“Astaga suamiku makin hari makin bucin aja!” tutur Ayda sambil mencubit pelan pipi Arya yang sangat menggemaskan.“Haha, kamu juga makin ….” Arya menjeda kalimatnya sambil memikirkan sebutan yang tepat untuk Ada.“Makin apa? Kenapa berhenti?” Ayda menatap lekat ke arah Arya.“Makin seksi setiap detiknya,” imbuh Arya sambil mengedipkan salah satu matanya.Dengan ekspresi tersipu malu, Ayda menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Aaaa Mas Arya!” rengeknya seperti anak kecil.Setelah menghabiskan es potong yang terasa sangat nikmat, Ayda pun menggandeng tangan Arya untuk mencari tempat makan. Es saja tidak cukup menutupi rasa lapar di pagi hari yang membutuhkan banyak energi. Ayda melihat ke kanan dan kiri menyusuri jalan yang dipenuhi penjual makanan.“Kita ingin makan apa sayang?” tanya Arya yang mengikuti kemanapun kaki Ayda melangkah.“Makan nasi uduk khas Betawi. Saya melihatnya tadi, tapi saya lupa dimana tempatnya,” sahut Ayda sambil terus berjalan.Kondisi pasar yang cukup
“Takut, Mas? Apa yang harus ditakutkan? Apa Mas Arya takut saya meninggalkan Mas dan lebih memilih Zayn, iya? Saya ngga habis pikir sama Mas, sebenarnya apa yang ingin Mas Arya buktikan,” papar Ayda yang akhirnya kembali bicara.Arya yang mengakui dirinya salah pun menundukkan kepala. Ia terlalu cemburu hingga melakukan hal yang diluar kendalinya. “Maaf Ayda, saya hanya ingin melihat ekspresi kamu saat bertemu lagi dengannya … dan ternyata seperti dugaan saya. Kamu berusaha menghindarinya,” jelas Arya mengungkapkan alasannya.“Apa salah kalau saya menghindar? Saya ingin menjaga hati Mas Arya, karena itu saya berusaha menghindarinya,” sergah Ayda yang tak paham dengan maksud ucapan suaminya.“Saya paham, tapi seharusnya kamu bisa bersikap biasa saja. Seperti halnya sama bertemu dengan Laras. Apa saya berusaha menghindarinya, tidak bukan? Saya bersikap biasa karena tidak ada perasaan apapun lagi untuknya. Maaf kalau saya terkesan egois saat memaksa kamu untuk tetap berada di sana. Saat
“Ih pelan-pelan, Mas!” Arya tersenyum dengan ekspresi menyebalkan. “Saya sudah terlatih untuk melakukan ini,” ucapnya dan kembali beraksi. Sedangkan Ayda hanya diam membeku dalam posisinya. Suasana pagi yang dingin adalah waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas yang mengeluarkan keringat. Namun, Ayda hanya bisa menggelengkan kepala saat Arya lebih memilih untuk berenang di air yang terasa sangat dingin. “Mas Arya! sudah berenangnya,” rengek Ayda yang khawatir Arya akan masuk angin karena berenang dalam keadaan perut kosong. “Sebentar sayang. Lebih baik kamu ikut saya berenang, pasti akan lebih menyenangkan,” sahut Arya dan kembali menyelam ke dalam air. Sebagai lelaki yang hobi berenang, Arya tak bisa melewatkan kesempatan untuk menikmati sensasi dingin di pagi hari. Meski dalam kondisi lapar, tetapi Arya tetap menikmatinya. Ketika terdengar suara bel kamar berbunyi, Ayda yang semula duduk diam di tepi kolam pun langsung bergegas menuju pintu. Dengan semangat ia membuka pintu u
Arya POV“Membahagiakan kamu adalah tujuan baru dalam hidup saya Ayda. Saya rela melakukan apapun agar kamu selalu berada di dekat saya untuk selamanya,” gumam Arya sambil menatap intens wajah Ayda yang sedang tersenyum bahagia.Pertunjukkan musik yang sedang diadakan di taman membuat Arya merasa tidak menyesal karena sudah mengajak Ayda ke sana. Alunan musik yang terdengar merdu membuat semua pengunjung taman merasa senang. Beberapa orang terlihat bernyanyi bersama sambil melambaikan tangannya. Pertunjukkan di halaman taman memang selalu mengundang banyak pengunjung datang.Sedangkan Arya hanya diam berdiri di barisan belakang sambil memantau Ayda yang berdiri di sampingnya. “Kamu suka lagunya?” tanyanya memastikan.“Tidak terlalu,” jawab Ayda sambil terus menatap ke depan panggung.Arya yang merasa heran dengan jawaban Ayda pun mengernyitkan dahinya. “Kalau tidak suka, kenapa melihatnya?”“Saya memang tidak suka, tapi bukan berarti saya membencinya,” timpal Ayda dengan senyum yang m
