Karen seorang diri di kafe, terlihat jelas langit dan awan di luar jendela sudah gelap, bahkan pejalan kaki yang biasanya ramai mungkin hanya tersisa setengah.Sambil menggerakkan tangannya untuk mengepel lantai, Karen memeriksa telepon dan bertanya-tanya apa yang sedang Ian lakukan di luar sana. Dia merindukan sifat manja pria itu.Karen sedikit tersentak saat telepon yang dia pegang bergetar, layarnya menyala menampilkan tulisan "My Love."Bibirnya tidak berhenti tersenyum mengingat Ian sendiri yang menamai kontaknya di HP Karen.["Halo?"] ucap Karen memeriksa.["Babe. Hmm~~"] Ian tidak bisa mengungkapkan rasa rindunya.Karen tertawa lepas, beruntung dia sendirian di ruang besar kafe, panggilan baru dan jelas sekali Ian sedang merindukannya. ["Apakah sulit? Jangan menangis!"] ucap Karen santai namun tetap lembut.["Pekerjaannya tidak sulit, tapi aku merindukanmu."]Karen memainkan jarinya sambil mendengarkan ocehan Ian, dia lega Ian sangat terbuka padanya, jika Ian tidak banyak bica
Seminggu berlalu sejak Ian pergi ke luar negeri. Bagi Karen, hari tanpa Ian adalah hari yang terasa begitu lambat dan penuh dengan kesunyian.Tidak ada orang yang akan berjalan pulang bersamanya, ataupun orang yang terus menempel manja padanya.Tetapi semua kejenuhan itu akan berakhir hari ini, tepat saat Ian masuk dengan wajah yang penuh senyum bahagia."Babe...." ucapnya sambil memeluk Karen yang sampai terangkat ke udara. Mata tajamnya memancarkan kebahagiaan yang meluap-luap.Seminggu tanpa Karen benar-benar tidak bisa membuatnya beradaptasi di negeri orang. Bahkan kemampuan mimikrinya yang seperti bunglon terasa tidak berguna di sana, dia hanya ingin segera kembali dan beristirahat di tempat Karen berada.Karen yang sudah terbiasa dengan cara Ian memeluknya juga segera membalas perlakuan itu, dia menghirup aroma parfum akrab yang akhirnya dia rasakan kembali."En. Akhirnya kau datang!" Karen mengelus rambut Ian dengan sekali usapan.Ian menangkap tangan itu dan berkata, "Ayo maka
Jones tertawa kecil. Dia meniupkan asap ke wajah tampan Ian yang bahkan tidak mengeluarkan ekspresi sana sekali."Sejak kapan kau tahu?" Jones kali ini tidak memperlihatkan kesopanan sedikitpun."Apakah itu penting?"Jones masih menatap wajah pria yang sedikit lebih tinggi darinya, badan besar dan otot sesak terlihat tidak akan cocok jika seseorang hanya melihat wajahnya saat tengah menatap Karen."Kau tahu asal usul gadis itu?" Sudut bibir kiri Jones terangkat membentuk seringai kecil."Aku tidak peduli.""Kau tidak peduli bahkan jika dia mandul? Kau mungkin akan menyesal nanti?"Darah Ian terasa mendidih, jika saja kehidupannya selama ini tidak mengajarkan bagaimana caranya bersifat sabar, dia pasti sudah melayangkan tinjunya ke wajah Jones.Mendengar tuduhan mandul dari mulut Jones dan Ibu dari pria itu membuatnya bersyukur Karen pergi dan bertemu dengannya. Jika tidak dia bahkan tidak akan tahu jika pebisnis di hadapannya ini memiliki sikap iblis."Katakan saja apa yang kau inginka
Dalam sebuah skandal yang menggegerkan publik, seorang barista kafe yang hanya dikenal dengan inisial K diduga kuat merayu suami seorang wanita yang sedang dalam kondisi hamil. Wanita tersebut diketahui adalah istri dari seorang CEO terkemuka. Insiden ini terungkap ketika pesan-pesan rahasia dan bukti komunikasi antara barista K dan suami wanita tersebut bocor ke publik.Kabar mengenai skandal ini segera menyebar di media sosial dan mendapatkan perhatian besar dari masyarakat. Banyak yang mengecam perilaku barista K yang dianggap tidak etis dan merusak rumah tangga. Sementara itu, CEO tersebut belum memberikan komentar resmi terkait kasus ini.Para pengamat sosial dan ahli pernikahan pun turut berkomentar tentang dampak emosional yang mungkin dialami oleh istri yang sedang hamil dalam situasi ini. Kasus ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga, dan publik menunggu perkembangan lebih lanjut seputar skandal ini serta tanggapan dari pihak-pihak terkait.[K, Anda harus merasa sang
