Minggu pagi ini Gavin dan Dava sudah tiga puluh menit bermain tenis di lapangan milik kompleks perumahan elite tempat tinggal Gavin. Sebuah lapangan outdoor di antara taman hijau tempat warga kompleks sering berjalan santai.
“Kenapa Arka belum juga datang?“ tanya Gavin setelah melakukan servis.
Dava dengan cepat mengembalikan bola itu ke arah Gavin namun dengan cepat ia sudah melakukan smash yang tidak bisa ditangkis oleh raket Dava.
“O, dia berkata kalau sedang tidak enak badan,“ jawab Dava dengan mengambil dan bersiap melakukan smash.
“Mungkinkah dia marah padaku karena kupaksa ikut dalam liburan Ara? Padahal kita tahu Arka tidak suka berlibur di negara bersalju.“
“Entahlah, bisa saja begitu kalau selama liburan Ara menyulitkan dia. Kenapa tidak tanya Ara tentang liburan mereka?“ tanya Dava balik.
Gavin berhenti sejenak setelah sebelumnya sudah siap melakukan servis ke kandang Dava.
“Aku bahkan seng
Arka, Gavin, dan Dava sudah berada di salah satu ruang rapat milik Leaf Corp keluarga Gavin. Gedung perkantoran yang masuk ke dalam sepuluh besar best arsitektur di Asia Tenggara. Mereka menunggu penjelasan Damar mengenai keberadaan Ferdi, sosok pria yang sudah hampir seminggu ini menghilang tanpa kabar.“Ada perkembangan apa mengenai Ferdi?” tanya GavinDamar menaruh map merah di hadapan Ferdi, “Ternyata usaha startup yang selama ini diakui Ferdi bukanlah miliknya. Itu adalah anak perusahaan di mana KAGA Corp sebagai pemiliknya,““Apakah itu berarti KAGA Corp ada di balik semua ini dan Singa yang di maksud oleh Ferdi?““Itu yang masih menjadi misteri besar, nyatanya aku tidak bisa menemukan hubungan para petingginya dengan Ferdi. Tidak ada catatan pertemuan dan juga panggilan antara Ferdi dan para petingginya. Ferdi terpilih sebagai direktur di perusahaan startup juga ber
“Membosankan!“ keluh Dava.Ini adalah hari senggang dari semua jadwalnya yang padat tapi ia hanya duduk diam di apartemen. Gavin dan Arka sibuk dan tak ingin bermain dengannya. Bahkan puluhan gadis yang ia telepon sebagian besar memakinya sebelum ia mengatakan sepatah kata pun.“Kenapa para wanita ini yang dulu begitu memujaku sekarang berbalik jadi benci, meski kucampakkan tapi mereka sudah mendapatkan banyak materi. Seolah mereka yang paling dirugikan!“ guman Dava.Sepuluh menit kemudian Dava yang mulai tertidur di sofa panjang depan ruang TV mulai terbangun mendengar dering di handphonenya. Setengah mengantuk ia menjawab panggilan itu.“Iya Hallo! “ jawab Dava“Baiklah aku bisa menemanimu, tapi mari kita bertemu di tempat karaoke,“ kata Gea.Mata Dava langsung terbelalak penuh antusias, “Oke, aku akan share loc tempat karaoke langgananku. Sebentar lagi aku meluncur.&r
Ara menghabiskan waktu seminggu lebih untuk memikirkan cara mengatasi perasaannya pada Arka, rasa cinta yang dulu mampu ia simpan rapat kini justru semakin tak tertahankan. Ia tahu dunia mimpi yang sudah Arka penuhi sebagai kekasih sementara sudah berakhir, tapi ternyata tidak dengan cintanya. Kenangan mereka selama di Swiss terus menghantui Ara, kebahagiaan yang sempat ia rasakan itu, rasa nyaman dan hangat yang diberikan Arka membuat gadis ini mulai bertekad untuk memperjuangkan cintanya pada Arka. Gavin sudah seminggu ini sengaja pulang larut dan berangkat sebelum sarapan pagi hanya untuk menghindari Ara. Gadis itu masih belum tahu alasan apa yang melatar belakangi tindakan Gavin. Namun malam ini ia sengaja menunggu Gavin untuk menanyakan itu dan juga memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Arka terhadap Gavin. Pukul satu malam, ia mulai mendengar mobil sport Gavin memasuki parkiran rumah. “Kakak sudah datang?“ tanya Ara mengagetkan Gavin yang berjalan menge
Sore ini ketiga sahabat sepakat bertemu di sebuah Cafe dekat kantor Gavin. Sepanjang pertemuan sepertinya cuma Dava yang sangat berapi-api menceritakan banyak hal sementara kedua sahabatnya hanya duduk menyimak, tak ada umpan balik antara percakapan mereka. Gavin dan Arka seperti tenggelam dengan dunianya sendiri, tubuh mereka ada dan mendengarkan tapi entah jiwa mereka. Gavin lebih sering menatap ke arah Arka, ia masih teringat pada pengakuan Ara tentang cintanya pada Arka semalam. Sementara Arka ia memilih lebih banyak diam karena baginya ia seperti tak mempunyai hak untuk bisa tertawa lepas lagi bersama sahabatnya setelah kejadian dengannya dan Ara. Sudah beberapa kali Dava menegurnya tapi tetap sama mereka tenggelam di dunia masing-masing. “Hallo, Jor kamu tahu dimana aku bisa memanggil team exorcist sepertinya kedua sahabatku butuh bantuan!” Dava mulai lelah melihat tingkah aneh kedua sahabatnya yang lebih banyak diam dan melamun. I
