Tidak lama setelah Jody pergi, saat Sarlita bangun dari tempat tidur dia kaget melihat ada darah di sprei. Sarlita memeriksa bagian bawahnya, ternyata dia mengalami pendarahan.Sarlita segera segera telpon Jody, “Hallo Jod! Aku pendarahan!”“Serius kamu!? Okey deh aku segera pulang!” Jody sangat kaget mendengar Sarlita pendarahan, dia segera pulang.Sarlita segera mengganti sprei tempat tidurnya dan bersih-bersih di kamar mandi. Tidak lama kemudian Jody datang,“Banyak gak Sar keluar darahnya?” tanya Jody panik dari luar kamar mandi“Lumayan sih, Jod!!” sahut Sarlita.Sarlita keluar dari kamar mandi, Jody mengajaknya segera ke rumah sakit,“Yuk kita ke rumah sakit, kamu bisa jalan kan?”“Bisa sih.. asal jangan buru-buru.”Jody sengaja tidak memberitahukan kedua orang tuanya saat ke rumah sakit, mereka keluar lewat garasi. Jody tidak ingin orang tuanya tahu kalau Sarlita pendarahan.Sarlita dibawa ke emergency room untuk segera ditangani. Jody sangat takut kalau sampai Sarlita kegugura
Di rumah, Sarlita ajak Jody serius membicarakan masa depan mereka,“Jod! Kamu gak bisa hanya berpikir seputar selangkangan terus, kamu harus serius menatap masa depan.”“Maksud kamu apa, Sar?”“Cobalah cari aktivitas yang menghasilkan, Papa sudah kasih jalan tinggal kamu laksanakan.”Jody tidak ingin didikte Sarlita, dia protes pada Sarlita,“Sar.. aku gak suka kamu dikte gitu, aku tahu apa yang harus aku lakukan sebagai suami.” protes Jody“Jod! Wajar dong sebagai isteri aku ingatkan kamu, jangan anggap aku mendikte kamu dong!”Sarlita menjelaskan pada Jody, bahwa di matanya Jody banyak menghabiskan waktu yang tidak bermanfaat. Sementara, Jody berpikir apa yang dilakukannya sangat bermanfaat bagi dirinya.“Tuh kan! Kamu masih berpikir tentang diri kamu bukan tentang kita! Itulah yang harus aku ingatkan!!”Jody belum ingin bekerja, meskipun pekerjaan begitu mudah dia dapatkan. Dia masih merasa kalau dirinya bujangan dan masih ingin menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang. “
Satu bulan kemudianDengan berat hati akhirnya Jody terpaksa harus kuliah sambil bekerja, Sarlita pun kembali menekuni hobi menulisnya untuk mengisi waktu. Di website-nya “Virgin Story “ Sarlita menuliskan kisah hidupnya. Website ini menjadi tempat dia mencurahkan hati dan perasaannya, terutama kisah dirinya sampai kehilangan keperawanannya. Sedikit demi sedikit, followers-nya terus bertambah. Kisah hidup Sarlita sangat diminati pembaca, terutama mereka yang pernah kehilangan keperawanannya. Sehingga, website Sarlita menjadi tempat berkumpulnya wanita korban lelaki. Sebuah platform novel online memberikan tantangan pada Sarlita, untuk menjadikan kisah nyatanya dijadikan novel. Namun, Sarlita masih mempertimbangkannya. [Mbak Sarlita.. salam kenal saya Ratih, Editor In House FreeNovel.. saya tertarik dengan kisah yang mbak tulis di “Virgin Story.” Jika berkenan kami ingin terbitkan di platform kami, mbak bisa hubungi saya di nomor ini.] begitulah pesan yang percakapan yang diterima
Pagi-pagi sekali Jody sudah siap jalan kerja, dia pamit pada Sarlita, “Sar.. aku jalan dulu ya, aku harus ketemu customer pagi ini.” ucap Jody dengan tergesa-gesa “Gak salah kamu, Jod? Belum juga jam tujuh?”“Aku gak mau terjebak macet, Sar, kan aku karyawan baru harus jaga kondite.” Jody meninggalkan Sarlita begitu saja. Satu sisi Sarlita agak kesal dengan sikap Jody yang tidak memperdulikan dirinya, namun di sisi lain dia juga senang melihat semangat Jody. Sarlita merapikan tempat tidurnya, dia tidak ingin tiba-tiba Mama Jody masuk kamar dan melihat kamar masih berantakan. Sarlita juga merapikan meja kerja Jody dan kolong mejanya. Seperti biasanya Jody kalau habis mandi, handuknya di letakkan begitu saja di sandaran kursi kerjanya. Begitu juga pakaian kotornya yang berserakan di sofa kamar. Sarlita mengumpulkan pakaian kotor Jody yang mau dicuci, dia periksa satu persatu kantong celana dan kemeja Jody. Saat dia merogoh kantong celana Jody dia menemukan sebungkus kondom.“Ampun
