Saka melipat bibir sexynya. Ia sangat berharap dengan hasil tes DNA itu, teka-teki itu terjawab sudah."Kenapa ibu berbohong padaku soal kehamilan Arini?" tanya Saka yang menyesali akan sikap ibu dara kepadanya. "Apa ibu berpikir kalo aku akan menyakiti Arini lagi?" Saka mengernyit sembari menatap ponsel miliknya yang bergetar memanggil.Pak Bondan calling ..."Bagaimana, Pak?" tanya saka yang sangat penasaran.Arini terdiam, terpaku menunggu kedatangan ibu tercinta. Bibirnya bergetar, kedua tangannya tak berhenti mengusap untuk menahan rasa khawatir yang datang menghampiri dirinya.Apa ibu menceritakan semuap tentang Andara kepadanya?" tanya Arini dalam hati.Arini semakin penasaran. SssttttttSuara decit mobil terdengar jelas di telinganya. Spontan, ia berdiri menatap ke arah pagar rumah yang masih tertutup rapat.Senyum manisnya tertoreh. Dua orang yang telah di nanti akhirnya datang juga.Arini berlari. Dengan cepat, ia membuka pintu pagar untuk sang ibu dan buah hati tercinta
"Dokter Saka, saya tau anda sangat sulit melupakan masa lalu kita. Aku tau itu. Tapi, status kita beda. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Dan tak seharusnya, dokter selalu mendekati istri orang."Lagi dan lagi. Kebohongan terlontar dari ibu dan arini. Kebohongan yang seharusnya tak ingin saka dengar dari bibir mungil arini."Sampai kapan kamu berbohong padaku?" Pertanyaan saka membuat Arini mengernyit heran.Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat Saka melangkah mendekati dirinya."Stop! Jangan mendekat! Jika kamu mendekat lagi, aku akan ...." Arini terus berjalan mundur. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat melihat saka terus saja melangkah maju."Akan apa?" tanya Saka yang terus saja menekan Arini sampai terhenti tepat di tempat duduk yang ada di taman."A-ku akan panggil suamiku ke sini. Ya, a-ku akan panggil dia," jawab Arini gugup.Saka menghela nafas panjang. Untuk kali ini, ia tak mau mengalah pada Arini. Tubuh kekar nan atletis yang di miilik
Ibu dara mendesah sebal. Ia seakan tak percaya melihat kebersamaan yang terjadi pada mereka berdua."Kenapa arini pergi dengan Adrian? Apa dia menerima cintanya Adrian?" tanya ibu dara menatap ke arah mobil mereka yang mulai menghilang dari hadapannya.Di mobil, Adrian seakan tak mampu menahan rasa bahagianya. Untuk pertama kalinya, Arini mengajaknya keluar dan memakai baju yang sangat serasi dengannya."Arini, kakak benar-benar ...," kata Adrian terhenti."Maafkan aku, Kak!" Perkataan Arini yang membuat Adrian mengernyit bingung mendengarnya."Maaf? Kenapa minta maaf? Kamu itu! Kayak sama siapa saja. Bagi kakak, tak ada kesalahan yang kamu lakukan. Jadi kamu tak perlu merasa bersalah seperti itu!" tutur adrian yang sangat terobsesi dengan Arini.Arini tersenyum tipis. Ia merasa sangat bersalah dengan memanfaatkan Adrian untuk menjadi suami pura-puranya di depan Saka."Jangan sungkan-sungkan meminta tolong sama kakak, ya. Meskipun, kakak menjadi suami pura-pura kamu beberapa jam, kaka
Siapa lelaki yang mau menjadi suami pura-puranya arini? tanya Saka dalam hati dan melangkah menghampiri.Saka mencoba untuk tersenyum dan bersikap santai menyikapi akting yang akan di jalankan oleh mereka."Maaf, sudah membuat kalian menunggu!" kata Saka teekejut saat suami pura-pura arini menoleh ke arahnya."Saka?" kata Adrian spontan mengejutkan mereka. Terutama Arini.Arini seakan tak mampu menegak salivanya saat mendengar ucapan Adrian."Kak Adrian mengenalnya?" bisik Arini penasaran.Saka mengernyit menatap mereka yang sedang berdiskusi untuk berakting di depannya.Ia menghela nafas seraya menyeruput minuman yang sudah ia pesan lebih dulu."Arini, dia sahabat kakak. Dan tak mungkin juga, aku berakting sebagai suami kamu. Dia tak mungkin percaya! Dia terlalu jenius untuk di bohongi," jawab Adrian dengan nada pelan.Arini menghela nafas panjang. Ia tak menyangka jika rencananya akan gagal total seketika. Tak sesuai harapan.Ini sama saja aku mempermalukan diriku sendiri di depanny
