Setelah keadaan Calista mulai membaik Calista meminta untuk segera pulang. Dia tidak suka berlama-lama di rumah sakit. Dia juga buru-buru ingin terlepas dari jarum infus yang menempel di kulit tangannya."Berapa lama kita harus menunggu di sini? Dokternya kok nggak datang-datang sih. Atau jangan-jangan dokternya memang lagi cuti."Cukup lama menunggu dokter yang menanganinya datang, membuatnya mulai jenuh. Hampir setengah hari dia sudah pamitan, namun tidak diizinkan sebelum dokter yang menanganinya itu datang."Sabarlah dulu lah yang, yang! Mendingan kamu rebahan aja dulu, kita tiduran yuk? Sambil nunggu dokternya datang, nggak usah ngomel-ngomel lah, nanti yang ada darahmu akan naik lagi. Tensi darahmu agak naik sekarang, karena kamu sering marah-marah," cibir Alvaro dengan merebahkan dirinya di berankar satu tempat dengan Calista."Ya, tapi kan aku bosen juga yang. Dari pagi kita udah pamitan, katanya disuruh nunggu dokternya datang, dan sampai sekarang udah jam berapa? Dokternya k
"Yang, aku nggak nyangka loh, ini bayi ada dua. Perasaan perutku nggak besar-besar amat," seru Calista dengan mengusap perut buncitnya.Alvaro mendekatkan dirinya berjongkok mensejajarkan kepalanya di depan perut Calista. Dia menempelkan bibirnya di perut buncit yang terlapisi oleh daster."Siapa bilang ini perut kecil, hanya orang buram aja yang ngeliatnya kecil. Ini dua bayi yang, apakah kamu nggak bisa ngerasain tendangan keduanya?" Alvaro mendongak mengamati wajah Calista yang semakin cantik bersinar saat mengandung."Tapi kan nggak besar-besar amat yang! Aku jadi penasaran deh, ini bocah apa jenisnya ya? Cowok apa cewek? Andai saja saat dokter ingin menjelaskan dan kamu nggak stop, mungkin kita udah tau jenisnya," desis Calista dengan bibir mengerucut."Kalau tahu itu namanya bukan surprise yang! Aku kan udah bilang, jangan ingin tahu dulu apa jenisnya. Entah cowok ataupun cewek, ya kita terimalah, ini kan anugrah terindah dalam hidup kita."Calista mengangguk dengan kembali men
Alka memasuki sebuah toko distro untuk membeli pakaian. Sudah cukup lama dia tidak berbelanja dan ia ingin membeli kaos untuk bersantai di rumah."Permisi mas ada yang bisa kami bantu ucap pegawai distro saat mendapati Alka masuk ke dalam toko itu."Saya mau cari kaos Mbak, dilihat-lihat dulu siapa tahu ada yang cocok. Tapi kalau nggak ada yang cocok saya nggak jadi beli ya?"Pegawai itu mengulas senyum manisnya begitu ramah dia menyapa pelanggan walaupun cukup mengecewakan kalau pelanggan tidak membeli satupun barang-barang yang ada di tokonya."Iya Mas, nggak apa-apa dilihat-lihat dulu barangkali ada yang cocok harganya juga standar maaf nggak begitu mahal. Ada diskon juga karena toko ini masih belum terlalu lama masih berdiskon."Alka memang mengetahui kalau toko itu masih belum lama dibuka, makanya dia sangat penasaran dengan toko tersebut dan dia berniat untuk belanja di sana."Di mana tempat untuk kaos-kaos model terbaru Mbak?" tanya Alka saat tidak mendapati barang-barang yang
Makan malam di rumah keluarga Bayu sangatlah hening, semua orang sama-sama diam dengan menikmati makanannya masing-masing.Alvaro sibuk melayani istrinya, untuk sekedar makan saja Alvaro tidak mengizinkan istrinya memakan makanan yang aneh-aneh dia selalu membuatkan makanan sendiri untuk istri tercintanya."Seandainya saja ini bisa dilakukan setiap hari dan selamanya pasti enak," ucap Calista bergumam pelan meledek suaminya yang sudah membuatkan makanan nasi goreng ayam suwir untuknya."Kalau anaknya udah keluar, aku ya nggak buatin lagi yang, giliran kamu yang buatin makanan untukku," jawab Alvaro dengan meletakkan nasi goreng di atas piring di depan Calista.Alvaro selalu mengumbar kemesraan di depan keluarganya, dia mencari sensasi agar dianggap suami yang paling perhatian terhadap pasangannya.Ekhem.Riana merasa kasian pada anak sulungnya. Calon istrinya dinikahi oleh adiknya sendiri, melihat kebahagiaan mereka pasti hatinya amat sakit. Dia tidak ingin anaknya depresi memutuskan
