Share

Baikan

"Umii," panggilku mendekati beliau karena kulihat beliau membuka matanya. Sedang Abi masih di ruang tamu berdebat dengan Ken.

"Nak, apa yang Ken barusan bilang, Sayang?"

"Umi yang tenang, Tita sekarang anak umi ya."

"Apa yang Ken bilang?"

"Umii ... yang sabar ya."

"Jadi benar?"

Aku mengangguk sambil menahan tangis, ini sangat menyakitkan dihadapanku seorang ibu dan istri yang terluka hati dan batinnya oleh ibu kandungku sendiri.

"Umi, maafkan Tita."

"Tidak Sayang, kamu gak salah. Semua salah mereka yang mementingkan nafsu semata. Kebohongan mereka kapan pun akan ke permukaan juga meski bukan kalian yang membukanya."

Umi menangis tersedu, aku memeluknya.

"Tita anak umi," imbuhnya. Makin kueratkan pelukanku.

"Makasih umi,"

Aku sungguh menyayangi umi, terlebih sekarang beliau adalah mertuaku. Teringat satu puisi yang ditulis temanku di goup pencinta puisi.

"KEDUNGUAN CINTA"

Cinta, apa kau tau seberapa kuat aku mencoba ?

Menjahit luka, mengubur derita ....

Menjaga mata, menutup telinga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status