Senyuman yang masih mengembang di wajahnya, dia seperti sedang jatuh cinta dengan seseorang, dia sudah mempersiapkan dinner romantis untuk orang yang dia cintai. Sudah hampir setengah jam gadis yang dia tunggu belum juga datang. Mark menunggu Raina. Raina memintanya untuk bertemu. Mark inisiatif saja mengajaknya dinner. Raina ternyata tidak menolaknya. Gadis itu datang dengan memakai dress setinggi lutut berwarna rose. Rambutnya yang curly tergerai. Mark sangat terpesona dengan gadis yang dia cintai itu. Meskipun umurnya yang sudah berkepala tiga puluh lima tahun pesonanya masih muda.“Selamat malam, Nona cantik.” Sapa Mark kepadaku. Aku hanya tersenyum tipis. Mark menggeser tempat dudukku dan aku dipersilahkan untuk duduk. Niat sekali dia dengan dinner yang cukup romantis. Namun, aku tidak begitu tertarik kepadanya.“Mark, kenapa kau mendesain dinner seperti ini? Aku hanya ingin bicara beberapa kata saja denganmu dan aku tidak membuang waktuku untuk lama denganmu.” Aku menyindir Mar
Aku segera mengemasi barang-barangku. Pindah lagi ke desa terpencil di Paris saat aku masih menjadi perawat di klinik dokter Roland. Disana aku merasa nyaman tanpa ada beban. Untung saja saat itu aku langsung mengambil kunci rumah yang dibawa oleh tanteku. Saat ini aku merindukan Casanovaku. Ternyata benar aku sudah jatuh cinta dengannya. Aku menelefon Devano untuk yang terakhir kalinya. Tidak diangkat olehnya. Aku ingin mengirim pesan kepadanya. Namun aku masih pikir-pikir dulu.✉️Devano, aku merindukanmu. Maaf aku mengirim pesan kepadamu.Klik. Pesan terkirim. Aku harap dia mau membaca pesanku. Aku melihat foto dalam pigura ada fotoku dan Devano. Aku rindu sekali kenangan bersamanya. Harusnya semua ini tidak terjadi kepadaku. Ponselku bergetar.✉️Jangan pernah hubungi aku lagi. Hapus saja nomorku.Seketika aku meneteskan air mataku. Devano benar-benar membenci diriku saat ini. Apakah aku terlalu hina baginya kenapa dia tidak percaya denganku? Mark dan Natasya sangat pintar membuat r
I Bulan kemudian ...Akhirnya Devano kembali lagi ke Paris. Bolak balik ke London-Paris membuat dia sedikit kelelahan. Pernikahan yang dia dambakan akan segera terlaksana. Namun, dia masih ragu dengan keputusan yang dia ambil. Sekelibat dia masih mengingat perkataannya kepada Raina. Cinta membuatnya merana. Devano ingin lagi kembali ke masa dia menjadi Casanova. Pria itu melirik jam tangan hitamnya sebentar lagi dia akan meeting dengan kliennya yang berasal dari Jepang.“Hay, Kakak.” Sapa Roland datang tiba-tiba. Devano yang masih membaca laporan melirik sejenak Roland datang menghampiri dan melanjutkan lagi membaca laporannya. “ Sudah tahu berita hot yang lagi viral tentang skandal, Raina.” Roland mulai bercerita setelah satu bulan lamanya dia enggan tanya mengenai hal tersebut. Kemarahan kakaknya sebagai pemicunya. Devano sebenarnya malas sekali mengungkit masalah tentang skandal Raina dengan Mark.“Sudah, memang kenapa, Roland? Berita itu sudah tranding satu bulan yang lalu. Jadi h
Suasana hotel Star sore hari terlihat banyak pengunjung yang berdatangan. Mark, Natasya dan anak buahnya datang untuk ke hotel Star. Raina, yang masih tertidur karena efek obat bius yang dimasukkan Natasya kedalam minumannya. Mark segera memesan kamar yang sebelumnya di booking, dia sudah tidak tahan lagi untuk melakukan drama yang luar biasa. Mereka akhirnya masuk kedalam kamar 402 dan menidurkan Raina keatas ranjang. Kedua pegawai hotel itu memang dibayar Mark untuk membantu menyelesaikan misinya tersebut.“Mark, untuk lebih meyakinkan lagi coba bajunya Raina diganti menjadi lingerie. Lebih panas. Kalau seperti ini kesannya tidak.” Natasya mengambil lingerie yang dia bawa dari rumah. Mark mengamati Raina yang masih tertidur pulas. Gadis yang dia cintai sangatlah cantik. Aura yang dipancarkan memiliki magnet tersendiri.“Idemu bagus juga, Natasya. Ganti bajunya dan jangan sampai dia terbangun sebelum misiku sudah berjalan lancar.” Mark sangat antusias.“Baiklah, Mark aku akan menggan
