Seorang wanita berusia 50 lebih sedang menunggu Arka di depan apartemennya. Ia sudah menunggu sejak satu jam lalu, bel yang ia bunyikan tak membuat seorang-pun keluar dari rumah itu. Perempuan ini memilih menunggu sambil duduk berjongkok. Kaki tuanya tak cukup kuat untuk menopangnya berdiri lama. Kecantikan masih terpancar jelas dari kulitnya yang selalu ia rawat.
“Kamu sudah pulang Nak?” Sapanya sambil berdiri menyambut kedatangan putranya yang sudah lima tahun lebih tak ia temui. Anaknya itu tak pernah menerima kehadiran ibunya sejak kejadian lima belas tahun lalu.
“Bukankah aku sudah bilang, jangan temui aku lagi! Aku sendiri yang akan menemuimu saat jantungmu tak mampu lagi menopang dirimu!” kata Arka kasar pada ibunya. Kalimat sama yang pernah ia ucapkan lima tahun lalu untuk ibunya yang sedang di rumah sakit saat berpura-pura sakit hanya agar Arka mau menemuinya.
“Ayah tirimu sakit parah, setelah kematiannya ibu akan menyerahkan semuanya padamu!” kata i
Di pinggir jalan raya Arka memarkirkan mobilnya, menatap ke arah galeri baju pengantin milik Ara. Kebetulan gadis itu sedang menghias manik pada gaun pernikahan di depan jendela kaca lantai ke dua. Tubuh kecilnya hilir mudik mengitari gaun pengantin, sesekali ia memegang dagu lancipnya dan menatap ke arah gaun memastikan bagian mana lagi yang perlu ia sulam dengan manik. Arka tersenyum tipis melihatnya dari jauh.‘Ini hari Minggu tapi sepertinya ia sangat sibuk' guman Arka, entah kenapa tiba-tiba setir mobilnya mengarah ke galeri Ara. Setelah kedatangan ibunya di apartemen Arka merasa sesak berada di sana, ia ingin keluar dan menenangkan diri, ia terus memacu mobil tanpa tujuan dan saat tersadar dirinya malah berakhir di depan galeri Ara, mengamati gadis itu dari dalam mobilnya.Arka menarik nafas panjang, ‘Astaga apa yang aku lakukan! Kamu harus sadar Arka ini tidak boleh!’Arka segera menyalakan mobilnya kembali, ia membutuhkan pelarian sebel
Arabella tidur meringkuk di ranjang hotel kelas tiga yang ia datangi tadi pagi untuk melakukan testpack.‘Tidurlah Ara, mungkin ini semua hanya mimpi. Saat bangun kenangan hari ini akan memudar seperti mimpi-mimpi lainnya.’Ara berusaha keras untuk bisa tertidur, ia lelah dan ingin memindahkan semua beban berat yang datang tiba-tiba hari ini menuju alam mimpinya. Tapi matanya belum juga memejam, tubuhnya bergelimpang ke kanan dan kiri. Ia gelisah memikirkan nasib bayi dalam perutnya terlebih lagi Arka sudah bersama gadis lain, bahkan jika ia menikahinya, pernikahan itu hanya akan terasa hampa tanpa cinta dari Arka. Belum lagi reaksi keluarga besarnya terutama Gavin, mungkin Arka akan di hajar hingga remuk baru boleh menikahinya.‘Apa yang harus kulakukan?’Ara terus merasa gelisah, berulang kali ia ingin menekan nomor telepon Arka di nomor dua pada panggilan cepatnya. Tapi ia selalu ragu, kini ada bayi kecil di perut
Di ruang pengap dan dingin, untuk pertama kalinya Ferdi mendapat kunjungan. Sipir penjara mengatakan ada orang penting yang ingin menemuinya. Ia berjalan menyusuri lorong menuju ruang pertemuan, di sana sudah ada sosok Keanu yang menunggunya bersama Roby. “Untuk apa seorang pangeran sampai datang ke tempat kotor seperti ini?” Ferdi merasa keheranan bahwa orang yang datang adalah Keanu. “Aku ingin berterima kasih secara langsung pada hasil kerjamu?” kata Keanu sambil tersenyum bahagia. “Apa yang kau maksud? Kenapa baru sekarang mengucapkan terima kasih setelah aku masuk bui?” “Aku harap kau sabar sebentar, orang yang memasukkanmu ke penjaralah yang akan mengeluarkanmu. Tak hanya itu kau bahkan akan menjadi bagian dari keluarga mereka. Hiduplah dengan bahagia di Leaf Corp, hisaplah kekayaan mereka seperti lintah!” “Tunggu, apa sebenarnya yang kamu bicarakan?” Ferdi semakin penasaran pada penjelasan panjang Keanu yang tak ia mengerti. “Na
