Arka mendorong tubuh Anastasya yang semakin mendekap erat dirinya. Ada gurat wajah amarah yang coba Arka tahan.
“Ini kantor Tasya, apa yang kau lakukan?” tanya Arka dengan nada suara meninggi. Wajah Arka jelas tidak senang pada perbuatan Anastasya. “Ma-maafkan aku tak mampu menahan diri,” jawab Anastasya dengan terbata-bata. Ia mulai ketakutan melihat ekspresi wajah Arka. Hatinya hancur, pria di hadapannya kini menatap dingin ke arahnya. Tak ada sikap hangat yang selama ini ia tunjukkan seperti biasanya. Dari cara Arka menolak pelukan darinya, Anastasya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa pria di hadapannya sudah berubah. “Duduklah!” pinta Arka tanpa menatap sedikit pun pada Anastasya. Mereka kini duduk berhadapan, tapi Arka tak menatap wajah Anastasya. Ia lebih memilih mengalihkan pandangan.Untuk beberapa saat mereka hanya duduk dalam senyap. Hawa dingin menyebar memenuhi ruangan, Anastasya hanyAra tiba di kantornya, ia segera menuju lantai tiga tempat ruang kerjanya berada. Via yang sedang menyambut sepasang klien calon pengantin hanya bisa menatap pada Ara yang berjalan sambil setengah berlari. Wajah Ara carut marut, ia bahkan berlalu begitu saja tanpa menyapa para tamu di galeri seperti yang biasa ia lakukan.‘Ada apa lagi dengan dia?’ batin Via dengan menarik nafas dalam. Sedetik kemudian dia menarik senyum tipis ke arah dua klien.“Apa dia Arabella, desainer baju pengantin yang terkenal?” Mata calon pengantin wanita begitu berkilau setelah melihat Ara melewati mereka.“Bisakah baju pengantinku dibuatkan oleh dia? Aku bisa membayar lebih untuk itu,” pinta wanita yang merupakan pelanggan VIP di galeri Ara.Via tersenyum tipis, jika bukan karena dia tahu Ara sedang dalam emosi yang tidak stabil ia jelas akan mengiyakan secara langsung permintaan pelanggan VIP di hadapannya.“
Dava duduk di ujung ranjang hotel, bola matanya naik turun menatap wanita seksi yang berdiri di depan tubuhnya. Jemari lentik wanita itu segera merenggut gelas wine dan meneguknya secara nakal di hadapan Dava. Lidahnya menjilat lembut sisi cembung gelas wine, matanya menatap nakal ke arah Dava.Wanita ini adalah Claire, seorang artis berusia 30 tahunan dan janda satu orang anak. Ia adalah artis paling kontroversial di dunia hiburan saat ini, tidak ada prestasi yang berarti. Suaranya bahkan tidak merdu dan aktingnya sangat buruk, ia hanya mempertahankan popularitasnya dengan berbagai skandal.Claire adalah Friend with benefit bagi Dava, mereka sudah menjalin hubungan terlarang saat Claire masih gadis. Mereka berhenti ketika Claire menikah dengan seorang bule, tapi hubungan mereka kembali terjalin malam ini saat Claire sudah resmi bercerai.“Aku dengar kamu sedang menjalin hubungan dengan Mivi?” tanya Claire sambil melebarkan kedua kakinya dan kini duduk tep
Gavin memilih Nayara dan melepas semua hingar bingar lelaki cassanova yang selama ini ia sandang. Beberapa hari berpikir membuat ia mengetahui, tak akan pernah ada kebahagiaan lagi jika ia belum melakukan penebusan dosa pada Nayara. Ia tahu betul itu, dosanya pada Nayara bahkan menciutkan nyalinya untuk mengunjungi makam anak mereka.Ini adalah hari kedua ia bertugas sebagai tukang kebun di rumah sakit. Sejak kemarin ia hanya berani menatap Nayara dari jauh. Saat pagi wanita itu hanya duduk diam setelah merapikan rumput liar di taman bunga hortensianya. Saat siang ia akan menikmati makan siang di dalam kamar sendiri, setelah itu ia tak akan pernah keluar lagi dari kamarnya hingga ke esokan harinya.Gavin belum melihat Nayara ikut membaur bersama pasien yang lain. Ia seperti hidup di dunianya sendiri.Pagi ini Gavin masih mengamati Nayara sambil merapikan taman tak jauh dari wanita itu. Dokter Hana memang melarang Gavin langsung bertemu Nayara, ia ing
“Lintang kamu mau ke mana?” pekik salah satu pasien yang melihat lintang tengah berlari sekencang mungkin untuk keluar dari taman rumah sakit jiwa.Begitu mendengar suara teriakan itu Gavin dan Anastasya langsung menoleh ke arah Nayara yang sudah tidak berada lagi di kursi panjang tempat ia biasa duduk. Wanita itu justru sedang berlari menuju keluar rumah sakit. Secepat kilat Gavin segera berlari menyusul Nayara untuk menghentikan gadis itu.Banyak teriakan memanggil nama Lintang, tapi gadis itu tetap berlari tak memedulikannya. Ia seperti berlari mengejar sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh semua orang. Langkahnya semakin menuju keluar gerbang, ia semakin dekat dengan jalan raya. Gavin menambah ritme gerakan kakinya, ia semakin dekat dengan Nayara, tapi wanita itu juga semakin dekat menuju jalan raya.Mata Gavin menangkap sebuah truk besar tengah menuju ke arah Nayara berlari tapi Nayara tak mengetahuinya, ia hanya berlari mengeja