21.00 Waktu Paris ...Aku masih mengerjakan desain untuk gaun pernikahan Devano. Jujur aku masih bingung dengan gaun yang akan dikenakan pengantin wanitanya, yang jelas bukan aku. Aku dan dia sudah selesai. Devano menghubungi Roland dan menyuruhku memesan gaun pengantin, yang lebih jahatnya gaun itu bukan untukku. Entah dari mana dia tahu kalau aku membuka butik. Itu semua pasti karena dokter muda Roland. Aku menangis semalaman karena Devano sudah melupakan aku dan aku cemburu. Semua pegawaiku sudah aku suruh pulang. Tinggal aku yang ada didalam butik. Aku juga sesekali membantu dokter Roland di klinik karena aku tidak ingin melupakan profesiku menjadi perawat. Namun, aku harus profesional untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk gaun pengantin itu. Aku makin lama tidak bersemangat juga. Aku seruput kopiku. Aku masih memikirkan desain gaun pengantin yang aku targetkan harus bagus. Sekelibat aku tadi sudah mengunci pintu butik atau belum iya? Rencana mau menginap di butik saja. Ak
Aku sudah siap-siap untuk membuka butikku. Hari ini aku harus semangat dalam membuka butikku. Banyak sekali orderan yang harus aku kerjakan. Semua gaun yang ada di butikku adalah hasil rancanganku sendiri. Hari ini sudah jam sepuluh siang akhirnya aku mulai mempersiapkan toko butikku. Saat membuka kedua mataku dikagetkan dengan sosok Devano yang masih duduk di depan toko, dia seperti sedang menunggu seseorang. Aku menghela nafas panjang. Kasihan juga melihat Sean seperti ini.“Kamu kenapa duduk di depan butik aku Devano? Seperti orang tidak berguna saja.” Aku menyindirnya. Devano bangkit dari duduknya dan menggandeng tanganku masuk kedalam. Pintu butik di kunci kembali dan dia mulai memandangiku. Kalau, seperti ini lebih baik tidak menyapanya saja. Jujur aku merasa jantungku ingin lepas darinya jika dia memperlakukanku seperti ini. “Devano, apa yang kamu lakukan? Aku mau buka butikku dulu.” Aku ingin menghindar tapi dengan cepat Devano meraih tanganku. Aku memandangnya. Begitupun den
Morgan datang dan membawaku pulang ke rumah Devano karena sang Casanova ingin menemui dirinya. Devano langsung ke kota bersama klien dan tidak sempat membawa Raina. Masalah peternakan aku sudah alihkan kepada Devano, dia yang tahu semuanya. Aku melihat Devano bengong di kamarnya sambil melihat ke arah jendela sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Aku hanya tersenyum. Devano lucu juga saat sedang bengong. Aku melingkarkan tanganku di lehernya. Devano akhirnya membuyarkan lamunannya dan dia tersenyum kepadaku.“Kamu memang sedang memikirkan apa, Devano? Apakah aku begitu menggoda bagimu?” Aku sedikit menggodanya. Devano malah justru memandangku dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. “Devano, jangan buat aku mendadak senam jantung. Jangan senyum di depanku! Aku sedikit malu.” Aku mengecup bibir Devano sekilas. Devano mengernyitkan keningnya.“Sekarang kamu mulai duluan, Sayang.” Devano mencubit pipiku. “Ini sangat sulit untuk diungkapkan, Devano. Aku ingin selalu dekat denganm
Aku dan Devano saling tatap. Seseorang lelaki dekat ada di depannya. Aku baru kali ini menjumpai pria ini. Sepertinya dia adalah papanya Devano. Pria itu tersenyum kepada kami dan langsung menghampiri.Pria itu bertepuk tangan dengan senyuman yang sinis, dia menghela nafas panjang dan menatap kami.“Nice, Devano Christopher anakku. Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal gila ini. Nice. Lanjutkan!” Pria itu menepuk bahu Devano beberapa kali dan ternyata pria itu adalah papa Devano. “Sudah kuduga kelakuanmu melebihi batas, Devani. Aku mendidikmu untuk menjadi pria yang terhormat BUKAN SEPERTI INI!” Papa Devano mulai menaikkan suaranya. Sekilas memandang ke arahku.“Dari mana Anda tahu rumahku? Aku tidak pernah mengatakan keberadaanku kepada Anda.” Devani sedikit geram dan mengepalkan kedua tangannya. Papa Devano hanya tertawa. Baginya papanya adalah hal yang diluar dugaan.“Come on, Devano. Aku banyak sekali Intel yang dapat mengetahui keberadaanmu. Natasya juga pernah kemari bukan?