Nayara tersenyum tipis menahan sakit, seperti sebuah anugerah ia bisa menatap wajah adiknya. Jarinya yang masih bergetar dan penuh luka, berusaha menghapus air mata yang menggenang di pipi Keanu. Sesaat kemudian Nayara memejamkan mata, tubuhnya terkulai dan tak sadarkan diri. Ibu Hani mencegat mobil secara serampangan di pinggir jalan. Tak ada yang berhenti, mereka ketakutan mobilnya akan menjadi tempat kematian wanita hamil yang tampak jelas sedang berjuang melawan malaikat maut. Ibu Hani putus asa, tak ada taksi yang lewat. Menunggu kedatangan ambulans terlalu lama untuk mereka. Sebuah mobil bak berhasil dihentikan oleh Ibu Hani. Keanu segera membopong tubuh kakaknya yang terkulai lemas menuju atas bak. Sopir pick up memacu kendaraan secepat yang ia bisa. “Bertahanlah Kak, kumohon!” pinta Keanu dengan raut putus asa. Ia memeluk erat tubuh kakaknya yang bersimbah darah. Ia juga merasakan darah yang terus keluar dari pangkal paha kakaknya. ‘Tuhan, to
Gosip mengenai Dava menghina seorang gadis gendut di sebuah pesta lelang menyebar dengan cepat dan menjadi headline media nasional. Media dengan cepat menggodoknya menjadi narasi yang terus menyudutkan Sang Artis. Apalagi ayah Mika menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk membuat media semakin memberikan citra buruk pada Dava. Banyak acara panggung Dava yang di batalkan juga beberapa iklan yang mulai memutus kontrak secara sepihak Dava sebagai brand ambasador mereka. Ujungnya Manajemen Stone kewalahan menerima klaim penalti.Dava duduk dengan posisi tegap di ruang kerja Gavin, dua telapak tangannya di letakkan di lutut. Ia terus memantau Gavin yang sangat sibuk menyelesaikan masalah yang Dava buat. Ia sepenuhnya pasrah pada caci maki apa saja yang akan meluncur dari mulut Gavin.“Huft, lihatlah sekarang sikap cerobohmu membuat manajemen ini nyaris koleb,” keluh Gavin.“Ma-maaf!” hanya kata itu yang b
Dava berhasil membuat janji dengan Mivi di sebuah private restoran. Poin pertama yang Gavin sampaikan untuk Dava adalah, ia harus datang lebih dulu dan berdandan dengan bagus. Dava sudah melakukan perintah itu, ia sudah datang dua puluh menit bahkan sebelum waktu yang Dava dan Mivi sepakati. Ia memakai kemeja hitam, yang lengannya ia singkap hingga ke siku. Ia juga mengenakan celana abu dengan sabuk hitam berlogo huruf 'H'. Semua tampilannya sempurna, ini adalah style Dava yang selalu mendapat pujian dari barisan para mantan teman kencannya dulu.Saat Mivi membuka pintu ruang makan malam mereka, gadis itu menyunggingkan senyum tipis dan lembut. Ia masih gadis yang sama, kharismanya sebagai wanita independen dan casual selalu bisa membuat jantung Dava bergemuruh.“Apa aku membuatmu menunggu lama?” tanya Mivi mengawali obrolan mereka malam ini.“Tidak, aku sengaja datang awal agar memberi kesan yang baik untukm
Ara akhirnya memilih keluar dari tempat persembunyiannya, ia harus segera menemui Arka. Bagaimanapun ada darah daging pria itu di dalam perutnya, setidaknya ia harus tahu meski hasil akhirnya mungkin tak seperti yang ia harapkan.Ara menuju salah satu booth kosmetik Arka yang berada di Mall tengah kota, setelah sekretaris kantornya mengatakan bahwa bosnya sedang ada di sana untuk lounching kosmetik terbarunya. Langkahnya pelan tak seperti biasanya, dulu ia melaju dengan cepat tiap kali akan bertemu dengan Arka cinta pertamanya. Tapi kali ini berbeda, cintanya justru semakin melemah saat ada darah daging Arka yang ia bawa. Hubungan Arka bersama Anastasya membuat ia ketakutan bahwa pria itu akan menyuruhnya untuk menggugurkan janin di dalam rahimnya. Arka memang baik, tapi ia tetaplah playboy yang tidak menjadikan pernikahan sebagai tujuan akhirnya dalam setiap hubungan.Langkah Ara kini sudah sangat dekat dengan booth A
Tiga pria duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik di depannya, sudah beberapa menit mereka berempat duduk dalam diam. Setelah tanpa sengaja membocorkan identitas salah satu pasien VIP di tempat ia bekerja Anastasya merasa kacau dan menyesal kenapa mulutnya begitu licin dan langsung mengatakan tentang Lintang pasiennya. Ia adalah pasien yang sangat di sembunyikan keberadaannya oleh wali dari Lintang. Rumah sakit tempat Anastasya bekerja juga sudah mendapatkan banyak bantuan dari wali Lintang agar menjaga wanita itu dengan baik. Tiga pria yang duduk menatap ke arah Anastasya jelas menginginkan sesuatu yang sulit di kabulkan oleh Anastasya. Wajah mereka menatap penuh harap, duduk mereka tegap dengan dua tangan yang sudah terjajar rapi di atas lutut masing-masing. “Bisakah aku mengunjungi Nayara?” tanya Gavin dengan suara rendah. Jika memang harus berlutut untuk mendapatkan izin itu, ia akan berlutut tanpa rasa ragu. Anastasya menarik nafas panjang, keringa