Hanya memberi waktu tujuh hari untuk Syilla membolos sekolah, karena gadis itu butuh waktu menenang jiwa dan pikirannya yang terguncang. Bahkan selama seminggu ini Syilla tinggal bertiga dengan Mr. Freezer dan Baby Boy (sebutan ala Syilla). Lelaki blasteran China-Rusia yang sialnya mirip dengan kekasih hatinya yang selama seminggu ini ia tinggalkan, namun ia seperti tak pedulikan hal itu.
Sementara lelaki yang duduk tenang dikursi pengemudi tetap fokus kedepan, saat mata elangnya melirik tingkah gadis di sampingnya yang sedang asyik menggoda bayinya tanpa menyadari jika mereka sudah sampai, hingga terlontar pertanyaan singkat dari bibir sexy nya yang akan membuat siapapun melihatnya akan agresif ingin menciumnya.
"School or go home?" Satu pertanyaan pertama muncul dari bibir sexy lelaki itu. Suaranya yang berat dan tegas memancarkan ia sosok lelaki dingin nan kaku, kalo bicara juga pasti irit sekali bahkan langsung ketujuan awal saja.
Sungguh, tipe lelaki to the point tanpa bantahan dan itu mutlak dijawab jika tak ingin membangunkan singa yang sedang tertidur. Syilla menghentikan kegiatannya dan mendongak menatap lelaki itu kesal, karena sudah menganggu kegiatan bermainnya.
"School!!" jawab Syilla kesal,
"Okay, what time come home?"
"Three o'clock." jawab Syilla malas, dan lelaki itu hanya menganguk samar. Karena tak ada jawaban lagi dari lelaki itu, gadis itu beralih mencium wajah gemuk bayi itu dengan gemas.
"Baby, tittle Frederich is the best handsome and freezer, Mommy going to scholl first? You're fine with Daddy, don't be naughty, Okay!" pamit Syilla lembut, seraya tahu ucapannya bayi gendut itu tersenyum padanya.
Sebagai ucapan salam Syilla mencium kedua pipi gembul bayi laki-laki itu dengan gemas, kemudian memberikannya pada lelaki di sampingnya itu dengan hati-hati. Dan diterima dengan baik oleh empunya, walaupun wajahnya masih tetap sama tembok berjalan ber-aura dingin.
"Please look after my Baby Boy well, dear Mr. Freezer." seru Syilla tegas, seakan dia sedang menitipkan anaknya pada pengasuhnya saat ia sekolah. Mendengar ucapan Syilla barusan otomatis membuat lelaki itu melirik tajam ke arahnya dan menjawabnya tak kalah sinis.
"Don't teach me, stupid girl! He's my son so it's my responsibility."
"Hi, Mr. You may insult me stupid, but you are only biological Daddy my Baby and I'm a--" belum selesai Syilla mengajukan protesnya.
Lelaki itu sudah memberikan tatapan membunuh, membuat Syilla kesusahan menelan ludahnya sendiri. Karena takut singa tidur mengamuk cepat-cepat ia keluar dari mobil dan lari berbirit-birit masuk gerbang sekolah dengan nafas terengah-engah.
"Shut, Dia sangat menyeramkan sekali, untung gue langsung lari jika tidak! Besok bisa tinggal nama gue. Oh.. No, gue belum nikah, gue belum siap mati duluan, untung saja baby gemuk itu putranya kalo bukan! Pasti sudah ditelan bulat-bulat tuh baby, Oh.. tidak! Jangan sampai itu terjadi." monolog Syilla absurd terkesan dramatis. Sadar ia sudah berada dilingkungan sekolah, sedetik kemudian ia mengubah raut wajahnya sedatar mungkin.
Ketika hendak masuk kelas, gendang telinga Syilla hampir dibuat pecah, karena teriakan cempreng gadis aneh yang tak lain adalah sahabatnya. Hingga mau tidak mau ia menutup kedua telinganya rapat-rapat, Syilla langsung menatap tajam ke arah sahabatnya itu karena pagi-pagi sudah dibuat kesal.
"Bisa diem nggak lu?" Desisnya sinis.
