“Ayah, apa yang barusan Ayah katakan? Bagaimana bisa—““Adrian, apa kamu tetap ingin menjadi direktur?” Alexander melangkah maju mendekati putranya itu.Adrian pun mengangguk cepat. “Ya, tentu. Aku sangat ingin menjadi seorang direktur.”“Kalau begitu, jangan sampai Reyna mengandung anakmu. Lakukan cara apa pun, agar tidak ada hal yang mencoreng namamu,” ujar Alexander.Adrian terdiam, sejenak. Namun, tak lama ia pun mengangguk.Melihat putranya yang sudah paham, Alexander pun menepuk pelan pundak Adrian, kemudian pergi dari hadapannya.Sementara Adrian masih diam di tempat, betapa bodohnya ia malam itu, karena sudah tergoda oleh Reyna. Seharusnya, ia biarkan saja wanita itu mabuk sendirian di klub tersebut, pikirnya.“Aku harus memaksa Reyna untuk menggugurkan kandungan itu,” ucapnya pelan.Keesokan harinya, setelah Adrian selesai mengurus pekerjaan. Ia pun pergi ke desa tanpa diketahui oleh sopir yang biasa mengantarnya, karena ia tahu jika pria itu sudah menjadi mata-mata untuk aya
Suara getar dari ponsel Reyna membuatnya langsung terbangun, alarm yang tadi sempat ia matikan rupanya digantikan oleh suara getar dari benda pipih miliknya yang ia simpan di samping tubuhnya. Ingin marah, namun ia sangat penasaran apa yang dikirimkan oleh rekan-rekannya di grup chatting, karena sejak tadi malam memang membuat bising. Pagi ini, dirinya sudah berniat akan tidur sampai siang karena hari libur. Akan tetapi, ia lupa mematikan ponsel hingga gagal sudah rencananya. Reyna pun membuka pesan dari grup kantor yang ternyata sudah ada seratus sembilan puluh sembilan pesan, hampir dua ratus orang mengobrol di sana. Ia membaca satu persatu, obrolan rekan-rekannya itu. Namun, ada satu pesan dan sebuah foto yang membuat Reyna seketika membelalakkan matanya. Ia pun segera bangun dari posisi tidurnya, dan duduk sambil membaca pesan tersebut. 'Ini undangan dari Bapak wakil direktur kita yang sebentar lagi akan menikah, wah senangnya. Akhirnya, bisa pesta kita semua.'Ucap salah satu
Satu hari setelah kejadian itu, Adrian saat ini tengah menatap bayangan dirinya pada cermin. Beberapa kali bibirnya tersenyum, karena bahagia jika tadi malam ia mendapatkan kabar dari ayahnya, jika Sonya—wanita yang dulu ia idam-idamkan menerima perjodohan mereka. Sonya adalah seorang aktris terkenal, namun begitu sulit bagi Adrian meluluhkan hatinya. Berkat ayahnya, ia pun harus mendengar kabar bahagia itu. Namun, tiba-tiba saja senyuman dari bibirnya pun perlahan memudar. Tatkala, ia mengingat pesan dari ayahnya tadi malam. ‘Jangan membuat scandal, jaga diri kalian dari masalah.’ Itulah pesan dari Alexander—ayah Adrian yang saat ini masih menjabat sebagai direktur di perusahaannya. Seketika, Adrian pun membuang napas kasar. Ia teringat kejadian malam itu. Ia pun merasa bodoh karena sudah terbawa suasana bersama Reyna dan seharusnya ia diamkan saja wanita itu di sana. “Sial, gara-gara wanita itu. Aku harus menyembunyikan satu masalah. Aku tidak ingin hal itu menjadi bumerang nant
Keesokan paginya, ketika Reyna sudah berada di ruangan kerjanya. Ia tidak bisa berhenti, mendengar teman-temannya membahas tentang pernikahan Adrian dan Sonya. Banyak dari mereka, memuji jika keduanya sangat serasi.Sejak tadi, Reyna yang tengah memutar bolpoin di tangannya pun hanya membuang napas beberapa kali. Rasa mualnya tidak seperti hari kemarin, semoga saja ketika di tempat kerja. Ia tidak merasakan rasa mual itu, karena Reyna sudah yakin, jika hal itu terjadi. Teman-temannya akan tahu dan bergosip di kantor.Hingga jam istirahat, ia tidak merasakan mual sedikit pun. Namun, sejak tadi ia hanya memakan mangga muda saja. Hal itu pun membuat ke dua rekannya merasa heran, karena Reyna bukan orang yang sangat menyukai mangga muda.Saat ini, mereka tengah berada di kantin perusahaan.“Tiba-tiba, kamu hanya makan mangga muda saja Rey,” ucap Rinda.Reyna pun mengangguk, “mungkin karena pekerjaanku banyak. Jadi, aku merasa pening dan butuh obat untuk menghilangkannya.”Tiba-tiba saja,
