Dua tahun telah berlalu. Jerit tangis suara balita di kediaman Bayu begitu nyaring di udara. Calista dilarang untuk keluar dari rumah orang tuanya, alasannya, mereka tidak mau jauh-jauh dari cucu mereka."Kenzo! Kamu apain itu adiknya? Kok dibuat nangis terus adiknya," seru Calista memarahi anak laki-lakinya. Kenzo sangat aktif dan agak bandel. Riana dan Bayu bilang, dia mirip sekali dengan Alvaro di saat masih kecil."Mom! Pipiku digigit sama kakak," adu Ivy, balita perempuannya.Ivy menangis dan berlari mendekati Calista. Dia nampak kesal pada kembarannya yang suka jaim dan selalu menggigitnya."Oh, ya ampun. Kenapa harus digigit sih Kenzo! Ini pipi, bukan bakpao!"Kenzo hanya cengar-cengir merasa dirinya tidak bersalah. Tapi Kenzo walaupun suka menggigit, bisa melindunginya adiknya dikala adiknya didekati anak kecil lain yang mengganggunya."Tapi kan rasanya seperti bakpao mom. Aku gemes," jawabnya terkikik geli."Pukul mom, pukul," seru Ivy masih menangis.Calista berpura-pura me
Alvaro dan Calista membawa kedua anaknya berkunjung ke rumah Geraldi. Rencana mereka ingin menginap karena hari weekend sangatlah ditunggu-tunggu oleh Geraldi dan istrinya untuk bisa bersama dengan kedua cucunya jarang sekali mereka bertemu dengan cucunya terkecuali Calista membawa mereka datang ke toko miliknya."Kalian nanti malam menginap di sini kan?" tanya Kamila menoleh pada putrinya.Calista menganguk. "Iya Ma. Rencananya mau menginap di sini mumpung weekend. Aku bahkan jarang banget tidur di sini. Aku sampai kangen seperti apa sih rasanya suasana kamarku yang sekarang berbeda nggak sih, sama kamarku yang dulu," ucapnya dengan menghenyakkan tubuhnya di sofa."Ck! Kamu aja yang keterlaluan. Menginap di rumahnya sendiri udah najis. Mentang-mentang dapat suami kaya raya, kamarnya gede, rumahnya gede, jadi lupa diri dengan masa lalunya," cibir Kamila mendengus dan beranjak dari tempat duduknya untuk menyiapkan makanan buat makan malam bersama."Ya bukan gitu ma, nggak ada hubungann
"Kalian berdua, ayo sini sama eyang. Ini eyang buatin kue buat kalian. Ini enak banget loh, kalian pasti akan menyukainya.""Emangnya kue apa yang eyang bikin? Aku tidak suka kue yang manis-manis, karena aku sudah sangat karena aku sudah sangat manis," jawab Kenzo dengan suara cadelnya.Kamila melepas tawanya. "Kamu itu Kenzo! Siapa bilang kamu itu manis? Orang jelek gitu kok dibilang manis. Manis dari Hongkong," ledeknya dengan tawa lepas.Tidak setiap hari bersama dengan cucunya, di saat bersama, Kamila merasakan ada yang beda, dia banyak tertawa karena ulah kedua cucunya."Loh! Daddy bilang aku anaknya yang paling tampan dan juga manis. Coba, aku tak bercermin dulu," ucapnya langsung berlari mencari kaca kecil yang dibuat mainan oleh Ivy."Sini aku pinjam dulu dek. Aku mau bercermin," ujarnya dengan mengambil cermin yang digunakan untuk menyisir rambut adiknya.Ivy langsung menjerit saat cerminnya dirampas oleh kembarannya.Huaaaaaa .... "Mommy, kak Kenzo nakal. Cerminku diambil.
