'Aku harus menemuinya!'Itu adalah pikiran yang terbesit dalam benak Sagar ketika ia tersadar dari lamunannya. Sayangnya, tidak ada satupun dari sendinya yang mau bergerak mengikuti keinginan Sagar.Bergerak! Bergerak! Bergerak!“Tuan Sagar, mari kita lanjutkan turnya,” ucap Jason yang membuat Sagar tersadar jika saat ini ia tidak bisa meninggalkan pria itu karena pekerjaannya.“Ah, benar … ke mana kita harus pergi sekarang?”“Silakan lewat sini, Tuan Sagar.”Jason menunjuk jalan yang harus mereka lalui. Entah bagian mana lagi yang akan ditunjukkan oleh pria itu pada Sagar. Sagar hanya mengikuti langkah Jason pergi. Sebelum benar-benar beranjak dari tempatnya, Sagar menoleh ke belakang, ke arah tempat wanita yang mirip dengan Bella dipindahkan. Jika darah profesional tidak ada dalam dirinya, mungkin Sagar sudah berlari ke arah Bella, memegang tangannya, dan memastikan jika wanita itu baik-baik saja.***“Terima kasih sudah mau bekerja sama dengan rumah sakit kami, Tuan Sagar. Saya ber
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?”Stefany, wanita yang datang menghampiri Sagar itu, memiringkan kepalanya dengan kebingungan. “Kamu bicara apa, sih? Perusahaan kita saling kerja sama, kan?”Sagar semakin tidak mengerti. Ia tidak ingat pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Stefany. Pikirannya bertanya-tanya, apa mungkin Sagar tanpa sengaja menandatangani dokumen sebelum ia membacanya terlebih dahulu? Sebelumnya, karena kondisinya yang memang tidak sepenuhnya fit, Sagar hanya membaca sekilas dan beberapa dokumen pun langsung ia tanda tangani dengan bantuan nasihat Bryan.“Ah, Nona Stefany, ternyata Anda sudah datang!” Suara Bryan yang datang dari belakang membuat Sagar menoleh dengan cepat. “Padahal saya sedang dalam perjalanan menjemput Anda, ternyata Anda ada di sini.”Sebelum benar-benar berbincang dengan Stefany, Sagar menarik tangan Bryan menjauh. “Sebentar, Stefany, ada hal yang harus aku bicarakan dengan Bryan,” ucap Sagar tanpa sadar menghilangkan kalimat for
Saat pertama kali bertemu dengan malaikat kecil itu, Bella menitikkan air mata. Perjuangan selama sembilan bulan mengandung akhirnya terbayarkan dengan pertemuan itu. Seluruh rasa sakit yang Bella rasakan langsung menghilang entah ke mana.Sembari menggendong malaikat itu, Bella tidak berhenti menangis. Ia merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagiaan seutuhnya pada bayi itu. Sesaat setelah lahir, Bella justru tidak ada di sisinya dan tidak ada pula sosok ayah yang seharusnya menjadi pendamping bayi itu di kala Bella tidak ada.“Aku berjanji akan membahagianmu, Gabriel,” janji Bella pada malaikat kecilnya. Itu adalah satu-satunya nama yang terbesit dalam pikiran Bella. Untuk sementara, Bella akan menggunakan nama itu. Bella pun tidak mau repot-repot memberikan nama belakang pada anaknya.***Suasana hati wanita itu sedang tidak baik. Di tempat bekerjanya yang baru beberapa bulan ini, Naura memang senang dengan semua kegiatannya. Ia pun bekerja sepenuh hati. Namun, ada saja
“Dari mana kamu dapat nomorku?” tanya Bryan dengan ketus. Mood-nya sangat buruk. Ia hanya ingin beristirahat dan melupakan pekerjaannya selama sehari. Namun, kini ia sedang berbicara dengan seorang yang ia kenal.“Itu tidak penting! Pokoknya aku mau protes sama kamu!” seru wanita yang ada di seberang telepon. Terdengar jika ia sedang menahan amarahnya. “Gara-gara kamu! Orang-orang yang ikut dalam survei lapangan menerima potongan gaji karena laporan yang kamu tulis itu!”Bryan terdiam dan berpikir tentang laporan yang sebelumnya ia berikan pada perusahaan itu. “Oh, tentang kinerja pegawai di perusahaan kamu yang buruk itu?”Wanita itu menggeram. Tebakan Bryan sepertinya memang benar. “Iya! Aku tidak paham mengapa kamu menulisnya seperti itu? Cepat tulis ulang laporanmu itu! Kamu menuduh yang tidak-tidak pada pegawai rendahan seperti kami ini!”Bryan menjawab, “Tidak mau. Aku hanya menulis apa yang benar-benar terjadi. Faktanya, pegawai yang ikut serta dalam survei memang berperilaku t
