"Heh! Sedang apa kau di sini?"Gracia menaikkan salah satu alisnya. Memang apalagi yang bisa dilakukan olehnya di tempat sepi berdebu, selain membawa sekeranjang bola tenis untuk dimainkan saat pelajaran olahraga. "Minggir," ucap Gracia datar, tak ingin meladeni gadis di hadapannya. Maria memang sering sekali berbuat ulah."Aku sedang bertanya padamu," gadis berambut hitam sebatas bahu berkacak pinggang di depan Gracia, "Jangan-jangan kau ke sini karena ingin bertemu juga dengan George!"Gracia mengembuskan napas panjang. Gadis berisik dan penggemar nomor satu dari putra keluarga Owens memang lah merepotkan. Ia tak habis pikir, kenapa George mau saja didekati perempuan yang bicaranya kasar dan suka seenaknya?"Maafkan aku, Maria. Tapi aku disuruh Mr. Arnold membawa bola-bola ini ke lapangan. Se-ka-rang juga," Gracia berucap seraya memberi penekanan pada setiap kata. Maria tersenyum miring, "Kaupikir aku tak tahu ya? Aku tahu kaumembuntutiku tadi, kau ke sini ingin melihatku bersama G
George melangkah santai menuju gudang lama yang terletak di belakang sekolah, hendak menyusul Gracia yang menurut teman-teman gadis itu, dia dimintai tolong oleh guru olahraga untuk mengambil sesuatu di gudang belakang. Lagipula, ada sesuatu yang harus George lakukan di tempat itu. Jadi dia akan sekalian saja ke sana sekaligus melihat keadaan Gracia.Sebenarnya, alasan George hendak pergi ke halaman belakang adalah karena dia ingin bertemu seseorang. Sebelumnya dia ada mendapat sebuah pesan dari seorang gadis yang selalu mengejar-ngejar cintanya. Nama gadis itu adalah Maria, seorang gadis yang sangat populer di sekolahnya. Cantik dan anak orang kaya. Dia tampak sempurna.Namun pesona gadis itu tidak bisa menghipnotis George untuk memalingkan perasaannya kepada orang lain. Di hatinya sudah dipenuhi impian yang besar kepada seseorang. Selain itu, George masih memiliki cita-cita yang harus dicapainya.Menjalin hubungan dengan seorang gadis tentu tidak termasuk ke dalam daftar impiannya
Tak pernah terpikirkan sedikitpun oleh Gracia bahwa dia akan dibuntuti oleh orang-orang aneh saat dalam perjalanannya menuju tempat janjiannya dengan George.Gadis yang sudah berpakaian rapi, dia bahkan sampai mengeritingkan rambutnya sedikit agar terlihat cantik pada kencannya hari itu justru tak menduga penampilannya akan menarik orang jahat."Hai, gadis cantik. Mau kemana?" Seorang pemuda dari 3 orang yang sedang berkumpul di dalam gang menegur Gracia yang melewati mereka sambil memainkan ponselnya.Gracia melirik pemuda itu sekilas, dan meneruskan perjalanannya. Awalnya dia tak berpikiran buruk. Namun ketika pemuda-pemuda itu justru membuntutinya, muncullah perasaan ngeri yang menghantui sang gadis. Gracia mempercepat jalannya."Hei, cantik. Jangan jalan cepat-cepat, mari kita bersenang-senang."Kemudian para pemuda itu tertawa. Mereka melecehkan gadis yang sedang menunggu kedatangan kekasihnya. Mereka memang janjian di suatu tempat.Gracia yang sudah terlanjur takut pun memilih
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini, George?" "Kita sudah mengetahui identitas mereka yang ternyata adalah kakak kelas kita yang sombong. Apa kita harus memberi mereka pelajaran?""Kita harus cepat mengambil tindakan!"Tom melirik sahabatnya yang tengah menulis sesuatu di buku catatan berwarna kuning. Pemuda Owens tampak begitu menekuni kegiatannya itu tanpa memedulikan hal lain, termasuk ucapan temannya sendiri."George, apa kau mendengarkanku?"Kesabaran seseorang ada di tingkat yang berbeda-beda, begitu pula dengan Tom yang sudah menunggu mulut George terbuka dan menceritakan masalah yang dihadapi olehnya. Namun, ia hanya diam.Tidak tahukah Tom jika George mendengarkan semua perkataannya sejak awal? Hanya saja, George tengah menyusun strategi balas dendam terhadap orang-orang itu sehingga mengabaikan eksistensinya. "Kau ini selalu bersikap seperti itu! Cobalah bercerita sesekali kepada kami, George! Aku dan Antonio dengan senang hati akan membantumu, kawan!"Tom memang tidak