Sesaat, ia terbangun. Kedua bola matanya seakan tak mampu mengerjap melihat sebuah foto Andara berada dalam dekapannya Saka. Apa kamu tak ingin ke sini? Ke pantai, bersamaku dan bersama putra kita! Sebuah pesan yang membuat Arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Putra kita? Kenapa dia bilang seperti itu? Apa dia sudah tau yang sebenarnya?" Arini seakan tak percaya. Berulang kali ia menatap ke arah layar pipih itu dan berharap penglihatannya salah. Tapi, harapannya sirna. Foto yang di kirim oleh Saka, memang benar-benar nyata. Sama sekali tak memakai sistem edit."Tidak! Dia tak boleh mengambil Andara dariku!" gegas Arini mengambil kunci dan pergi meninggalkan tempat usahanya. Semua karyawan yang baru datangpun terkejut melihatnya. Kedua mata mereka seakan tak berhenti menatap ke arah Arini yang pergi dengan buru-buru."Tumben si boss sudah tiba sebelum kita datang?" tanya Salsa seraya mengernyit menatap mobil atasannya itu mulai hilang dari hadapan mereka."Iya. Akhir-a
"Meskipun kami saling mencintai, kami tetap tidak bisa bersama, Bu!" tukas Arini menjelaskan."Apa penolakanmu ini karena janji dengan almarhum kakek Rendra?" tanya ibu yang mengejutkan Arini."Almarhum?" tanya Arini mengernyit.Sepulang dari rumah sakit, Saka bergegas menuju ke rumah Arini. Rasa rindu tak tertahan pada sang putra membuatnya tak bisa jauh lagi."Andara, kamu benar-benar membuat daddy rindu!" gumam Saka seraya menatap ke arah baju yang sudah terbungkus rapi dalam totebag."Semoga ukurannya sesuai dengan tubuh kamu!" gumam Saka meletakkan totebag itu tepat di sampingnya." Kita langsung ke rumah tadi pagi, ya Pak!" perintah Saka ke arah sopir pribadinya."Baik, Pak!" jawab sopir itu menambah kecepatan laju kendaraannya.Arini menghela nafas panjang. Kedua matanya mengerling menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebuah jam yang menunjukkan pukul 8 malam. "Sayang, ini sudah malam, lho! Kenapa kamu masih sibuk main? Kamu nggak ngantuk?" tanya
"Arini, apa dia Andara?" tanya Farel yang mengejutkan semuanya. "Bagaimana kakak tau kalo dia adalah Andara?" tanya Arini penasaran. Farel mengangkat tubuh andara dan memangku tepat di atas pahanya. "Ya, saka yang memberitahu kakak," jawab Farel yang lagi dan lagi mengejutkan mereka. Perkataan Farel yang membuat rasa penasaran mereka bertambah. Seakan tau kehidupan Saka sehari-harinya. "Saka? Saka siapa yang kakak maksud?" tanya Arini memastikan dan berharap saka yang di maksud bukan ayahnya andara, tapi orang lain. "Siapa lagi kalo bukan saka tunanganmu itu," tegas Farel yang membuat arini seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Arini termenung, terdiam memikirkan semua ucapan dari kakaknya. Rasa bersalah yang selama ini ia lakukan pada Saka mulai menghampiri dirinya. "Waktu itu kakak berniat untuk bertobat sesuai kemauan ayah, tapi banyak sekali masalah yang menimpa kakak. Menahan lapar setiap harinya dan juga sempat menjadi gelandangan, kakakpun juga mengalaminya. Untu
Terserah ka ...," kata Arini terbelalak kaget saat saka meraih tangannya dan mencium bibirnya dengan mesra. Rasanya memang sangat berbeda. Semoga, hari ini dan seterusnya aku merasakan hal yang indah seperti ini. Tidak canggung lagi, tidak ada pertengkaran batin lagi dan bisa mencintai dia lagi. Momen inilah yang sangat aku rindukan selama ini! gumam batin Arini membalas ciuman mesra tersebut.Kedua tangannya dengan erat memegang t-shirt hitam yang di kenakan oleh Saka. Saka mulai melepas ciuman itu secara perlahan. Senyum manisnya tertoreh menatap wajah cantik mempesona yang berada dalam dekapannya."Secepatnya! Secepatnya aku akan meresmikan hubungan ini," ucap Saka memegang kedua pipi chubby Arini.Arini tersenyum sembari menganggukkan kepala. Sebuah isyarat kalo iya sangat setuju dengan apa yang telah di putuskan oleh Saka.Sesampai di rumah, Arini terkejut saat melihat kamar miliknya terhias cantik layaknya seperti pengantin baru. Terhias bunga-bunga mawar, lampu yang bersina