Ara sudah mengemasi barang-barangnya, ia tengah bersiap menuju Australia bersama Tante Geby. Mata Ara menyapu ke sekeliling kamarnya, ini seperti perpisahan yang menyakitkan bagi Ara. Ia masih ingat betapa bahagianya dulu saat berusia 12 tahun bisa kembali ke Indonesia dan bersatu lagi bersama kakaknya. Ia kemudian menemukan dua kakak laki-laki lagi yang kemudian salah satunya menjadi orang yang sangat ia cintai, dan kini karena lelaki itulah ia akan kembali tinggal di Australia.Cintanya pada Arka adalah hal yang sangat mahal untuk di bayar bagi Ara, ia harus merelakan Indonesia, keluarga, pekerjaan bahkan impian pernikahan yang indah hanya untuk melahirkan secara senyap di negeri orang.“Apa kamu sudah siap?” tanya Tante Geby menghampiri Ara di kamarnya.Ara hanya tersenyum simpul kemudian menarik kopernya menjauh dari kamar. Setiap langkah, pikirannya tertarik kembali dengan berbagai kenangan di masa lalu. Ia ingat bagaimana Arka mengobati l
Arka sadar ada kesalah pahaman besar Ara tentang dia dan Anastasya ketika itu. Ia harus menemukan Ara untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi Via sahabat Ara hanya kini menatapnya penuh kebancian terlihat tidak kooperatif.“Itu tidak seperti yang kamu dan Ara bayangkan,” jelas Arka, ia harus meluruskan dulu kejadian waktu itu pada Via jika ingin membuat gadis ini membuka mulutnya tentang keberadaan Ara.Via hanya membalas dengan senyuman sinis yang hanya runcing di satu sisi. Tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya, Arka tahu gadis ini 99% tidak percaya padanya.‘Baiklah percuma aku menjelaskan padanya!’ batin Arka.“Tolong katakan di mana keberadaan Ara, aku harus menjelaskan banyak hal padanya,” Arka memelas, suaranya ia buat serendah mungkin agar Via bisa membantunya.“Kamu sudah sangat terlambat,”Arka tersentak, “Apa yang kamu maksud?” pikiran buruk Arka tiba-tiba be
Dava pergi ke ruang kerja Gavin, tapi ia masih tak menemukan lagi sahabatnya itu duduk di ruang kerjanya. Ruangan itu masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya. Ia tak berpikir bahwa Gavin akan memutuskan tinggal di Bogor untuk waktu yang lama. Ia hanya mengira itu cukup untuk satu dua hari tapi sepertinya Gavin sekarang bahkan akan memilih menetap di sana.Dava mendengus, ia menutup kembali pintu ruang kerja Gavin dan melangkah keluar. Ia kecewa, sudah seminggu lebih kedua sahabat seakan melupakan dirinya. Tak ada lagi obrolan di grup chatting mereka, bahkan saat Dava mengirim pesan untuk mengajak bertemu. Mereka berdua secara kompak menjawab sedang sibuk dan ada masalah penting yang harus mereka selesaikan.‘Apakah hanya mereka yang punya masalah? Lalu bagaimana denganku? Mereka bahkan tidak tahu dilema apa yang aku alami,' Dava berguman sendiri di dalam lift. Ia menendang dinding lift hingga membuat dirinya meringis kesakitan. Pemandangan itu tepat terjad
Dava masih belum banyak bicara, hingga makanan mereka datang ia bahkan tidak menyentuh makanan yang sudah tersaji di meja. Mivi menggenggam erat pisau steik dan menekannya kuat-kuat di atas daging hingga menembus piring keramiknya. Dava membuat ia hilang akal hari ini.“Makanlah nanti kamu sakit,” pinta Mivi dengan suara lirih.Dava masih diam membisu, perutnya lapar dan terasa perih tapi ia masih harus memerankan drama ini sedikit lebih lama.‘Sampai batas mana kesabaran yang kamu miliki,' batin Dava dengan hatinya yang licik.Mivi tidak berpikir jauh, ia hanya mengira kekasihnya sedang marah dan tidak tahu niat tersembunyi Dava.“Aku pulang saja sepertinya suasana hatimu sedang buruk!” Mivi berdiri dari tempat duduknya, pergi adalah cara ia mengendalikan amarah yang sudah ingin meledak dari dalam tubuhnya. Kain murahan yang ia kenakan sekarang membuat seluruh kulitnya terasa panas dan gatal, tapi lelaki