"Kalian itu ya? Menginap di rumahnya eyang sampai dua hari. Apa kalian nggak ada niatan untuk segera pulang? Apa kalian nggak kangen sama oma?"Riana menegur kedua cucunya yang dua hari tidak bisa ditemuinya bahkan cucunya tidak mau di video call membuatnya kesal apalagi anak dari Alka terus menangis mencari mereka."Ya kan kita di sana juga main di rumahnya eyang. Kenapa harus diminta buat pulang? Di sini kan udah ada kakak Zello, Kenapa masih nyariin kita. Kan kita juga pengen main di rumahnya eyang. Di sana kita bisa mancing-mancing bersama dengan kakek," jawab Kenzo tak mau kalah, nyolot seperti Riana.Bocah kecil berumur dua tahun itu saja sudah mengerti bagaimana caranya bisa bersikap adil terhadap kakek dan juga neneknya. Tapi tidak untuk Riana. Riana merasa kesepian saat mereka tidak ada di rumah. Bahkan dia uring-uringan karena Zello tidak bisa bermain sendirian tanpa kedua saudaranya itu."Oh! Jadi kalian di sana diajak mancing sama kakek? Jadi lebih kerasan tinggal di sana
"Kenzo! Ivy! Ayo kalian tidur, ini udah malam. Daddy mau malam Jumatan, ayo kalian tidur dulu."Masih juga pukul 07.30 wib, Alvaro meminta anak-anaknya untuk segera tidur. Dia sudah hampir seminggu tidak merasakan nikmatnya surga dunia bersama sang istri karena selalu terganggu oleh kedua buah hatinya. Biasanya mereka berdua selalu tidur di sore hari dan terbangun di tengah malam dan begadang sampai menjelang pagi hari. Semenjak kelahiran kedua anaknya itu, Alvaro dibuat uring-uringan sendiri karena jarang sekali mendapatkan jatah dari istrinya. Padahal jadwal percintaan suami istri awalnya bisa dilakukan setiap saat, tapi semenjak kelahiran mereka dilakukan satu minggu sekali."Malam jumatan? Emangnya Daddy mau ke mana? Kalau mau malam jumatan aku ikut," seru Kenzo langsung berlari ke arah Alvaro."Aku juga mau ikut," sambung Ivy. " Ayo mom! Ganti bajunya, kita mau main di luar sana Daddy."Ivy mulai merengek meminta untuk digantikan pakaiannya."Memangnya kita mau ke mana? Ini kan
"Dad! Kita keliling kota yuk?"Ivy menarik tangan Ayahnya hendak diajak keliling kota. Sudah cukup lama tidak diajak jalan-jalan jauh, membuat anak itu ingin kembali menikmati suasana kota yang indah dipenuhi oleh lampu hias."Ngapain harus keliling kota Ivy, ini kan sudah malam, besok lagi ya?"Dengan sabar Alvaro memberikan pengertian pada putrinya. Alvaro masih bisa bersikap lembut pada putrinya karena tidak terlalu banyak memberontak, sangat berbeda sekali dengan anak laki-lakinya yang selalu bersikap tegas karena Kenzo sendiri sangat nakal."Besok lagi besok lagi, terus sampai kapan besoknya? Daddy selalu gitu kalau diajak jalan-jalan nggak pernah mau. Aku pengen melihat lampu mainan di kota yang banyak. Kalau di rumah kan nggak ada lampu mainan," gerutu Ivy dengan mencebikkan bibirnya."Daddy itu suka bohong dek. Banyak alasannya doang tapi nggak pernah ditepatin janjinya. Katanya kemarin kalau udah liburan mau diajak jalan-jalan ke mall eh pas weekend malah diajak menginap di ru
Setibanya di rumah, Calista langsung menemui mertuanya yang tengah menonton televisi di ruang keluarga. Setelah mendengar ocehan dari anak laki-lakinya yang mengetahui bahwa suaminya tengah bercanda tawa bersama seorang wanita di cafe, membuatnya kesal dan dia berinisiatif untuk menanyakan langsung kepada mertuanya."Mama aku mau tanya dan jawab dengan jujur. Apa benar tadi Mama sama Kenzo melihat suamiku ada di cafe bersama dengan cewek?"Riana menautkan kedua alisnya saat ditanya oleh menantunya. Ia bahkan hampir melupakan kejadian itu dan kini diingatkan kembali oleh menantunya."Oh iya, Mama hampir lupa mau cerita sama kamu terus ngomong-ngomong kamu dikasih tahu sama siapa kok tahu kalau Alvaro tadi bersama dengan cewek di cafe?" Riana malah bertanya balik pada Calista."Jadi benar, kalau suamiku sudah bermain-main di luar dengan seorang perempuan? Sedangkan aku di rumah mengurus kedua anaknya?"Calista benar-benar kecewa pada suaminya dan juga mertuanya yang sudah sekongkol untu
"Kamu seriusan mau ikut ke kantor yang?" tanya Alvaro menatap Calista yang tengah merias diri di depan cermin riasnya."Ya, iyalah. Aku sekarang mau ikut ke kantor. Aku tadi udah bilang sama Mama sama Papa kalau hari ini aku nggak pergi ke toko," jawab Calista dengan tatapan sinis.Karena perdebatannya malam itu, membuat Calista tidak bisa tenang. Bahkan dia tidak bisa tidur sama sekali, membayangkan suaminya dekat dengan perempuan lain, atau bahkan sampai melakukan hal-hal yang tidak diduganya."Terus bagaimana dengan anak-anak? Apa kita tinggalkan di rumah sama Omanya?"Bukannya ia tidak suka Calista ikut bersamanya ke kantor, tapi masalahnya merawat dua anaknya saja sudah ruwet. Apalagi kalau di kantor bisa acak-acakan kantor karena ulah anak laki-lakinya yang suka membuat keonaran."Ya diajak lah. Ngapain ditinggalin sama Omanya. Apa gunanya mereka punya orang tua, kalau nggak bisa rawat sendiri, selalu ngandelin Omanya terus," bantah Calista.Tidak mau berdebat kembali, Alvaro ha