"Mama serius, ingin menjodohkan Bang Alka dengan Natasha?" tanya Calista saat berada di dapur hendak menyiapkan sarapan di pagi hari.Semalaman Calista tidak bisa tidur memikirkan percakapan dari mertuanya yang hendak menjodohkan Alka dengan Natasha, sepupunya. Bukannya dia tidak setuju dengan perjodohan itu, tapi bagaimana pendapat keluarganya mengenai Alka, karena Alka sudah diketahui pernah menyakitinya."Iya, Mama berencana untuk menjodohkan mereka berdua, menurutmu bagaimana Calista? Apakah kamu setuju dengan pendapat Mama ini?" Tanta Riana menoleh pada menantu kesayangannya.'Duh, gimana aku jawabnya.'Calista tidak bisa menjawabnya, untuk memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pemikiran mertuanya hanya akan menyakiti perasaan mertuanya. Jika dia menjawab iya, belum tentu keluarganya setuju dengan keputusannya, dia benar-benar bingung hendak menjawab apa pada mertuanya. Kalau saja Alka tidak pernah membuat keonaran dan membuat hubungannya hancur, mungkin urusannya tidak a
"Alka! Mama mau ngomong sama kamu."Mendapati anak laki-lakinya yang hendak keluar, Riana menahannya di depan pintu, tepatnya di teras depan rumahnya."Iya, Ma. Memangnya Mama mau ngomong apa?" tanya Alka dengan satu alisnya terangkat.Alka berjalan ke arah kursi rotan yang selalu menjadi tongkrongannya di saat gabut. Dia menghenyakkan panggulnya di sana, diikuti oleh Riana dan menghenyakkan panggulnya juga di sebelah Alka."Seperti yang Mama katakan sama kalian tadi malam. Seandainya saja kamu Mama jodohkan dengan Natasha bagaimana? Apa kamu mau?"Pertanyaan yang konyol. Bukannya dia tidak mau, tapi masalahnya apakah Natasha mau dijodohkan dengannya. Lagi pula, hatinya masih belum bisa melupakan Calista."Gimana ya, Ma? Bukannya aku menolak, tapi bagaimana dengan Natasha. Dia tidak mungkin mau dijodohkan dengan laki-laki seperti aku. Aku bukan laki-lakinya baik, Ma. Apalagi hubunganku dengan keluarga Calista kurang baik. Orang tua Calista saja membenciku, bagaimana dengan keluarga Na
Setelah mendapatkan keputusan dari Alka, Riana dan juga Bayu datang ke rumah keluarga Baskoro yang tak lain adalah ayah kandung dari Natasha.Riana agak canggung saat berada di sana karena mereka sendiri juga tidak tahu kedatangan kedua paruh baya itu ke rumahnya."Maaf jeng, kalau boleh tahu tadi tujuan Jeng Riana datang ke sini hanya untuk bermain, atau ada hal lain?" tanya Mega selaku ibu kandung dari Natasha.Riana bertatapan dengan suaminya. Bayu meminta agar Riana yang mengatakan tujuan kedatangannya saat ini karena Bayu sendiri hanya bisa pasrah saat Riana merengek ingin menjodohkan Alka dengan Natasha wanita yang dianggap memiliki paras sama persis seperti Calista."Emm, jadi begini jeng Mega. Kedatangan saya ke sini bersama dengan suami saya dengan maksud dan tujuan yang baik. Pertama-tama saya, bertujuan untuk silaturahmi, dan yang kedua Saya ingin jeng Mega memberikan kesempatan untuk anak saya mendekati anaknya jeng Mega maksudnya Natasha.""Hah!" Seketika Baskoro dan juga
"Natasha! Setelah sini, Mama sama Papa mau bicara sama kamu."Mendapati putrinya yang baru pulang dari toko baru tempatnya bekerja, Mega dan juga Baskoro meminta putrinya untuk diajak mengobrol santai. Di situ juga ada Seina, yang mulai semangat bekerja membantu kakaknya di toko distro miliknya."Baiklah. Emangnya ada apa Papa sama Mama memintaku untuk ke sini? Apa ada hal penting yang ingin kalian sampaikan padaku?" tanya Natasha dengan berjalan ke arah ruang keluarga di mana kedua orang tuanya Tengah duduk sembari menonton televisi.Kedua paruh baya itu pun mengangguk sembari bertatapan dan itu membuat Natasha mulai tidak nyaman, pasti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan oleh kedua orang tuanya."Iya ada sesuatu penting yang ingin kami sampaikan padamu duduklah, kita ngobrol sebentar."Natasha menghenyakkan tubuhnya dengan menoleh ke arah Seina yang ikut duduk di sana, karena Seina tidak mungkin mau ketinggalan berita."Sebenarnya Ada hal penting yang ingin mama sama papa sa