Share

bab 4

“Bu, Ayah ingin bicara,” ucap Pak Edi.

“Mau bicara apa Ayah?”  tanya Nilam seraya melihat ke arah suaminya yang tengah duduk di ruang tamu.

“Nanti saja Bu, ibu sekarang selesaikan dulu pekerjaannya,” jawab Edi. Dirinya ingin meminta pendapat tentang permintaan Pak Kades tadi pagi.

Nilam segera mengangukan kepala, dari dalam kamar Inez segera menghampiri ayahnya dan langsung duduk tepat di sampingnya.

“Ayah, kenapa tadi tidak menyusul kami ke ladang?” tanya Inez. Yang merasa penasaran mengapa Ayahnya tidak datang ke ladang hari ini.

“Tadi ada urusan di balai desa, pas selesai sudah sore dan kalian juga sudah pulang,” jawab Ayahnya.

“Memang ada apa Ayah? Tumben Ayah di minta datang ke balai desa?” tanya Inez. Yang penasaran akan hal itu.

“Ada pertemuan dengan Pak Kades, nanti akan diadakan kegiatan KKN. Oleh sebab itu Ayah dan warga lain untuk hadir,” jelas Pak Edi.

“Kegiatan apa itu Ayah?” tanya Inez. Dia semakin ingin tahu karena baru pertama mendengar hal itu.

“Itu kegiatan mahasiswa. Dan selama 2 Minggu mereka akan berada di sini,” jawab Pak Edi.

Inez hanya mengangguk saja, tidak lama Ibunya datang menghampiri mereka sambil membawa satu piring goreng pisang.

“Ibu tahu saja makan kesukaan aku,” kata Inez sambil mengambil satu buah pisang dari piring.

“Tentu Ibu tahu kesukaan Kamu,” ucap Nilam seraya tersenyum melihat tingkah putrinya itu.

Inez hanya membalas dengan seutas senyuman, dia mulai menikmati pisang goreng buatan ibunya.

“Ibu duduk sini,” pinta Pak Edi langsung menepuk kursi di sampingnya yang masih kosong.

“Ayah mau bicara apa sama ibu?” tanya Nilam seraya duduk tepat di samping suaminya.

“Pak Kades meminta Ayah, untuk membantu mahasiswa selama mereka di sini,” ujar Pak Edi.

“Kenapa Ayah? Memang yang lain tidak bisa?” tanya Nilam. Dirinya masih teringat dengan kejadian tadi saat Pak Rt menyalahkan suaminya.

“Ayah juga tidak tahu, Bu. Tapi apa ibu setuju?” tanya Pak Edi.

“Kalau ibu ikut kata Ayah saja,” jawab Nilam.

Inez hanya memperhatikan saat kedua orang tuanya berbicara, karena dirinya tidak paham dengan apa yang di bicarakan keduanya.

“Kalau ibu tidak keberatan, nanti Ayah akan temui Pak Kades. Untuk membicarakan hal ini,” sahut Pak Edi.

Nilam hanya mengangguk sebagai jawaban, tidak mau membuang waktu Pak Edi bergegas beranjak. Dia ingin langsung menemui Pak Kades untuk memberikan jawaban.

Jarak rumahnya dan rumah Pak Kades tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Pak Edi sudah sampai di sana dan di sambut baik oleh istri Pak Kades.

“Assalamualaikum Bu Kades,”  ucap Pak Edi.

“Waalaikumsalam Mang, ayo silakan masuk” jawab Bu Kades yang langsung mengajaknya untuk masuk.

“Saya kira Mang Edi tidak akan datang?” ucap Pak Kades. Dia langsung menghampiri Pak Edi yang sudah berada di ruang tamu.

“Masa saya tidak datang Pak, karena harus membicarakannya terlebih dahulu jadi saya baru ke sini,” jawab Pak Edi.

“Saya sudah bisa menebak, kalau Ceu Nilam akan setuju,” sahut Pak Kades.

Bu Kades yang mendengarkan pembicaraan mereka sampai lupa menawari Pak Edi minum, dia segera beranjak dari duduknya.

“Mang mau minum apa?” Bu Kades segera menawarkan  minuman kepada Pak Edi.

“Tidak usah repot-repot. Bu,” tolak Pak Edi.

“Sudah buatkan saja Bu,” pinta Pak Kades.

Bu Kades segera melangkah pergi ke belakang saat mendengar ucapan suaminya, Pak Edi merasa sungkan apalagi dia hanya sebentar saja.

“Kalau begitu saya permisi Pak,” pamit Pak Edi. Hari sudah mulai gelap membuatnya harus bergegas untuk pulang.

“Sebentar Mang, Ibu lagi membuatkan minuman. Dan saya juga masih ada yang mau di bicarakan,” ucap Pak Kades.

Pak Edi sedikit bingung karena dirinya datang hanya untuk menyampaikan hal itu saja, Pak Kades sengaja meminta Pak Edi tetap di sana karena masih ada yang ingin dia sampaikan.

Tidak lama Bu Kades datang membawa nampan berisi minuman, dia segera menaruhnya di atas meja dan kembali ke belakang.

“Minum dulu Mang,” pinta Pak Kades.

“Iya Pak,” ucap Pak Edi. Dia langsung mengambil gelas di hadapannya.

“Nanti saya minta, agar Ceu Nilam sama Inez. Membantu Mang Edi,” ujar Pak Kades. Dirinya sengaja meminta Keluarga Pak Edi yang mengurus semua kebutuhan mahasiswa selama KKN.

“Apa tidak berlebihan Pak? Saya tidak enak hati sama warga lain,” jawab Pak Edi.

“Mang tidak usah memikirkan hal itu, lagi pula saya meminta itu biar lebih enak. Kalau semua yang mengurus Mang dan keluarga,” tutur Pak Kades.

“Tapi gimana iya Pak,” jawab Pak Edi. Dia tentu saja merasa tidak enak, apalagi kejadian tadi sore membuatnya takut jika nanti terjadi salah paham lagi.

“Saya berharap, Mang tidak menolaknya,” harap Pak Kades.

“Terima kasih, karena Pak Kades sudah mempercayai saya dan keluarga. Tapi saya takut tidak bisa mengemban hal ini,” ungkap Pak Edi.

“Sama-sama Mang, saya yakin tidak memilih orang yang salah. Satu lagi apa Mang bisa mencarikan tempat untuk mereka? Soalnya rumah yang kemarin akan di perbaiki,” ucap Pak Kades. Dia hampir lupa meminta untuk mencarikan tempat baru.

“Kita bisa menyewa rumah Kang Darman, setahu saya rumah itu sudah lama kosong” jawab Pak Edi.

“Boleh, nanti Mang yang atur. Masalah lain nanti langsung bicarakan sama saya,” sahut Pak Kades.

“Baik Pak, kalau begitu saya pamit dulu. Karena sudah larut,” pamit Pak Edi.

“Iya Mang, sekali lagi terima kasih” jawab Pak Kades.

“Sama-sama Pak,” ucap Pak Edi. Setelah berpamitan dia segera melangkah pergi setelah berpamitan, apalagi hari sudah  larut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status