"Tuan?"Gadis itu memakai pakaian wanita pada umumnya dengan kepala yang tertutupi oleh sebuah topi lebar. Langit tampak sedikit cerah meskipun dengan udara yang cukup dingin.Untuk pertama kalinya aku melihat dia memakai busana tanpa lengan. Apakah dia tidak kedinginan di saat udara seperti ini? Ingin rasanya aku menanyakannya. Namun, aku tidak enak hati jika harus menanyakan pakaian yang sedang dikenakan oleh wanita. Suasana hati mereka akan berubah menjadi lebih sensitif.Di lengan sebelah kirinya, dia menenteng sebuah keranjang. Apakah dia sedang ada acara piknik di hari ini?Secara tidak sengaja, aku mengerutkan dahi menatapnya dari bawah hingga ke atas."Kau tidak menyukainya?""Mengapa kau berasumsi seperti itu?"Dia menganggkat kedua bahunya. "Sikapmu menunjukkan bahwa kau tidak suka.""Tidak, aku hanya terkejut jika kau berpenampilan seperti itu."Aku menggungakan kata 'penampilan' daripada 'pakaian' untuk melindungi diriku dari perubahan suasana hatinya."A-aku ingin piknik
Gadis itu memberikanku pakaian ganti. Dia mengatakan bahwa pakaian yang aku kenakan adalah milik kakaknya. Jadi aku tidak perlu mengembalikannya. Namun, aku khawatir jika aku mengambil sebagian kenangan dari kakaknya."Kau benar-benar tak apa?"Dia mengangguk dengan tegas."Kau tampak sedih telah kehilangan kakakmu. Sebaiknya aku tidak mengambil sesuatu yang berharga dari kakakmu."Dia tersenyum. "Itu hanya pakaian, tidak ada yang berharga."Tetap saja, sebaiknya akan aku kembalikan nanti.Di sudut ruangan ini, samping perapian, aku melihat sebuah piano yang di tutupi sebuah kain putih kusam. Piano ini menghadap ke jendela. Jika aku memainkannya pada saat cuaca sedang baik dan di pagi atau siang hari. Mungkin akan terasa lebih indah.Kemudian aku mendekati piano itu."Jika kau senang memainkannya. Bermainlah dengannya. Aku penasaran dengan melodi yang akan kau mainkan."Debu berterbangan ketika aku membuka penutup kain ini. Dengan spontan, aku mulai bersin dan menutup hidungku."Ini h
Hari ini aku berjalan berdampingan dengannya sambil bergandengan tangan, dia memeluk tanganku tanpa mau melepaskannya. Aku mengantarkan dia menuju ke tempat kerjanya, setelah itu aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan? Apakah sebaiknya aku kembali ke kediamanku untuk mmperbaiki punggungku? Aku merasa seluruh punggungku terasa sakit dan tidak nyaman. Mungkin ini karena aku telah tidur di lantai yang hanya beralaskan karpet. Namun, sejujurnya aku menyukai saat-saat malam itu. Semalaman aku memeluknya, beban pikiranku terasa sirna. Meskipun aku tidak mempunyai masalah, tapi keraguan yang ada di dalam diriku semuanya terasa menghilang begitu saja. Suasana pagi ini cukup lembab, karena awan masih mendung. Matahari enggan menunjukkan dirinya. Pagi ini di jalanan terdapat banyak genangan air, sehingga dengan terpaksa dia melepaskan tanganku untuk mencari jalan dan menghindar genangan. Kereta kuda melewati kami dengan laju yang cepat, roda dari kereta kuda mengenai genangan air kotor itu.