Di depan pintu masuk lantai bawah sebuah Mal sudah mengular antrean fans yang banyak di dominasi oleh gadis muda. Dava penyanyi solo terkenal duduk di ujung bangku menyambut satu persatu fans yang meminta tanda tangan di album terbarunya. Dava selalu menunjukkan senyum ramahnya ketika para fans mengajak ber-selfie, gunungan gado dari fans menjulang tinggi dari belakang tempat duduknya.“Gadis gendut minggirlah, kau sebaiknya antre di bagian belakang sendiri. Lemakmu menutupi pandangan kami dari Dava” maki salah satu gadis yang menyerobot antrean Mika, sedari tadi gadis itu terus saja di serobot antreannya. Seharusnya ia sudah mendapatkan tanda tangan Dava pada acara jumpa fans dan lounching album baru Dava seandainya ia tidak terus di suruh mundur. Wajah Mika sudah mulai letih, ia berdiri sejak dua jam lalu hanya untuk bertemu dengan Dava yang sudah dua kali ia bantu.“Acara tanda tangan akan
Arka bergegas mandi setelah seharian berada di lounching make up terbaru, Dava dan Gavin tak henti menelepon agar cepat menyusul mereka di acara ulang tahun Zivana seorang model terkenal. Pesta itu sudah pasti dihadiri oleh para model teman Zivana, mereka bertiga tak ingin memanfaatkan kesempatan langka untuk mendapatkan gadis ideal mereka. Arka berada di kamar mandi ketika tanpa sadar seseorang sudah menekan tombol pintu memasuki apartemennya. Bagi Arka yang tinggal sendiri ia terbiasa mengelap tubuhnya yang basah, meninggalkan handuknya dikamar mandi dan berjalan tanpa sehelai benang menuju kamarnya. Ia tak sadar seorang wanita tengah menatapnya di kursi ketika ia berjoget tanpa mengenakan baju. “Aku penasaran hal apa yang membuatmu begitu bahagia?” “Astaga!” Arka terjingkat ketika mendengar suara Ara yang tanpa ia sadari tengah duduk menatapnya tanpa busana. Pintu apartemen Arka memiliki sandi sama dengan Dava dan Gavin yang jelas diketahui
Pesta meriah ulang tahun Zivana sengaja di gelar dengan menyewa diskotek RedFloor yang berada di tengah kota. Pesta kali ini benar-benar bertabur wanita cantik dengan tinggi semampai, apalagi mereka di balut dengan pakaian sexy yang membuat banyak pria menelan ludah.“Kamu datang terlambat!” Gavin mulai menggeser tubuhnya begitu Arka datang, memberikan ruang untuk Arka duduk di sebelahnya.“Ada pekerjaan yang harus kubereskan.” Arka tak akan mampu berkata jujur pada Gavin bahwa alasan ia terlambat adalah kedatangan adik perempuannya di apartemen Arka. Saat Arka datang ia sudah menemukan kedua temannya telah memiliki pasangannya masing-masing, dua wanita cantik yang kini dalam rangkulan Gavin dan Dava. Dari tubuh mereka yang tinggi semampai dengan bentuk tubuh ideal jelas terlihat mereka adalah seorang model.Arka menghabiskan tiga puluh menit setelah kedatangannya menjadi obat nyamuk, hanya ia di bangku itu yang tidak memil
Pintu hotel tertutup, Rena berjalan lebih cepat menuju ke dalam, ia segera menghempaskan tubuhnya yang setengah mabuk ke atas ranjang. Tasnya dibuang begitu saja ke lantai. Ia tidur menyamping dengan tangan kanan menopang kepalanya, lekuk tubuhnya indah seperti jam pasir.Tidurlah di sini!” kata Rena sambil menepukkan bagian ranjang di sebelahnya. Ia tersenyum indah menatap Arka yang mulai mendekat ke arah ranjang. Rena terus mengagumi ketampanan yang tercipta dari setiap sudut wajah Arka, tak ada yang kurang sedikit pun, semua dibuat proporsional tanpa cacat, ia juga memiliki tubuh yang tinggi dan bidang. Rena bahkan dapat merasakan betapa hangat berada di pelukan Arka meski lelaki di hadapannya itu bahkan belum memeluknya.“Sebentar, aku masih ingin istirahat!” Arka menolak panggilan Rena di atas ranjang, ia lebih memilih menuju sofa panjang yang berada di kamar. Rena memang memiliki tubuh yang indah, pinggangnya ramping, ia mengenakan tube dres