Karen memutuskan untuk cuti selama seminggu. Dia merasa menyesal akan hal itu, meskipun Jessica bersikap biasa saja.Berita masih menjadi topik hangat. Karena itu, Karen jarang menggunakan handphone-nya. Dia lebih sering menghabiskan waktu di dalam perpustakaan kecil yang ada di sebelah kamarnya.Dia memutuskan untuk tidur di rumahnya sendiri, sementara Ian setuju dan juga ikut menginap di rumah Karen."Terima kasih!" ucap Ian saat menyadari Karen yang diam-diam menaruh piring kecil yang penuh dengan potongan buah segar.Karen selalu berhati-hati agar tidak mengganggunya saat bekerja, tetapi itu sebenarnya tidak akan berhasil, karena Ian terus-menerus memperhatikan gerak-gerik Karen meski matanya memandang layar tablet."Aku tidak suka, kau harus lebih mengingat waktu makanmu!" Karen mengerucutkan bibirnya. "Habiskan buahnya, aku akan mengambil minum!"Ian hanya bisa mengangguk. Dia tidak tahu harus menangis atau tertawa, karena Karen selalu mengawasi waktu makannya. Sekali lagi dia m
Ian tidak pernah tertarik untuk ikut campur dalam hubungan rumah tangga orang lain, tetapi hal tersebut kali ini berbeda. Karena ada orang yang berani berbuat jahat pada keluarganya, maka dia akan membalas dengan hal yang sama.Di dalam kamar Karen, Nyonya Abel masih setia mengusap-usap surai hitam Karen yang lembut dan lurus. Dia melihat wajah Karen yang berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu.Dulu Karen terlihat sangat kurus, namun kini gadis itu terlihat lebih berisi. Pipinya yang mengembul keluar terlihat seperti pipi bayi."Maaf...," gumam Nyonya Abel. Dia sangat yakin Karen terluka karena ketidakpercayaannya.Dia tahu dia salah, seharusnya dia mendengarkan Karen terlebih dahulu, bukan malah memotong semua penjelasannya.Karen terbangun. "Ibu?" tanyanya saat merasakan gerakan hangat di puncak kepalanya berhenti."En?""Ceritakan semua tentang Ian!" pinta Karen yang masih sedikit lelah."Emm... coba kita lihat." Nyonya Abel memikirkan beberapa momen lucu saat Ian masih keci
Karen menatap Ian. "Bisakah aku membaca berita lainnya?" tanyanya. Dia merasa takut, tetapi ingin tahu lebih jelas tentang berita tersebut."Lakukan apa yang kamu mau!" Ian bersandar di kepala Karen yang bersandar di bahumu. Matanya mengikuti pandangan Karen yang fokus pada layar HP.[Kisah Kontroversial CEO J: Cerai dari Istri untuk Memperoleh Hak Warisan][Skandal CEO J: Memutuskan Cerai dan Menikahi Wanita Lain demi Warisan Keluarga]Karen terus menggerakkan jarinya, membaca setiap headline dengan jantung yang berdegup kencang.Dia mencoba membuka beberapa komentar di situs web dengan tangan yang berkeringat. Ian yang menyadari itu segera mengambil tisu dan mengeringkan tangan Karen."Tarik napas, Karen. Kamu tidak salah apa-apa!" ucap Ian sambil menarik Karen untuk duduk menghadap samping sofa. Kedua kakinya berada di atas sofa, dan tangan kanannya dapat bersandar ke punggung sofa.Ian menyisir rambut Karen dengan hati-hati, lalu mengikat rambut Karen yang tadinya terlihat menggang
"Karen!" panggil Ian yang baru saja keluar dari lift.Matanya memancarkan tatapan tajam ketika melihat karyawan pria di perusahaannya tengah mengerumuni Karen dengan wajah bersemu.Hari ini mereka berencana pulang ke rumah Karen bersama-sama. Jadi dia segera turun karena tidak ingin membuat Karen menunggu lama, sebearnya dia akan menjemput Karen di kafe tetapi dia malah melihat tunangannya itu di lobi."Ian?" Karen memperlihatkan senyuman yang lebih terang."Direktur Yan!" Para Karyawan itu segera mundur dan pamit. Mereka terlihat sedih Karena tidak bisa berbicara lebih banyak dengan Karen. Pasalnya tatapan tajam Ian benar-benar menusuk keberanian mereka."Aku baru saja akan ke atas." Karen menghadap penuh ke arah Ian yang sedang kesal.Ian tidak membalas dan langsung merangkul Karen. Membawanya keluar dan masuk ke dalam mobil dalam keheniangan.Karen tampak berpikir. "Apa kau sakit?"Ian membuang napas dan menjawab, "Tidak.""Apa aku melakukan kesalahan?"Ian melajukan mobilnya denga