"Hehehe.. jangan marah dong, beibh... aku kangen tahu." Rayu gadis itu yang lebih akrab dipanggil Siska sambil cengar-cengir tak jelas.
Biasanya Syilla akan menjitak keningnya dengan gemas, tapi kali ini ia hanya melirik tajam kearah sahabatnya tersebut. Syilla tak bergeming sedikitpun dan malah memasuki kelasnya dengan aura dinginnya membuat bulu kuduk Siska berdiri seketika.
'Ada apa dengan Syilla, ya? Kok dia jadi begitu?' guman Siska bertanya-tanya akan perubahan draktis dari sahabatnya yang bolos sekolah selama seminggu.
Syilla yang dikenal gadis ceria dan cerewetnya minta ampun, kini telah berubah dalam hitungan detik. Bahkan gadis itu dikabarkan pergi dari rumah, hingga membuat keluarga dilanda kekhawatiran mendalam. Sampai bertanya-tanya padanya juga teman-teman yang lain, tapi semuanya tidak ada yang tahu. Bahkan, Izzuddin yang notebane-nya kekasih hati Syilla pun hanya bungkam, tak memberikan jawaban sedikitpun saat Siska bertanya apa lelaki itu.
"Syill--" panggil Siska takut-takut saat Syilla sudah ada di bangkunya.
"Hm."
"Syill... anu... itu... maaf-- selama seminggu ini, kamu ada dimana? Tinggal dimana? Kakek dan Nenek kamu-- mencarimu di rumahku sampai--" tanya Siska gagap takut-takut Syilla mengamuk dikelas. Syilla yang tampak tenang di bangkunya sambil membolak-balikan buku pelajarannya, langsung menatap Siska dengan tatapan tajam nan mengerikan disertai smirk devil.
Spontan sahabatnya itu menunduk ketakutan seperti itu, membuatnya geli sendiri tapi Syilla tetap pada posisinya dengan mengangkat sebelah alisnya. Hatinya memang rapuh tapi pikiran dan raganya tak bisa membohongi, jika dia butuh sendiri setelah kejadian tujuh hari lalu membuatnya berubah jadi manusia dingin seperti ini.
Ya, selama seminggu ini Syilla tak masuk sekolah dan malah menghabiskan waktunya menangis dan menangis. Tetapi, berkat buntalan lemak mengemaskan itu menemani hari-harinya, membuat Syilla melupakan kesakitan dan penyesalannya.
"Nothing." jawab Syilla dingin.
Tanpa peduli gerutuan tak bermutu dari bibir Siska yang masih setia menunduk ketakutan, terlihat bibirnya komat-kamit entah sedang membaca ayat kursi atau mengeluarkan sumpah serapah padanya, Syilla tak peduli hal itu, baginya itu sudah biasa.
Kini Syilla berada di Perpustakaan pembatas, antara sekolahnya dan gedung fakultas hukum dan kedokteran. Karena hari ini pulang pagi gegara para guru mengadakan rapat persiapan ujian nasional kelas 12. Kemungkinan besar tinggal 2 bulan lagi Syilla akan lulus SMA.
Sebenarnya gadis itu malas ke perpustakaan, bukan karena malas baca tapi ia takut bertemu dengan seseorang disana, tapi Siska memaksanya ikut dengan dalih ujian UN tinggal dua bulan lagi dan harus belajar giat mulai sekarang-- Sungguh menggelikan gadis itu.
"Syill, aku ke sana dulu ya, mau nyari buku?"
"Hm."
Malas berkeliling mencari buku yang saat ini tak membuatnya minat, akhirnya gadis itu duduk dibangku paling pojok kemudian mengeluarkan buku novelnya yang berjudul *Andromeda* karya *Septy Wardani*. Author favorit Syilla selama ini karena semua novelnya pasti diperankan oleh Chanyoel Park si Happy Virus -Member EXO Boyband, Korea selatan.
Lagi pula, ini masih pukul 11 siang dan akan dijemput nanti pukul 3 sore, jadi ia bisa santai-santai aja dulu, menemani sahabat cemprengnya itu juga tak masalah, selagi gadis itu tak bertanya macam-macam.
Oh.. ya, Happy Virus seperti Chanyoel Park itu juga sering mengingatkannya pada Sang Kekasih, karena kekasih hatinya itu juga mempunyai lesung pipi di sebelah kanannya.
