujar wanita berkulit mulus diangkat.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, saling diam tanpa ada komunikasi antara supir dan majikan. Sesekali supir baru bernama Danang melirik majikan yang muda berbibir pink melalui kaca.Tidak ada senyum manis di wajah Intan. Bahkan baru setengah beberapa jam yang lalu merasakan surga suguhan suami, kini terasa sesakkan dada karena tidak diantar pulang, Melain hanya bersama supir baru."Pak Danang, kita singgah di cafe sekarang.""Siap, Nyonya. Cafe di mana ya?""Cafe Sugar Next," balas Intan.Intan tidak ingin pulang ke rumah sendiri, dia ingin menikmati suasana cafe sore itu agar menetralkan serta naikkan mood yang rusak.Setelah sepuluh menit, mereka sampai di cafe, Intan melenggang santai menuju tempat