“Sudahlah, Arya. Perdebatan dalam rumah tangga itu sudah biasa, kamu hanya harus bersikap dewasa dan mengambil pelajaran dari setiap masalah yang ada. Nenek yakin, Ayda tidak akan meninggalkan kamu hanya karena masalah kecil seperti itu.”Perkataan yang menenangkan terus terngiang dalam ingatan Arya. Setiap kali ia merasa kehilangan arah, Arya selalu mengingat perkataan Darma yang diucapkan ketika Arya melakukan kesalahan pada Ayda. Namun, kini situasinya berbeda. Bukan kesalahan kecil yang Arya lakukan, tetapi kesalahan besar yang bahkan sangat mengecewakan.Sambil menatap langit pagi yang sangat cerah, Arya menghela napas panjang dan meneguk segelas teh manis hangat yang dibuatkan oleh Lasmi. Pagi ini terasa berbeda, kejadian semalam membuat hubungannya dengan Ayda kembali tidak baik-baik saja.“Arya,” panggil Lasmi yang sudah bersiap untuk pergi ke sawah.Setelah menghabiskan satu gelas teh di tangannya, Arya pun bangkit dari duduknya. “Iya, Nek,” sahutnya bergegas menghampiri Lasm
Ayda POV“Nek, dimana Mas Arya?” tanya Ayda saat melihat sang nenek datang seorang diri.Sebagai permintaan maaf, Ayda sudah menyiapkan makanan kesukaan Arya yang sangat spesial. Selama seharian ia sudah merenungi semua sikapnya yang mungkin menyinggung perasaan Arya. Hingga sore hari pun telah tiba, Ayda yang sudah menunggu kedatangan Arya seketika merasa tak tenang saat tidak melihat kehadiran suami tercinta.“Terjadi sesuatu Ayda, sekarang Arya sedang berusaha untuk memperbaikinya,” urai Lasmi yang terlihat sangat lelah.Setelah mendengar perkataan sang nenek, Ayda pun langsung panik. “Dimana Mas Arya sekarang, Nek?”“Arya ada di kandang kambing, dia ….” Belum selesai bicara, ucapan Lasmi terhenti ketika Ayda langsung berlari keluar rumah.Ketika mendengar nada bicara Lasmi yang berbeda, Ayda sudah bisa merasakan terjadi suatu hal yang buruk. Terlebih ketika berkaitan dengan Arya, Ayda tak bisa tinggal diam dan langsung menyusulnya. Dengan sekuat tenaga, Ayda berlari dan tak menyad
“Mas yakin? Saya berat!” papar Ayda yang tak ingin menyulitkan Arya. Dalam posisi yang sudah sangat siap, Arya menarik tangan Ayda agar segera naik ke atas bahunya. “Bagi saya rindu pada kamu yang lebih berat,” sahut Arya yang membuat pipi Ayda langsung memerah.. Setelah mendengar ucapan, Arya yang menggetarkan hatinya. Ayda pun melompat untuk naik ke bahu Arya dan berpegangan pada pundaknya. Meski awalnya terasa sulit, teta ketika Arya mulai berjalan rasanya sangat menyenangkan. Ketika melewati jalan yang licin, Ayda dengan erat berpegangan pada pundak Arya dan memastikan keaseimbangan suaminya. “Saya akan pastikan kita berdua selamat sampai rumah,” papar Arya saat menyadari Ayda merasa ngeri digendong belakang olehnya. Beberapa warga yang melihat perlakuan manis Arya pada Ayda pun melemparkan siulan menggoda. Sambil menutup sebelah wajah dengan tangan, Ayda tersenyum menahan rasa malu dari pandangan warga. “Mas Arya tidak malu menggendong saya seperti ini?” tanya Ayda dalam perja
“Lo tuh bisa naik sepeda nggak sih? Hampir aja gue jatoh gara-gara kecerobohan lo!” umpat lelaki dengan nada bicara yang penuh emosi.Dengan napas terengah, Arya yang merasa sangat terkejut pun lebih dulu memastikan kucing yang berhasil ia hindari. “Syukurlah kucingnya aman,” gumamnya dalam hati.Meskipun sebagai gantinya, Arya hampir saja menabrak sebuah motor yang datang dari arah berlawanan. Saat melihat sosok yang tak asing menatap kesal ke arahnya, Arya pun menghela napas gusar. “Saya minta maaf, semua ini terjadi karena saya sedang terburu-buru untuk mencari istri saya,” sahutnya tak ingin mencari masalah.“Mencari istri? Maksud lo Ayda?” tanya Adam, lelaki yang hampir bertabrakan dengan Arya.“Iya, saya ingin mencari Ayda. Dia diculik,” jawab Arya apa adanya.Adam yang terlihat sangat terkejut pun langsung turun dari motornya dan berjalan menghampiri Arya. “Lo serius? Kenapa Ayda bisa hilang?”“Masa saya bercanda. Saya juga tidak tahu bagaimana kejadian pastinya, tapi penculik