Pada akhirnya aku kembali dan duduk di kedai ini. Wanita itu bernama Sona. Dia benar-benar mengacaukan semuanya! Wanita menyebalkan! Mengapa dia ikut campur dan menyebabkan kekacauan? Padahal aku sedang merindukan kasurku yang empuk itu. Aku benar-benar ingin tidur untuk sementara waktu sampai punggungku terasa membaik. Aku merengung mengingat apa yang sudah dikatakan wanita itu. Dia benar, lebih baik aku jujur kepada diriku sendiri. Aku berniat memberitahu Sang Raja dalam waktu dekat, bahwa aku sudah tidak ingin melanjutkan perintahnya. Memang terdengar egois karena aku mementingkan perasaanku sendiri. Namun, pada saat Williams dan gadis itu saling mengamati dari kejauhan, mereka tidak tertarik satu sama lain. Ini adalah kesempatan bagiku untuk bisa berjuang memilikinya. Sebaiknya aku pergi dari sini sekarang, sebelum cuaca memburuk. Aku tidak ingin menginap di rumah gadis itu lagi, aku benar-benar akan canggung di sana jika seluruh anggota keluarganya sedang berkumpul. Aku pasti a
Udara hari ini cukup dingin. Salju akan turun beberapa hari ke depan. Saat turun salju pertama, aku ingin bersamanya. Menikmati saat-saat itu. Aku akan mengajaknya menginap di kediamanku. Aku tidak akan tahu dengan respon ayah seperti apa? Maka dari itu, aku akan membujuknya pada saat malam hari tiba.Meskipun cuaca sedang buruk. Namun, perasaanku berbanding sebaliknya. Ya, aku sedang jatuh cinta. Aku mencintainya sejak pertama kali melihatnya. Dia adalah wanita yang berbeda. Aku menyesal jika aku telah membohongi diriku sendiri. Aku akan jujur kepadanya hari ini, dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ada sedikit keraguan menyelimuti diriku, jika dia akan mencampakkanku dan tetap memilih Williams. Namun, aku harus tetap berusaha, jika dia menolak untuk bersamaku. Aku akan mencoba merelakannya, aku ingin dia bahagia.Seseorang membuyarkan lamunanku."Sedang apa kau di sini?" Dia menuruni kuda yang sedang ditungganginya.Dia adalah laki-laki yang tinggal di kediamanku bernama Da
Gadis itu telah mengubahku. Dia memberikan kehidupan yang berwarna untukku. Namun, dalam sekejap dia menggelapkannya kembali. Ingin aku menemuinya segera, memastikan bahwa dia baik-baik saja. Aku tidak perlu berbicara dengannya. Cukup melihatnya dari kejauhan. Mungkin dengan ini bisa membuatku tenang. Setelah malam itu aku bisa tertidur dengan tenang, kini aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku kembali terjaga dan termenung. Beberapa kali sahabatku menghiburku tapi aku hanya mengabaikannya. Aku tidak bisa menjadi seperti biasanya. Seperti, aku sudah kehilangan sesuatu yang paling berharga. Aku mengalami hal serupa ketika ibuku meninggalkanku. Saat ini aku memang tidak menangis, tapi hatiku sangat teriris-iris.”Hei! Bangkitlah! gadis di dunia ini sangat banyak. Aku bisa mencarikannya untukmu!”Aku hanya mendengarkannya. Dia tidak paham, gadis yang aku maksud adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya dan aku jatuh cinta dengan gadis itu, tidak ada yang lain. Hanya dia yang bisa membua
Suatu hari ketika aku masih kecil. Ibu selalu mengajakku pergi ke tempat ramai. Paling tidak ke pusat kota. Karena dia senang melihat banyak orang. Aku tidak mengerti, mengapa ibu senang berada di tempat ramai? Berbeda sekali dengan ayah. Dia lebih menyukai tempat yang sepi. Kami selalu berpisah jika waktu sedang senggang. Ayah selalu mengajarkan kakakku banyak hal. Salah satunya adalah bertarung. Kadang aku ingin mengikutinya, tapi ibu melarang. Dia mengatakan jika wanita tidak pantas melakukan hal yang biasa laki-laki lakukan.Ibuku menyuruhku menunggu di taman, di tengah-tengah taman terdapat kursi. Hanya saja kursi itu sudah diduduki oleh anak laki-laki. Sepertinya dia lebih tua dariku. Kurasa dia sedang tersesat. Melihat tingkahnya yang sedang kebingungan. Lalu aku menghampirinya."Di mana ibumu? Apa kau tersesat?"Dia hanya terdiam melihatku."Baiklah, akan aku temani di sini sampai ibumu datang." Aku duduk di sampingnya.Ibuku selalu mengajarkanku untuk berbagi. Maka dari itu,
Setelah beberapa tahun kami lewati bersama. Aku merasa sangat senang mempunyai seorang kakak laki-laki. Ketika itu aku hampir digoda oleh seorang pria tua yang sedang mabuk berat. Kakakku langsung bertindak dengan cepat, dia melindungiku. Aku merasa sangat bergantung sekali kepadanya, aku tidak sanggup jika kehilangannya. Jika dia menikah, kuharap dia tidak pergi terlalu jauh, sehingga aku masih bisa menemuinya.Namun, pada suatu hari ketika itu membuat hidupku kembali suram. Aku masih ingat, hari itu memang tidak seperti biasanya. Biasanya kami selalu berpergian secara bersamaan. Namun, hari itu tidak. Kakakku pergi terlebih dahulu ke hutan. Kegiatan yang selalu kami lakukan adalah berlatih memanah. Karena hanya itu yang bisa kulakukan. Sebelum aku mengambil busur panahku di sebuah rumah kosong, aku mendapati kakakku sedang bersama beberapa orang. Mereka tampak seperti prajurit. Ketika aku akan mendekat, kakakku memergokiku dan memberi tanda bahwa tidak perlu menghampirinya. Aku bers