Seingat George, Jerome Keith adalah pemuda sombong yang masuk ke klub sepak bola pertengahan bulan Mei lalu, di saat yang bersamaan dengan masuknya dia ke klub yang diketuai oleh seorang Kendall Robertson. Pemuda yang juga masuk dalam daftar orang buruannya.Kesimpulannya setelah meneliti sikap dan sifat Jerome selama beberapa minggu terakhir adalah, pemuda itu besar dalam keluarga biasa. Namun, gaya hidupnya bermasalah. Ia adalah seseorang dengan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Singkatnya, Jerome adalah pengikut setia dari hedonisme.Dia terbiasa menggunakan barang mewah, mulai dari sepatu, celana, ikat pinggang, jam tangan, bahkan jaket dan kendaraan yang ia naiki pun semua bermerek dan mahal.Dari kabar burung yang sempat George dengar, Jerome akan membeli mobil sport. Jika ini merupakan keberuntungan, maka George dengan senang hati mengucap syukur sebab ia akan meminta mobil baru kepada orang tuanya.Sedangkan mobil lam
Smith membuka koran harian yang baru saja dibelinya dari tetangga sebelah. Ia membelinya karena penjual koran langganannya tidak datang di hari Rabu yang cerah, dan Smith tidak bisa menunggu lebih lama lagi.Lelaki berbibir penuh dengan tanda lahir kecil di bagian atas bibirnya senang menikmati berita terbaru yang disajikan beberapa lembar kertas tipis beraroma unik bernama koran. Juga ditemani oleh secangkir kopi dan kicauan burung yang menyambut pagi.Suara derap langkah kaki membuyarkan konsentrasi sang pencinta semua hal yang berkaitan dengan misteri. Smith menoleh, dan seketika tersenyum tipis."Kau merasa lebih baik hari ini?" tanyanya kepada seseorang yang bergerak menghampirinya di ruang baca.Gadis berambut pirang yang tiba di ruangan itu membalas senyuman paman yang merawatnya. Ia mengangguk kecil, "Sudah lebih baik, Paman Smith. Bukankah beberapa hari yang lalu aku sudah memberitahumu?"Smith tertawa mendengar ucapan anak dari saudaranya, ia buru-buru melipat koran dan mena
"Kalian dengar berita hangat minggu ini? Jerome dan dua sahabatnya tengah sakit parah!""Hah! Benarkah?""Iya! Aku dengar dari ceritanya Mrs. Moore. Dia mengetahuinya langsung dari orang tua ketiga anak itu. Lalu, kalian tahu tidak? Ketiganya seperti orang linglung ketika baru saja tiba di rumah setelah beberapa hari menghilang, dan mereka bahkan sampai menyeret kakinya sendiri!""Wah, apa yang terjadi pada mereka ya."Suasana kantin Pascal High School terlihat ramai. Para siswa sibuk menceritakan berita hangat yang tengah santer dibicarakan oleh para guru di sekolah. Bahkan, Tom juga ikut membicarakan berita tersebut di saat George dan Antonio sedang memakan bekal makan siangnya."Wah, aku tak percaya akan seheboh ini," ucap Tom dengan antusias, George hanya mengangguk dan kembali memakan bekal yang dibuatnya sendiri di rumah. "Diamlah, nanti mereka tahu," hardik Antonio seraya memelototi pemuda ahli makan yang duduk di depannya. Sahabatnya Tom memiliki sikap yang persis seperti tok
"Kau yakin sudah menyuntikkan Rohypnol lagi kepada mereka?"Antonio terlihat gelisah, sesekali ia melirik tiga orang yang bersandar di kursi belakang mobil—dengan kondisi tak sadarkan diri. George tersenyum, dan memasang sabuk pengaman. Hari ini, biar Toni yang menyetir."George!" seru pemuda dengan iris mata berwarna biru, ia sudah cukup panik sekarang, ditambah kehadirannya diabaikan oleh sang sahabat.George tersenyum, "Tenanglah, aku sudah menyuntikkan Rohypnol kepada mereka. Dengan dosis cukup tinggi, kupastikan ketika bangun nanti, mereka akan kehilangan memori selama 8 sampai 12 jam." Pada akhirnya rasa gelisah Antonio berkurang sedikit setelah melihat senyum menjanjikan George. "Baiklah, awas saja jika mereka tiba-tiba ingat pertemuan kami di bar."George menghela napas, memandang kaca depan mobil yang merefleksikan tiga orang lelaki di belakang tempat duduknya, lalu bertanya, "Bukankah kau dan Tom sedang menyamar saat itu? Lagipula, hanya di hari itu saja kalian berdua berku