Ada semburat merah tipis di pipi Stefany saat mendengar pujian Hana. “Anda bisa saja. Jika bukan karena Anda, saya mungkin tidak akan menjadi seorang desainer!”Hana menepuk bahu Stefany pelan. “Jarang sekali, lho, ada desainer muda seperti kamu yang juga merangkap sebagai CEO di perusahaan sendiri. Melihatmu, aku jadi ingat dengan keponakanku sendiri!”“Anda punya keponakan?” tanya Stefany pura-pura terkejut. Sebenarnya, ia tahu jika Hana berasal dari keluarga Biruga, seperti nama belakangnya dan nama rumah modenya. Nama Biruga sama dengan nama keluarga Sagar.“Benar!” Hana mengangguk bangga. Ia sangat membanggakan keponakannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri itu. “Dia masih muda dan sangat tampan dan bekerja sebagai CEO di Perusahaan Biruga.” Hana mendekatkan dirinya pada Bella seolah ingin mengatakan hal yang serius. “Kamu pernah dengar rumor tentan Laura, aktris terkenal itu, yang berpacaran dengan Sagar Biruga? Sagar keponakanku dan rumor itu bohong seratus persen!”“Iy
“Tidak ada hal yang menarik, kok. Semuanya berjalan biasa saja. Yah, meski aku dekat dengan beberapa wanita, tetapi aku tidak benar-benar tertarik pada mereka,” ungkap Sagar dengan menutupi apa yang sudah terjadi selama setahun terakhir. “Dibandingkan denganku, bukannya kisahmu lebih menarik? Dari seorang perempuan yang dirundung menjadi seorang desainer hebat.”Stefany meletakkan alat makannya. Ia sudah menunggu Sagar untuk menanyai keadaannya. “Yah, memang banyak hal yang aku harus lalui untuk bisa sampai pada titik ini. Seperti katamu, semuanya tidak mudah, tetapi perjuangan yang aku lakukan ternyata berhasil dengan baik.”“Aku sempat hidup sebatang kara karena kedua orang tuaku yang meninggal. Aku memang punya papa angkat yang dulunya adalah pemimpin perusahaan yang sekarang aku gantikan. Beberapa orang memandangku dengan rendah karena aku bukan anak kandung beliau, tetapi aku berhasil menunjukakn pada mereka jika aku berhasil karena kerja kerasku, bukan karena mengemis minta dipe
“Bukankah aku sudah bilang kalau aku bisa sendiri?” ucap Sagar sembari menatap Stefany yang bersikeras untuk merawatnya hingga ia sampai di hotel.Saat ini, Sagar ingin beristirahat di kamarnya, tetapi Stefany menerobos masuk sebelum Sagar menutup pintunya. Wanita itu berdalih ingin mengecek bagaimana keadaan Sagar saat ini. Sagar mengatakan jika dirinya baik-baik saja, ia bahkan ingin menunjukkan jika ia bisa makan dan minum dengan tangan kirinya, tetapi Stefany tetap teguh pada pendiriannya dan menawarkan diri untuk membantu Sagar makan dengan menyuapinya.“Aku tahu kamu juga lelah, pergilah mandi dan istirahat! Aku juga mau mandi, kalau ada kamu di sini semuanya jadi susah,” ungkap Sagar. Ia merasa lelah, ia ingin segera beristirahat.“Okey …,” kata Stefany yang akhirnya mengalah. Ia segera keluar dari kamar Sagar.Setelah kepergian Stefany, Sagar pun merasa bisa leluasa melakukan hal yang ingin dia lakukan. Meski memang terasa menyusahkan karena hanya bisa menggunakan sebelah tang
“Bu Zalwaaa!!”Wanita paruh baya itu tersentak saat seseorang memanggilnya dengan manja. Belum selesai dari terkejutannya, wanita yang memanggilnya itu berlari memeluk Bu Zalwa. Ia melompat-lompat kecil sampai membuat wanita itu kesulitan menggendong Gabriel yang ada di lengannya.“Ya ampun, Bella! Kamu kenapa?” tanya Bu Zalwa kebingungan.Bella tidak langsung menjawab. Ia justru menarik Gabriel dari gendongan Bu Zalwa dan mengecup-kecup anak laki-lakinya itu. Bella berputar-putar dengan menggendong Gabriel.“Aku diterima bekerja di rumah sakit, Bu!” seru Bella akhirnya menjawab pertanyaan Bu Zalwa. “Katanya, aku bisa mulai bekerja awal bulan besok!”“Beneran, Bella? Syukurlah! Ini semua rezeki dari Tuhan!” ucap Bu Zalwa ikut bahagia mendengar ucapan Bella.Akan tetapi, kebahagiaan Bell tiba-tiba saja menghilang. Ia berhenti melompat dan berputar-putar. Kebingungan terlihat di wajahnya.“Kenapa, Bella? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Bu Zalwa.“Aku lupa memikirkan nasib Gabr