Ayda POV“Mas, mau saya belikan teh atau kopi?” tanya Ayda pada Arya yang sejak pulang dari taman terus berbaring di atas tempat tidur dan tanpa mengatakan apapun.“Tidak, perlu. Saya hanya ingin istirahat, lagi pula sudah malam. Lebih baik kamu juga istirahat sekarang,” sahut Arya yang kembali menarik selimut dan memainkan ponselnya.Tanpa mengatakan apapun lagi, Ayda memilih untuk beranjak keluar dan menenangkan diri di balkon kamar. Sejak kejadian di taman, Arya sama sekali tidak mengatakan apapun atau terlihat marah pada Ayda. Sikapnya menjadi dingin seperti sebelumnya dan membuat Ayda merasa semakin bersalah.Meskipun pertemuan dirinya dan Bayu di luar kendalinya, tetapi tetap saja Ayda yakin bahwa Arya sangat cemburu akan hal itu. Terlebih saat ini semuanya terasa sangat berbeda, tak ada kebahagiaan yang terlihat di wajah Arya. Hingga akhirnya, dengan alasan tidak enak badan, Ayda tidak bisa mengganggu Arya dan memilih untuk memberinya ruang.“Maaf, Mas. saya hanya berusaha bers
*** Tak mudah bagi Ayda menjalankan situasi canggung antara dirinya dan Arya. Slama perjalanan pulang menuju rumah, ia bahkan hanya diam tanpa mengatakan apapun. Liburan yang diharapkan bisa merekatkan hubungan malah menjadi sebaliknya. Ayda tak bisa berbuat banyak dan lebih memilih untuk memberi ruang pada Arya. “Wah, akhirnya kalian pulang,” seru Darma sambil menyambut kedatangan Arya dan Ayda. “Iya, Nek.” Ayda turun dari mobil dan bersalaman dengan Darma. Setelah itu tanpa mengatakan apapun, Ayda langsung bergegas masuk tanpa menunggu Arya yang terlihat membicarakan sesuatu pada Darma sebelum masuk. Entah mengapa, Ayda merasa sangat lelah. Sejak semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya terus terbayang pada kejadian di taman. Kemarahan Arya membuat Ayda kehilangan separuh semangat dalam dirinya. Sesampainya di kamar, Ayda pun merebahkan tubuhnya sejenak. Meskipun perjalanan tidak jauh, tetapi situasi yang terjadi sangat menguras hati. Saat hendak menutup mata, pons
“Good luck, semoga hubungan kamu dengan Arya selalu baik-baik saja,” ucap Laras memberikan kata-kata penutup.“Terima kasih, semoga kamu bisa mendapatkan lelaki yang terbaik,” balas Ayda dan langsung beranjak pergi. Tujuan Ayda selanjutnya adalah bertemu dengan keluarga. Melupakan sejenak masalah adalah hal terbaik agar tidak larut dalam kesedihan yang ia rasakan.Sudah cukup Ayda bersedih hati, ia yakin Arya tidak akan mengecewakan dirinya. Dengan langkah cepat, Ayda pun berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya. Tanpa berlama-lama, Ayda meminta supir untuk melajukan mobil dan melanjutkan perjalanan.Pagi hari ini terasa sangat berbeda, ingin rasanya Ayda mengirim pesan pada Arya. Akan tetapi, lagu-lagi perdebatan sebelumnya menjadi penghalang dalam diri Ayda. Meskipun sikap Arya terlihat baik-baik saja, tetapi ia sadar ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya.Setibanya di rumah, Ayda pun menarik napas panjang dan berusaha bersikap baik-baik saja “Terima kasih, Pak. Sekarang
Setelah mengantri selama kurang lebih setengah jam, Ayda pun berhasil mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Dengan senyum gembira, ia berjalan keluar toko dan menaiki taksi yang setia menunggunya mengantri. “Maaf, ya Pak. Saya membuat Bapak harus menunggu lama,” ucapnya yang merasa tidak enak.“Tidak apa-apa, Mbak. Sudah menjadi tugas saya untuk mengantar penumpang ke tempat tujuan,” timpal bapak supir taksi yang sangat ramah.Perjalanan pun kembali dimulai, Ayda terus melihat ke arah jam di tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia takut Arya sudah pulang dan kejutan yang sudah ia rencanakan gagal. Setibanya di kantor Ayda pun bergegas turun setelah memberikan beberapa lembar uang kepada supir taksi yang sudah mengantarnya.Dengan langkah cepat, Ayda pun berjalan menuju ruangan Arya. Beberapa karyawan terlihat sudah bersiap untuk pulang. Ayda terus melangkah dengan harapan Arya masih berada di dalam ruang kerjanya. Saat keluar dari lift, Ayda pun mengembangkan senyuman sa