Setelah selesai sarapan, Harsya dan Fajar memutuskan untuk kembali, Fajar meninggalkan mobilnya di pulau itu dan mereka kembali dengan mobil milik Harsya. Soal mobil yang tinggal di pulau, Fajar tidak risau karena nanti ada anak buahnya yang akan membawa mobil tersebut.
Fajar memberhentikan mobil yang ia kemudikan di sebuah pom bensin karena mobil yang ia kendarai memang hampir kehabisan bensin.
"Jar aku ke toilet sebentar ya." Pamit Harsya kepada Fajar, gadis itu memang sedang ingin ke kamar mandi.
"Hati-hati entar di culik loh." Kelakar Fajar ke Harsya.
"Siapa coba yang mau nyulik aku di jam 8 pagi ini? Penculiknya masih tidur kali." Jawab Harsya membalas candaan milik Fajar, lagian dengan bela diri yang ia punya. Ia yakin bisa melindungi dirinya sendiri dengan aman.
Situasi kamar mandi pom bensin cukup lengang, Harsya segera menuntaskan rasa ingin buang air kecilnya, seperti perempuan lain setelah buang air kecil Harsya mencuci tangan
"Anak buah ku berhasil mendapat rekaman dari sebuah toko kecil, sepertinya mobil yang di curigai membawa Harsya pergi ke arah kota XY." Jelas Fajar melihat laporan yang telah di temukan anak buahnya. "Baik, saya juga berusaha melacak di mana keberadaan anak saya." Ujar Aldrich dengan dingin, ia langsung mematikan telfonnya dan langsung berusaha mencari tau keberadaan di mana putrinya kini berada. "Tolong lacak rekaman CCTV yang aku berikan, aku tidak mau bagaimana pun caranya kalian harus menemukan keberadaan putriku, bila kalian tidak mampu menemukan di mana keberadaan putriku dalam waktu 1x 24 jam, siap-siap kepala kalian akan lepas!" Titah Aldrich tidak main-main karena baginya putrinya yang utama, buat apa ia mengerjakan orang mahal-mahal bila tidak mampu menemukan di mana keberadaan putri semata wayangnya itu. "Baik bos." Ucap anak buah Alridch di dalam dunia mafia dengan kompak, sedari awal mereka memasuki dunia mafia. Mereka sudah siap dengan semua resikonya lagian uang yang
Harsya POVAhh kepalaku sangat sakit, mereka begitu tega membangunkan diriku dengan seember air dingin dan kini aku tidak dapat berbuat apapun, mereka tidak hanya mengikat kaki dan tanganku namun juga menutup mataku serta menyumpal mulutku dengan sebuah lem, ahhh sialan aku begitu tidak berdaya.Sepertinya penculikku kali ia begitu pintar, dulu waktu SD aku pernah di culik namun tidak sampai 2 jam keluargaku mampu melacak ku namun kini sudah beberapa jam berlalu namun belum ada tanda-tanda mereka menemukan jejak diriku.Gadis yang tampak lemah hingga membuat aku terkecoh itu sangat pintar, ia membuang telfon yang ada di saku bajuku padahal itulah harapan ku agar bisa di selamatkan dengan cepat. Cihhh... Di dunia ini sangat penuh dengan kamuflase dan dengan bodohnya aku terperangkap di dalamnya, di mana Harsya yang selalu waspada. Ahhh aku benci keadaan ini!Arrggghhh aku merasa jijik dengan sentuhan pria itu, ia mengatakan semua kata yang memuakkan. Andai
"Di mana gadis itu?" Tanya seorang pria kepada lelaki yang memiliki bekas luka di bawah matanya."Gadis itu ada di dalam tuan." Jawab lelaki yang memiliki bekas luka itu."Buka pintunya!" Teriak lelaki itu dari balik pintu dan seketika beberapa anak buah yang ada di dalam ruangan yang bersama Harsya langsung membuka pintunya."Selamat datang tuan." Dengan serempak anak buah lelaki yang memiliki luka di bawah matanya itu langsung menyapa lelaki bersetelan rapi itu dengan sopan.Lelaki paruh bayah itu dengan sombong memasuki ruangan itu sambil memandang jijik ke arah tawanan mereka."Tidak ku sangka putri semata wayangnya keluarga Pradigta sangat mudah untuk ku culik, cih mereka terlalu memandang orang dengan rendah." Ujar lelaki paruh Bayah yang memakai jas hitam itu."Buka penutup matanya cepat!" Titahnya kepada para bawahannya dan dengan sigap para bawahannya pun membuka penutup mata milik Harsya."Sekarang kau sudah bisa melihat buk
"Bos bangun bos..." Lelaki yang memiliki luka di bawah matanya berusaha membangunkan bosnya itu. "Enggghh." Kepala lelaki itu berdenyut, ia akhirnya sadar juga setelah 14 menit pingsan karena mendapat Bogeman mentah dari Harsya. "Di mana gadis itu? Aku ingin membunuhnya saat ini juga." Berang lelaki tua itu, ia terlalu memandang sepele putri dari pasangan Pradigta itu. "Maaf bos ia berhasil kabur dan kini anak buah ku berusaha menangkapnya kembali." Ucap Bambang, lelaki yang memiliki luka di bawah matanya itu. "Ahhh apa yang harus ku katakan pada bos kita," keluh lelaki tua itu Drettt... Dretttt... Dretttt... "Ah bos menelfon pula di saat tidak tepat seperti ini," Lelaki tua itu Frustasi melihat notifikasi yang masuk ke dalam hpnya. "Iya bos." "......" "Maaf bos, gadis itu begitu licik. Ia berhasil melarikan diri." "......" "Maaf bos, kami akan menangkap gadis itu." "....." "Baik bos." Tu