Jika pemuda itu tersenyum, tak heran jika Syilla mempunyai tipe cowok yang manis-manis seperti gula jawa eh, samar-samar Syilla tersenyum ketika mengingat kenangan indah saat sang kekasih tersenyum manis sambil menunjukkan lesung pipinya itu. Maka, tidak ada keindahan selain mengagumi ciptaan Tuhan pemilik segala.
"Arsyilla." Tiba-tiba terdengar suara tak asing memanggil namanya, berharap itu hanya ilusi belaka.
Syilla tetap fokus pada bukunya, walaupun suara itu seakan-akan menyampaikan jika ia sama-sama terluka. Bahkan tanpa permisi pun buliran bening itu membasahi pipi cubby-nya, sesak rasanya jika mendengar suara itu lagi. Di hapuslah kasar air matanya dan terus mencoba acuh, walaupun dihatinya ingin mencari sumber suara itu saat ini juga.
"Syilla." Panggilnya lagi.
Membuatnya tambah merasakan sesak saja bukan karena asma tapi karena luka tak berdarah.
Suara itu suara yang sangat ia rindukan, suara penenang yang membuatnya tak bisa jauh-jauh darinya. benar! Suara itu adalah milik Izzuddin--kekasih hati Syilla yang sudah memadu kasih dengannya selama tiga tahun ini.
Dan, kini harus berakhir dengan 'Sad Ending' padahal keduanya sudah berjanji akan hidup bersama 'Sehidup-Semati'. Seminggu tanpa kehadiran canda-tawa rengekan gadis kecilnya. Seorang Izzuddin Elbarak seperti mati rasa untuk tetap bertahan hidup, semuanya sudah hancur sangat hancur, karena ini juga kesalahannya yang tak berpikir dua kali.
Ketika mendengar namanya dipanggil dua kali, kini hatinya yakin jika itu bukanlah sebuah ilusi belaka yang hanya ingin menghantuinya. Aura dingin yang dibangun mati-matian untuk membentengi betapa terpuruknya hidup seorang Arsyilla Bellvania Azzahra, tanpa kehadiran Muhammad Izzuddin Elbarak, kini runtuh bersama dengan luruhnya buliran bening membasahi pipinya kembali.
'Kenapa ini sangat sakit sekali, ya Allah!' Gumannya lirih dalam hati.
Gadis itu mendongak menatap nyalang kearah Izzuddin. Ya, pemuda yang memanggilnya itu adalah Izzuddin--kekasih hatinya. Lelaki itu tersenyum miris ketika menatap kedua mata indah gadis itu.
Kini berubah menjadi mata tajam setajam pisau dapur yang menusuk jantungnya berkali-kali bahkan seperti monster kecil mengerikan. Untuk mencairkan aura dingin yang Syilla pancaran, Izzuddin hanya bisa berdehem saja, membuat Syilla menaikkan sebelah alisnya tanda ia tak mengerti.
"Syill, selama ini kamu ada dimana? Tinggal dimana? Sama siapa? Kau tahu, orang rumah menjadi kalang kabut mencarimu, Kakak-" ucapnya to the point. Lelaki itu tak ingin membuang-buang waktu lagi hanya untuk berbasa-basi.
Ini tentang orang rumah yang khawatir akan keberadaan gadis itu, bagaimana juga Izzuddin mempunyai tanggung jawab besar menjaga gadis itu walaupun ia sendiri tak tahu apa yang sudah gadis itu sembunyikan darinya selama ini.
"Bukan urusan anda." potong Syilla dingin. Membuat Izzuddin mengeram tertahan menahan diri, agar ia tak berbuat kasar pada gadisnya.