Keesokan harinya Jody terlihat salah tingkah, Sarlita pura-pura tidak hirau dengan sikap Jody tersebut. Jody keluar kamar dan menuju ke dapur dilantai bawah, dia menanyakan pada pembantunya,“Bik.. kemarin sewaktu nyuci celana saya menemukan sesuatu gak di kantong celana?” tanya Jody“Gak ada apa-apa di kantong celana tuh Gan?”“Yaudah bik.. gak apa-apa..” ucap Jody sembari jalan kembali ke kamar. “Sar.. kemarin yang bawa pakaian kotor ke bawah siapa?”“Aku! Emang kenapa, Jod? Ada masalah dengan pakaian kamu?” Sarlita pura-pura tidak tahu. “Gak ada apa-apa sih.. kamu hari ini mau ke mana, Sar?”“Aku mau kontrol ke dokter, Jod! Kamu mau antar aku?”“Yaudah.. kamu jalan sendiri aja ya, karena aku harus ketemu customer pagi ini.”Sarlita sudah tahu apa jawaban Jody, baginya menanyakan itu pada Jody hanya sekadar basa-basi. Sarlita punya rencana lain sebetulnya, dia bukan ingin kontrol ke dokter. Seperti biasanya, Jody pergi begitu saja meninggalkan Sarlita. Tidak ada sama sekali basa
Jody dan Lisa sudah keluar dari Cafe dan menuju ke lift untuk segera turun. Sebagai brondong, Jody dianggap Lisa sangat memenuhi seleranya. Sebaliknya, Jody yang biasanya mengencani gadis-gadis yang masih fresh. Bagi Jody, selama bekerja sebagai marketing dia selalu bertemu customer seperti Lisa. Ini menjadi pengalaman baru dalam petualangannya dalam berkencan dengan wanita. “Kamu serius gak masalah ikut aku ke apartemen?” bisik Lisa saat di dalam lif. Jody hanya menggelengkan kepalanya, karena saat itu di dalam lift cukup banyak orang. Begitu keluar dari lift di lantai satu, Jody dan Lisa langsung belok ke kiri. Sementara dari arah kanan lift, Kiano dan Sarlita sedang berjalan menuju ke lift. Jody tidak tahu kalau Sarlita saat itu ada di mall yang sama dan hampir saja berpapasan dengannya. Begitu juga Sarlita, dia tidak melihat kalau Jody baru saja keluar dari lift dengan seorang wanita. Tidak terbayangkan kalau seandainya keduanya bertemu dalam keadaan masing-masing dengan pa
Kiano tahu kalau Sarlita tidak betah berada di rumah, dari gestur tubuhnya menjelaskan kalau Sarlita nyaman berada didekatnya. Namun, Kiano harus menjaga hubungannya, baik dengan Sarlita ataupun dengan Jody. “Aku pikir, sebaiknya aku antar kamu pulang Sar, karena gak baik juga buat kamu kalau kita terus berdua.”“Kenapa Kiano? Kamu takut ketahuan Jody?”“Bukan takut, Sar, biar bagaimanapun aku harus jaga semuanya. Baik hubungan aku sama kamu, juga sama Jody.”Kiano sudah pikirkan semuanya, dia tidak mungkin kencan dengan isteri orang lain yang sedang hamil. Meskipun dia sendiri sangat menyukai Sarlita. “Okey Kiano, tapi ini bukan pertemuan kita yang terlahir kan?”“Bukan Sar, aku selalu ada jika kamu butuhkan. Kita saling menjaga aja, kalau memang sudah saatnya aku harus minta kamu pada Jody, aku akan temui Jody.” tegas KianoKiano antar Sarlita pulang, dia merasa iba dengan nasib Sarlita. Namun, dia belum bisa berbuat apa-apa untuk membantu Sarlita. Sarlita mengingatkan Kiano, “Ki
Jody berusaha menjelaskan dari mana alat kontrasepsi itu dia dapatkan. Namun, Sarlita seakan tidak ingin mendengar alasan Jody, “Apapun dalih kamu untuk menjelaskannya tidak lagi penting Jod! Mulai sekarang, kalau kamu mau menggauli aku kamu harus gunakan itu.”“Ini tidak masuk akal, Sar, kenapa aku menggauli isteri aku sendiri harus menggunakan itu!!?” tanya JodyJody tanyakan itu dengan perasaan kecewa. Padahal, dia baru saja kesal diskorsing perusahaan. “Jod! Pada wanita lain kamu gunakan itu, kenapa sama aku kamu keberatan? Aku gak mau janin yang ada di rahimku kena penyakit, Jod!!”Jody kehabisan kata-kata, karena apa yang dikatakan Sarlita tidak mampu dia bantah. Dia tidak menyangka kalau Sarlita menemukan kondom itu di saku celananya. Kadang memang, perbuatan yang tidak baik itu sangat sulit untuk disembunyikan. Seperti menyimpan bangkai, semakin lama baunya akan tercium. Sepandai pandainya Jody menyembunyikan perselingkuhannya, selalu saja ada cara Sarlita mengetahuinya. D