haloo semua ... Ada salam nih dari Arya sang raja gombal hihi. Kira-kira suka ngga sih kalau Arya gombal gini? Boleh dong kasih komentarnya. See you di next bab ya gais >.<
“Ayda!”Suara yang terdengar kencang membuat Ayda langsung menghentikan langkahnya. Sambil membawa satu keranjang kosong yang semula berisi makanan, ia mengalihkan pandangan ke arah Arya. Lelaki yang sudah berjuang bersamanya untuk memberi makanan pada orang sekitar desa yang membutuhkan. Saat melihat binar bahagia di wajah Arya yang berjalan ke arahnya, Ayda pun ikut mengembangkan senyumnya.“Saya dapat ini!” seru Arya sambil memperlihatkan dua buah tiket nonton pagelaran di tangannya. “Kita harus pergi untuk menyaksikannya!” imbuhnya sambil menunjukkan tiket yang ia bawa pada Ayda.Dengan ekspresi heran, Ayda pun mengambil salah satu tiket dan membacanya. Tertera tulisan pertunjukkan pagelaran dapur seni biru karya siswa sekolah menengah atas. Saat tertera judulnya tentang kisah romansa, Ayda pun tersenyum dan teringat dengan film yang pernah ia saksikan. “Boleh, sepertinya seru. Saya jadi teringat dengan film yang pernah saya tonton,” sahut Ayda.“Bagus kalau kamu suka. Memangnya k
Arya POV“Peluk saya dengan erat!” titah Arya dengan sedikit berteriak.Tanpa merasa ragu, Ayda pun mengeratkan pelukannya di pinggang Arya. Meski bukan untuk pertama kalinya melakukan hal ini. Akan tetapi, Ayda masih merasa sedikit takut. “Hati-hati, Mas,” ucapnya memperingatkan Arya yang terlihat sangat bersemangat.“Saya pastikan kejadian sebelumnya tidak akan terulang,” sahut Arya meyakinkaa Ayda bahwa dirinya telah ahli dalam mengayuh sepeda. Jalan yang hanya diterangi oleh beberapa lampu yang cukup mengerikan. Jika hilang keseimbangan sedikit saja, maka sawah sudah siap untuk menyapa. Dengan penuh semangat dan tekad, Arya mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi. Ia tidak mau terlambat datang ke tempat yang akan diadakan pagelaran.Lokasi yang tidak terlalu jauh dari rumah, membuat Ara mengajak Ayda untuk naik sepeda sambil menikmati pemandangan langit di malam hari. Sensasi yang dirasakan ketika naik sepeda memang sangat berbeda. Jika Arya terbiasa dengan dinginnya pendingin r
“Adam,” ucap Arya dengan tangan yang terkepal kuat.Suasana bahagia dalam hatinya seketika hilang setelah melihat kehadiran Adam di pasar malam. Tanpa diharapkan, lelaki yang selalu mencari masalah dengannya tiba-tiba datang. Dalam kondisi baju dan wajah basah, Arya pun berusaha menahan amarah.“Kenapa? Lo ngga suka lihat gue di sini?” Adam kembali memulai perdebatan.Namun, Arya yang tak ingin termakan dengan umpan yang Adam berikan pun perlahan membalikkan badan. “Saya tidak punya waktu untuk berurusan dengan kamu,” ujarnya dengan tenang.“Oh, jadi sekarang lo takut. Karena Ayda ada di sini, iya? Dasar suami takut istri,” ejek Adam yang tiada habisnya.Meskipun emosinya sudah membara dalam hati, tetapi Arya hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan. Emosi tidak akan bisa menyelesaikan masalah.“Lo nggak berhak mendapatkan cinta Ayda! Dia gadis baik-baik yang seharusnya nggak bersatu dengan lelaki seperti lo! Tidak bertanggung jawab dan selalu bersikap seme
“Sudahlah, Arya. Perdebatan dalam rumah tangga itu sudah biasa, kamu hanya harus bersikap dewasa dan mengambil pelajaran dari setiap masalah yang ada. Nenek yakin, Ayda tidak akan meninggalkan kamu hanya karena masalah kecil seperti itu.”Perkataan yang menenangkan terus terngiang dalam ingatan Arya. Setiap kali ia merasa kehilangan arah, Arya selalu mengingat perkataan Darma yang diucapkan ketika Arya melakukan kesalahan pada Ayda. Namun, kini situasinya berbeda. Bukan kesalahan kecil yang Arya lakukan, tetapi kesalahan besar yang bahkan sangat mengecewakan.Sambil menatap langit pagi yang sangat cerah, Arya menghela napas panjang dan meneguk segelas teh manis hangat yang dibuatkan oleh Lasmi. Pagi ini terasa berbeda, kejadian semalam membuat hubungannya dengan Ayda kembali tidak baik-baik saja.“Arya,” panggil Lasmi yang sudah bersiap untuk pergi ke sawah.Setelah menghabiskan satu gelas teh di tangannya, Arya pun bangkit dari duduknya. “Iya, Nek,” sahutnya bergegas menghampiri Lasm