###Li.Qiaofeng
Syilla yang merasa paling tersakiti disini, memutuskan untuk pergi dengan cepat ia mengemas buku-bukunya. Saat hendak pergi dari hadapan pemuda yang sangat ia cintai itu tiba-tiba lengannya dicekal erat oleh lelaki itu membuat Syilla meringis. Izzuddin mulai menunjukkan tatapan tajam, akan jawaban gadisnya yang mengisi hatinya selama tiga tahun lebih. Kecewa, sakit, cinta, penghianatan melebur menjadi satu dalam hati Izzuddin, bagaimana bisa gadis itu menghianatinya seperti ini. Di manakah janji setianya dulu? Di manakah gadis kecilnya dulu? Hari ini, detik ini Izzuddin tak lagi melihat mata indah miliknya dulu terpancar begitu indah, ia hanya bisa melihat tatapan membunuh itu menghumus dalam kedalam kornea sepasang mata coklatnya. "Bukan urusan anda." potong Syilla dingin. Ini pertama kalinya
Walaupun sebenarnya ia tak sanggup berdiri, berjalan tertatih keluar perpustakaan karena hatinya terasa sangat nyeri, jika berlama-lama ditempat saksi bisu perpisahannya dengan Izzuddin barusan. Menghapus kasar sisa air matanya tanpa peduli Siska yang menatapnya iba, dengan sekuat tenaga ia berlari kearah Taman belakang Sekolah yang jarang dikunjungi para siswa-siswi Sekolah. Di taman itu, dibawah pohon belimbing manis yang cukup lebat, Syilla menangis histeris lagi, lagi dan lagi. Sambil menutup wajahnya, menjambak rambut panjangnya, gadis itu tampak frustasi, ia kalut ia hancur tak tersisa lagi. 'Aaarrrggghhh... aku benci ini, aku benci.. hiks..' bathinnya menjerit tak terima. Tiba-tiba gadis itu meringis karena kepalanya terasa begitu nyeri, pandangannya mulai memburam, dalam hitungan detik ia merasa pandangannya mulai mengelap hingga hilang sudah kesadarannya dan tumbang tergeletak disana.
"Aduhhh... sakit, sayang! Aduhh.. ampunn..." ringis Izzuddin ketika Syilla menghadiahinya cubitan pedas di pinggangnya. "Dasar menyebalkan, mentang-mentang pintar, sombongnya minta ampun, makanya ajarin Syilla. Jangan cuma bicara doang tapi nggak di ajarin." Gerutu gadis itu sambil mencebik lucu. "Mau minta ajarin, hm? Tapi Kakak nggak pintar-pintar amat, tapi kalo minta ajarin panas-panasan diranjang, wah... ayo, hari ini juga Kakak siap, gimana?" goda Izzuddin sedikit, padahal ia hanya menjahili kekasihnya saja. "Kyaa... dasar mesum, tenggelam sana di lautan... bugh.. bugh.." pekik Syilla geregetan sendiri sambil memukul-mukul lengan lelaki itu dengan brutal. Si korban pun bukannya meminta ampun malah tertawa berbahak-bahak, sore ini pasangan Zuddilla terisi dengan canda-tawa bersama, membuat yang menyaksikan tawa sepasang kekasih itu iri dibuatnya. "Syilla." Panggil lelaki itu tiba-tiba dengan nada mengi
Izzuddin Elbarak, hanya bisa memandangi wajah polos gadis kecilnya miris dengan keadaan terlelap dikamar pribadinya. Lelaki itu membawa gadis kecilnya ke Apartemen pribadinya pasca tak sadarkan diri beberapa jam lalu, dari mata indahnya yang masih setia tertutup. Lelaki itu bisa menganalisis jika gadis kecilnya ini kebanyakkan menangis juga memikul beban berat yang selama ini ia tutupi dengan senyuman polos nan manjanya. Bukan berarti Izzuddin tak peka selama ini, tapi sudah beberapa kali ia menanyakan; 'ada masalah apa? Ceritakan sama Kakak keluh kesahmu, bukannya selama ini kamu menganggap Kakak bukan hanya kekasihmu, tapi juga seorang Kakak pada adiknya?' Bukannya menjawab, Gadis kecilnya itu malah berlagak bodoh dan polosnya minta ampun. Hanya untuk mengalihkan perhatian dengan alasan lapar, haus, ngantuk kadang manja bak anak kecil pada Ayahnya. Izzuddin