Hari sudah sore namun Harsya masih belum bisa keluar dari hutan tersebut, ia pun memutuskan untuk menangkap ikan dan menganggangnya karena kini perutnya sudah keroncongan. "Akhirnya aku mendapatkan mu." Ucap Hardys tersenyum puas melihat ikan yang telah ia tangkap dengan mengorbankan blazernya menjadi jaring untuk menangkap ikan. Untung saja ia di sekitar sungai itu terdapat ranting-ranting pohon yang kering jadi bisa ia buat menjadi api unggun kecil. Harsya membersihkan ikannya dengan telaten dan menggunakan dedaunan dan tumbuhan yang ada di sekitar sungai untuk menjadi penyedap ikan yang akan ia bakar. Sedari kecil Harsya telah di latih untuk dapat bertahan hidup di sebuah hutan kecil tempat pelatihan keluarganya. "Wah baunya sangat nikmat." Harsya memuji hasil kerja kerasnya, sudah lama ia tidak memasak seperti saat ini. "Sangat manis mungkin karena langsung di tangkap." Komentarnya sambil menikmati semua seekor ikan yang telah ia t
"Setelah menggabungkan semua informasi yang kita peroleh, sepertinya Harsya di bawa ke kota XY di sana juga terdapat pegunungan yang terkadang di kunjungi pendaki namun sudah 2 tahun ini banyak binatang buas yang menyerang para mendaki menyebabkan hanya sedikit pendaki yang mau mendaki ke sana dan laporan yang anak buah saya peroleh dari gunung tersebut adalah banyak orang beberapa hari ini mengunjungi gunung tersebut dengan alasan mendaki namun mereka tidak seperti pendaki pada umumnya." Jelas Fajar panjang lebar, lelaki itu berusa menganalis semua data yang ia dapatkan. Fajar tidak dapat gegabah untuk saat ini karena bila ia gegabah sedikit saja maka nyawa Harsya akan menjadi taruhannya. "Malam ini juga pa kita ke sana." Ucap Arora khawatir dengan keadaan sang putri karena hampir seharian anak semata wayangnya tidak di temukan. "Tanpa persiapan yang matang hanya akan membuat kondisi Harsya lebih membahayakan ma." Aldrich berusaha memberikan penjelasan kepada istrin
"Akhirnya aku bisa mendapatkan gadis yang sangat menjijikkan itu, apalagi selama ini sikap sok yang di milikinya itu membuat diriku muak," ucap seorang gadis sambil menyesap gelas whisky yang ada di tangan kirinya." Sikapnya yang awalnya sok menjadi gadis lemah itu sangat menjijikkan dan pada akhirnya ia menunjukkan sikap aslinya namun mengapa semua orang tetap menyukai gadis munafik itu. Awalnya aku mengira ia gadis yang sangat baik namun ternyata tidak, ia sama menjijikkannya sama seperti yang lain. Ia tau bahwa aku menggilai Fajar namun dengan sikap jalangnya itu ia juga menjebak orang yang aku sukai dan Fajar dengan bodohnya malah takluk dengan wanita rendahan itu!" Gadis itu memandangi foto Harsya yang kini penuh dengan bekas tusukkan, foto gadis itu terletak di sebuah boneka dan boneka tempat menempelkan foto itu pun ikut hancur karena terkena tusukan pisau juga."Tenang sayang, sekarang kita telah berhasil menangkap wanita murahan itu," ujar seorang lelaki berkaos hita
Saat itu ketika berumur 6 tahun Mega sangat berharap ia di adopsi, ia sudah muak hidup seperti serba kekurangan di panti asuhan itu dan sepertinya doanya yang tulis itu dikabulkan oleh tuhan.Ibu panti memberitahu untuk segara bersiap-siap karena ada pasangan kaya yang akan mengadopsi dirinya dan membuatnya terlepas dari panti asuhan yang sangat menyiksa dirinya."Mega kamu dandan yang cantik ya soalnya nanti ada yang mau adopsi kamu." Terang Ibu panti ketika melihat Mega sedang bermain ayunan sendirian di bawah pohon rindang yang ada di belakang panti asuhan tersebut."Ibu serius ada yang mau jadiin Mega anak mereka?" Tanya Mega kecil dengan mata berbinar-binar, gadis itu sedari dulu mendambakan keluarga yang sangat hangat. Ia sangat iri dengan teman-teman yang telah di adopsi dan hidup bahagia tidak seperti dirinya yang masih saja menghuni panti bobrok itu."Iya sayang jadi sekarang kamu siap-siap yang cantik ya." Ibu panti tersebut mengelus kepala Mega