Ayda POV“Nek, dimana Mas Arya?” tanya Ayda saat melihat sang nenek datang seorang diri.Sebagai permintaan maaf, Ayda sudah menyiapkan makanan kesukaan Arya yang sangat spesial. Selama seharian ia sudah merenungi semua sikapnya yang mungkin menyinggung perasaan Arya. Hingga sore hari pun telah tiba, Ayda yang sudah menunggu kedatangan Arya seketika merasa tak tenang saat tidak melihat kehadiran suami tercinta.“Terjadi sesuatu Ayda, sekarang Arya sedang berusaha untuk memperbaikinya,” urai Lasmi yang terlihat sangat lelah.Setelah mendengar perkataan sang nenek, Ayda pun langsung panik. “Dimana Mas Arya sekarang, Nek?”“Arya ada di kandang kambing, dia ….” Belum selesai bicara, ucapan Lasmi terhenti ketika Ayda langsung berlari keluar rumah.Ketika mendengar nada bicara Lasmi yang berbeda, Ayda sudah bisa merasakan terjadi suatu hal yang buruk. Terlebih ketika berkaitan dengan Arya, Ayda tak bisa tinggal diam dan langsung menyusulnya. Dengan sekuat tenaga, Ayda berlari dan tak menyad
“Mas yakin? Saya berat!” papar Ayda yang tak ingin menyulitkan Arya. Dalam posisi yang sudah sangat siap, Arya menarik tangan Ayda agar segera naik ke atas bahunya. “Bagi saya rindu pada kamu yang lebih berat,” sahut Arya yang membuat pipi Ayda langsung memerah.. Setelah mendengar ucapan, Arya yang menggetarkan hatinya. Ayda pun melompat untuk naik ke bahu Arya dan berpegangan pada pundaknya. Meski awalnya terasa sulit, teta ketika Arya mulai berjalan rasanya sangat menyenangkan. Ketika melewati jalan yang licin, Ayda dengan erat berpegangan pada pundak Arya dan memastikan keaseimbangan suaminya. “Saya akan pastikan kita berdua selamat sampai rumah,” papar Arya saat menyadari Ayda merasa ngeri digendong belakang olehnya. Beberapa warga yang melihat perlakuan manis Arya pada Ayda pun melemparkan siulan menggoda. Sambil menutup sebelah wajah dengan tangan, Ayda tersenyum menahan rasa malu dari pandangan warga. “Mas Arya tidak malu menggendong saya seperti ini?” tanya Ayda dalam perja
“Lo tuh bisa naik sepeda nggak sih? Hampir aja gue jatoh gara-gara kecerobohan lo!” umpat lelaki dengan nada bicara yang penuh emosi.Dengan napas terengah, Arya yang merasa sangat terkejut pun lebih dulu memastikan kucing yang berhasil ia hindari. “Syukurlah kucingnya aman,” gumamnya dalam hati.Meskipun sebagai gantinya, Arya hampir saja menabrak sebuah motor yang datang dari arah berlawanan. Saat melihat sosok yang tak asing menatap kesal ke arahnya, Arya pun menghela napas gusar. “Saya minta maaf, semua ini terjadi karena saya sedang terburu-buru untuk mencari istri saya,” sahutnya tak ingin mencari masalah.“Mencari istri? Maksud lo Ayda?” tanya Adam, lelaki yang hampir bertabrakan dengan Arya.“Iya, saya ingin mencari Ayda. Dia diculik,” jawab Arya apa adanya.Adam yang terlihat sangat terkejut pun langsung turun dari motornya dan berjalan menghampiri Arya. “Lo serius? Kenapa Ayda bisa hilang?”“Masa saya bercanda. Saya juga tidak tahu bagaimana kejadian pastinya, tapi penculik
“Maksud kamu? Memangnya apa yang aneh?” tanya Aryda dengan kerutan di dahinya. Adam yang terlihat sangat serius pun menatap Arya dengan jarak yang lebih dekat. “Lo bukan Arya yang gue kenal,” jawabnya dengan tatapan penuh rasa curiga. Sedangkan Arya yang mengetahui Adam pasti sedang bergurau pun langsung menghela napas sambil memejamkan matanya sejenak. Berusaha mengumpulkan tenaga yang sudah terkuras habis saat menghadapi Adam. “Saya memang bukan Arya,” sahutnya tak ingin ambil pusing dengan dugaan Adam padanya. “Tuh ‘kan benar! Pantas aja lo terlihat tenang meskipun gue udah bikin lo ke sasar. Ternyata lo bukan Arya yang emosian!” papar Adam sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Terserah!” timpal Arya dan kembali melanjutkan langkahnya. Hari terakhir berada di desa, tak disangka Arya harus melewati situasi yang sangat sulit dalam hidupnya. Tanpa kendaraan, ponsel, dan barang yang bisa ia gunakan untuk segera pergi dan terbebas dari Adam dan juga motornya. Harapanny