Malam hari, Reyna dibuat resah oleh pesan dari grup kantornya. Ia merasa jika saat ini, dunia seolah menertawakan dirinya yang sangat malang karena ayah dari jabang bayinya, akan menikahi wanita lain. Padahal, tidak ada satu orang pun yang tahu jika dirinya tengah mengandung darah daging Adrian.Ia pun bangun dari posisi tidurnya, kemudian meraih laptop dan membuang napas perlahan. Keputusannya sudah bulat, jika ia akan mengundurkan diri dari perusahaan milik Adrian. Masalah hutang pada temannya, ia akan mencari cara, namun untuk saat ini dirinya tidak mau terus-menerus berada di dalam lingkungan yang ada sangkut pautnya dengan Adrian. Keputusan dirinya yang memohon untuk bekerja di perusahaan itu, membuat dirinya tak tenang hidup.Keesokan paginya, Reyna sudah berjalan menuju ruang kerja wakil direktur. Namun, kakinya harus terhenti ketika mendengar suara seorang pria yang berteriak dari dalam ruangan tersebut. Pemilik suara itu adalah Alexander, ayah dari Adrian.Reyna pun hanya bis
“Apa maksud ucapanmu Adrian?” tanya Alexander sambil menaikkan nada bicaranya.Sedangkan Adrian hanya membuang napas perlahan, ia memejamkan matanya karena tak tahu jika ayahnya belum kembali ke rumah. Ia pikir, hanya dirinya saja yang masih berada di dalam kantor.Adrian pun membalikkan tubuhnya, menatap ayahnya yang saat ini masih menunggu jawaban dari putranya itu. Saat ini, terlihat Adrian serba salah. Ia pun menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal sama sekali.“Itu ... bukan apa-apa, Ayah. Aku hanya, bergurau saja,” jelas Adrian.Alexander pun menatap putranya, menelisik sikap Adrian yang kurang meyakinkan dirinya. Kemudian, ia menatap ke arah Reyna yang ternyata belum pergi dari tempat ia berdiri.“Bukankah, wanita ini adalah Reyna? Karyawan yang kamu bilang tidak mempunyai kinerja bagus?” tunjuk Alexander pada Reyna, ia baru bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita yang berciuman dengan putranya di lift.Adrian pun menatap ke arah Reyna, jujur saja ia tidak mau dicuriga
Reyna masih terdiam, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan dari ibunya. Jujur saja, saat ini ia belum siap mengatakan hal yang sebenarnya.“I—itu ... milik temanku, Bu.” Rena terpaksa berbohong.“Temanmu? Kenapa kamu menyimpannya?” ibunya terdengar tak percaya.Reyna pun menghela napas panjang, ibunya masih tak percaya dengan jawaban Reyna. Walaupun hal itu memang kebohongan darinya, akan tetapi ia benar-benar belum siap. Reyna tidak mau jika ibunya kecewa mendengar ia mengandung tanpa seorang suami.“Iya benar temanku, dia menitipkannya padaku untuk kejutan pada suaminya. Karena saat ini suaminya masih berada di luar negeri, jika ia menyimpan di rumahnya. Dia takut, suaminya melihat sendiri,” jelas Reyna.“Begitukah? Sungguh, bahagia mempunyai seorang cucu. Ibu pun menginginkannya, kapan kamu akan menikah, Rey? Sampai saat ini, kamu belum membawa seorang pria ke rumah,” tanya Ibunya.Pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Reyna, benar-benar tidak ada jawaban. Karena sampai
Namun Adrian tidak menjawab pertanyaan dari Reyna, ia melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan wanita itu. Menarik tengkuk kepalanya, kemudian mencium kembali bibir wanita yang tiba-tiba membuatnya candu. Adrian sudah lupa diri, ia melupakan masalah yang akan datang jika dirinya kembali melakukan sesuatu. Malam penuh gairah itu yang tiba-tiba ia ingat kembali dan Adrian menginginkannya. Namun, tidak dengan Reyna. Tangannya berusaha keras menjauhkan tubuh Adrian dari dirinya. Hingga ciuman itu terlepas kembali, Reyna mengambil napas dalam-dalam karena ciuman itu terlalu kasar hingga membuatnya sesak. “Jangan lakukan ini! Tolong, pergi dari sini,” pinta Reyna. Adrian pun menyunggingkan bibirnya, kemudian ia mengusap wajahnya kasar. Perlahan, ia memukul pelan kepalanya karena sudah bodoh melakukan hal ini. Ia lupa jika saat ini, tidak boleh terlihat rendahan di depan Reyna. Tanpa basa-basi, ia melangkahkan kakinya ke luar dari rumah kontrakan Reyna. Namun, tiba-tiba ia harus ter