“Maksud kamu? Memangnya apa yang aneh?” tanya Aryda dengan kerutan di dahinya. Adam yang terlihat sangat serius pun menatap Arya dengan jarak yang lebih dekat. “Lo bukan Arya yang gue kenal,” jawabnya dengan tatapan penuh rasa curiga. Sedangkan Arya yang mengetahui Adam pasti sedang bergurau pun langsung menghela napas sambil memejamkan matanya sejenak. Berusaha mengumpulkan tenaga yang sudah terkuras habis saat menghadapi Adam. “Saya memang bukan Arya,” sahutnya tak ingin ambil pusing dengan dugaan Adam padanya. “Tuh ‘kan benar! Pantas aja lo terlihat tenang meskipun gue udah bikin lo ke sasar. Ternyata lo bukan Arya yang emosian!” papar Adam sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Terserah!” timpal Arya dan kembali melanjutkan langkahnya. Hari terakhir berada di desa, tak disangka Arya harus melewati situasi yang sangat sulit dalam hidupnya. Tanpa kendaraan, ponsel, dan barang yang bisa ia gunakan untuk segera pergi dan terbebas dari Adam dan juga motornya. Harapanny
“Apa?!” pekik Arya dengan ekspresi tak percaya pada apa yang baru saja Ayda katakan padanya.Dengan senyum kikuk, Ayda pun menggenggam erat tangan Arya. Ia sadar semua ini pasti terasa berat bagi Arya yang berada di hutan seorang diri tanpa bantuan dari siapapun. Memikirkan hidup yang entah akan berlanjut atau tidak memang sangat menyedihkan. “Maaf, Mas,” lirih Ayda.“Maaf? Saya ketakutan di sini! Tapi kalian dengan mudahnya minta maaf dan membiarkan saya seperti orang gila?” erang Arya dengan nada tinggi.Ayda yang tak mengira Arya akan bereaksi seperti ini pun seketika terdiam. Mencoba untuk bersikap tenang meski rasa sedih menyeruak dalam hatinya. “Semua ini saya lakukan demi Mas Arya. Di hari terakhir kita berada di desa. Saya ingin hari ini menjadi hari yang tak akan terlupakan untuk kita. Dengan Mas Arya menyadari semua kesalahan yang selama ini Mas Arya lakukan. Saya harap Mas Arya mengerti dan tidak akan marah,” ungkapnya.Namun, Arya yang masih terlihat syok pun terdiam sejen
“Sama seperti yang bilang. Kamu suka?” tanya lasmi yang sudah berdiri di belakang Ayda.Tanpa berpikir lama, Ayda langsung menganggukkan kepala. “Suka, Nek. Gaunnya sangat indah,” balas Ayda yang langsung jatuh hati pada gaun berwarna cokelat muda yang sangat mempesona.“Pakailah gaun ini nanti malam. Nenek sudah menyiapkan kejutan untuk kamu dan Arya.” Lasmi menangkupkan kedua tangannya di wajah Ayda.Bersamaan dengan itu, Arya yang baru saja memasuki rumah pun menatap lasmi dan Ayda secara bergantian. “Apa ada yang saya lewatkan?” tanyanya mencegah keheningan.“Kemarilah Aryam” titah Lasmi.Dengan gerak cepat, Arya pun langsung berdiri di samping Ayda yang menatap ke arahnya.“Kamu harus berjanji pada nenek. jaga Ayda dengan baik begitu juga hatinya. Semua kesalahan yang terjadi jadikanlah sebagai pelajaran dan pegangan untuk mengambil keputusan di setiap langkah. Nenek harap kalian akan selalu bersama hingga maut memisahkan kalian berdua,” ungkap Lasmi dengan berurai air mata.Suas
“Sudah siap?” Suara yang terdengar penuh semangat mengiringi awal baru yang akan dimulai. “Siap!” sahut Ayda yang tak kalah semangat. Ia mengembangkan senyumnya sambil berdoa dalam hati untuk keselamatan dalam menempuh perjalanan. Sambil melambaikan tangan ke arah luar mobil, Ayda bersorak mengucapkan selamat tinggal. Lasmi dan Adam yang mengantar kepulangan Ayda dan Arya menatap sendu ke arah mobil yang perlahan meninggalkan lapangan. Setiap pertemuan yang berakhir perpisahan memang terasa berat. Sebab ada rindu yang harus dipendam dalam diam. Setelah mendapatkan apa yang diharapkan, akhirnya Ayda bisa pulang bersama Arya di sampingnya. Akan tetapi, saat dalam perjalanan menuju rumah. Entah mengapa Ayda tiba-tiba merasakan pusing di kepalanya yang disertai mual. Tak langsung mengatakannya pada Arya, ia lebih memilih untuk menahannya sambil memejamkan mata. “Sayang,” panggil Arya sambil mengelus lembut rambut Ayda. Saat mendengar namanya dipanggil, Ayda pun langsung membuka mata d