"Jika dengan membunuhku bisa membuatmu sembuh, maka lakukanlah sekarang... itu jauh lebih baik daripada setelah memukulku, kamu malah repot-repot membawaku ke Rumah sakit dan pergi begitu saja. Inikah cinta yang selalu kamu ucapkan padaku? Membiarkan diriku opname di Rumah sakit tanpa kamu rawat sendiri, Oh... barusan kamu mengigau minta agar aku tak pergi, tapi kamu sendiri yang menyuruhku pergi, lalu katakan apa mau mu, hm?" Tanpa banyak kata-kata yang keluar dari bibirnya, Izzuddin mencium dahi, pipi, hidung dan terakhir bibir merah yang berani-beraninya melumat bibirnya dengan agresif, bibir yang tak pernah ia sentuh. Biarlah di tanggal ini, di jam ini sebagai saksi bisu dua pasang kekasih tak saling mencintai itu merasakan apa yang dinamakan first kiss untuk pertama dan terakhir kalinya. Ciuman yang paling menyakitkan hingga tanpa sadar lelehan cairan bening di sudut mata lelaki itu menetes. Kini sinar matahari pagi m
Dunia itu bagaikan roda berputar, kadang kita ada dibawah, kadang kita ada diatas, semuanya terjadi tanpa kita sadari. Manusia hidup di bumi hanya untuk menjalani skenario yang Tuhan susun begitu rapi disaat kita dilahirkan ke dunia. Skenario itu bisa saja berubah sesuai doa dan permohonan kita pada sang kuasa, tapi yang tidak bisa kita ubah adalah Jodoh, Rezeki dan Ajal. Seperti hidup gadis malang yang menatap kosong isi kamar, sudah dua bulan lebih 7 hari ralat sudah 9 minggu Syilla tak melakukan apapun dikamar milik lelaki yang telah meninggalkan rumahnya 2 bulan lalu. Bagaikan mayat hidup terkena penyakit kering, tubuh mulai mengkurus, pipi mulai menirus, kantong mata menghitam karena insomnia, jejak air mata yang mengering pun terlihat, sementara kedua tangannya bergemetar sambil memeluk dua bingkai foto yang selama dua bulan ini menjadi kekuatannya untuk tetap h
Kini gadis itu duduk tegak didepan Victo, seakan siap untuk di interview. Victo tersenyum geli ketika melihat raut wajah tegas gadis itu. Seakan tahu jika Victo tak menerima Syilla sebagai karyawannya, maka gadis itu akan mengamuk atau merayunya, licik benar gadis berwajah polos di depannya itu. "Ceritakan?" "Ceritakan apanya? Syilla tak punya pengalaman pekerjaan." Jawab gadis itu polos. "Maksudku? Selama ini kamu tinggal di-" "Kakak ingin menginterogasiku atau menginterview ku?" Potongnya kesal. "Melamarmu? Bagaimana apa diterima?" Jawabannya enteng. "Kau benar-benar menyebalkan, apa kau tak takut pada sepupumu itu?" "Ngapain harus takut sama Izzu, jika sama-sama suka makan nasi." jawab Victo enteng. "Oh," jawab Syilla hanya ber'oh ria saja sambil mengangguk polos. "Syilla, katakan bagaimana bisa kamu berada di daerah
"Maaf, Tuan! Jam kerja saya sudah selesai, permisi--" pamit Syilla lirih, gadis itu langsung pergi meninggalkan Izzuddin sambil menahan ribuan pisau menghujam hatinya. Tetapi, saat berada di depan cafe spontan ada yang menarik tangannya, menyeretnya masuk mobil sport merah tanpa diduga-duga, Syilla panik akan tindakan Izzuddin sore ini. "Tuan, tolong! Saya ingin pulang--" "Tempatmu bukan di tempat laknat itu, akan saya antar kamu pulang ke rumah yang sebenarnya." desis Izzuddin dingin, lelaki itu langsung menancap gas diatas rata-rata. "Tidak!! Saya mohon, turunkan saya disini." teriak Syilla panik disertai derai air mata. "Jangan membantah, Ibu mencarimu di rumah." "Aku tak peduli, cepat turunkan aku." Pekik gadis itu frustasi. Gadis itu langsung merebut setir mobil agar putar balik, Izzudin tak bodoh, aksi gadisnya itu sangatlah gila, bisa-bisa ia mengalami kecelakaan jika tak bisa mengend