Sesuai dengan saran Ema, Ellena malam ini menunggu kedatangan Erwin, dia tetap ingin menyambut kepulangan Erwin meski waktu sudah menunjukkan tepat tengah malam.
Ceklek...
Seperti biasa pemandangan yang Erwin lihat setelah membuka pintu adalah keheningan yang menyambutnya, ruang tamu yang lampunya sudah dimatikan, namun hari ini ada yang berbeda, ada seorang wanita yang duduk di sofa sambil terlihat menahan kantuk, Erwin mengernyit heran melihat Ellena yang berada di ruang tamu tengah malam begini.
"Apa yang dilakukan wanita itu?" Gumam Erwin.
Ellena yang setengah sadar tidak mendengar langkah kaki Erwin, dan Erwin yang tidak pengertian langsung mengeluarkan suaranya yang membuat Ellena terkejut dari rasa kantuknya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Ellena tergagap dan sontak berdiri.
"Anda sudah pulang?"Erwin tidak menjawab, dia hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Maaf jika saya lancang, bolehkah saya melepaskan jas T
Dengan pelan Ellena menggosok punggung Erwin, bahkan gosokan Ellena bisa dibilang seperti menyentuh benda antik yang akan pecah jika dia menggosoknya sedikit lebih keras lagi.Tidak tahukah Ellena jika yang dilakukannya tidak baik untuk reaksi tubuh Erwin di bagian yang lain, Erwin yang tidak kuat menahannya akhirnya berteriak kesal, "Kau ingin membuatku masuk angin! Kamu sengaja menggosok pelan karena ingin membuatku sakit."Ma- maaf, saya tidak bermaksud begitu-""Cukup! Aku lupa jika kamu tidak pernah bisa bekerja dengan benar," potong Erwin. "Sekarang cepat pergi dari sini!" Lalu sedetik kemudian. "Tunggu, siapkan pakaianku! Dan kerjakan tugasmu seperti biasanya!" Perintahnya tegas.Ellena mengangguk, namun dalam hatinya dia menggerutu kesal, ingin sekali Ellena membalas memaki Erwin, namun dia masih waras. Jika ingin lebih lama menghirup udara di dunia ini maka dia tidak akan melakukan pikiran k
Makan malam mengesalkan bagi Erwin telah berakhir, namun tidak untuk James yang masih ingin mengenal Ellena lebih dekat. Kini James dengan tidak pengertiannya membuntuti Ellena ke dapur untuk mencuci piring."Mau kubantu?" Tawar James ramah."Tidak perlu, ini pekerjaan yang mudah," tolak Ellena halus."Sejak kapan kamu bekerja di sini?""Belum lama," sahut Ellena singkat, entah mengapa dia merasa ada aura menyeramkan mengelilinginya, untuk itu dia tergesa-gesa melakukan pekerjaannya agar cepat mengakhiri obrolan ini.Ellena yang terburu-buru tidak sengaja menjatuhkan piring yang akan diletakkan di rak piring, dan suara akibat jatuhnya piring itu membuat orang yang berada di sekitar dapur panik, termasuk Erwin yang hendak pergi ke dapur untuk memanggil James."Auw ...." Ellena memekik pelan ketika jarinya tidak sengaja tergores pecahan piring itu, James yang melihatnya segera membungkuk untuk melihat jari Ellena.Sedangkan Erwin Yang mel
Erwin menyeringai melihat pintu Ellena tidak terkunci, malam ini mungkin memang kemujuran bagi Erwin, dan kesialan bagi Ellena. Tanpa mengulur waktu Erwin langsung membuka pintu itu, tampak Ellena tidur dengan posisi membelakanginya.Ellena yang menggunakan gaun tidur berbahan tipis semakin menambah gairah Erwin, tapi Erwin tidak akan pernah memberikan hukuman yang mudah untuk Ellena.Dengan cepat Erwin menyibakkan selimut yang menutupi kaki Ellena, dan dengan kasar Erwin menarik kaki Ellena. Ellena yang baru saja terlelap terkejut bukan main, lalu buru-buru dia bangun dan memandang Erwin bingung."Tuan, apa ada yang Anda inginkan?" Tanyanya terbata."Iya, aku ingin menghukummu!" ujar Erwin sinis.Erwin berkata seperti itu dengan menyeret tangan Ellena menuju kamar mandi.Ellena meronta mencoba melepas genggaman tangan Erwin yang membuat pergelangan tangannya sakit, namun
Erwin mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus korden berwarna putih itu."Sial! lagi-lagi aku tidak bisa menahan hasrat ku," ujar Erwin saat dirinya sadar tidak ada pakaian sama sekali yang membungkus tubuh atletisnya.Lalu Erwin menolehkan kepalanya ke samping, melihat tanda merah bekas bibir nakalnya di punggung mulus Ellena yang tersebar indah.Jika semalam dia melakukannya karena cinta mungkin senyuman hangat yang akan Erwin sematkan, namun yang tercetak di bibirnya adalah sebuah senyuman mengejek.Pandangan Erwin tidak akan pernah berubah, dia selalu memandang rendah Ellena."Dasar wanita bermuka dua," ujar Erwin sinis.Setelah mengatakan itu Erwin bangun dan memakai pakaiannya kembali, dia harus membersihkan diri karena semalam khilaf menyetubuhi Ellena.Setelah rapi dengan pakaian kasualnya Erwin kembali lagi ke kamar Ellena, Erwin tahu jika Ellena kelelahan, namun dia tidak akan membiarkan Ellena hidup enak, Ellena tet
Azkia yang mendengar kabar sakitnya Ellena langsung pergi menuju rumah Erwin, di dalam mobil Ellena tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri, apakah dia benar-benar salah menyuruh mereka berdua menikah, tetapi dia akan lebih merasa bersalah jika Erwin tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Ellena.Setelah sampai di rumah Erwin, Ellena langsung menuju ke atas, Ellena sampai di kamar Ellena tepat di saat Erwin keluar dari kamar Ellena."Nona, kenapa Anda datang kemari?" Erwin terkejut dan panik melihat kedatangan Azkia."Aku mau menjenguk Ellena, setelah itu ada yang ingin aku bicarakan kepadamu," sahut Azkia dingin.Tanpa menunggu jawaban dari Erwin, Azkia bergegas masuk ke dalam kamar Ellena. Azkia tidak terkejut jika Ellena dan Erwin tidak satu kamar, Azkia akan selalu mendapat kabar dari salah satu pelayan yang disuruhnya untuk mengawasi Erwin dan Ellena, tanpa ada satu orang pun penghuni rumah ini yang mengetahuinya.Di ra
Setelah berbicara dengan Ellena, Azkia segera turun ke bawah untuk menemui Erwin, Azkia mengambil napas dalam-dalam ketika melihat Erwin sudah duduk di sofa ruang tengah, lelaki berparas tampan itu terlihat cemas menunggu, kira-kira apa yang ingin dibicarakan Azkia, pikirnya. Mendengar suara langkah kaki Azkia membuat Erwin segera menoleh, lalu Erwin segera berdiri dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya. "Kenapa Reynand tidak diajak?" tanya Erwin berbasa-basi setelah melihat Azkia duduk. "Dia ikut ayahnya ke kantor," sahut Azkia pendek. Erwin membuang napas kasar, dia tahu Azkia saat ini sedang marah kepadanya. "Erwin, kumohon berhentilah membodohi dirimu sendiri!" ujar Ellena tegas. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!" Erwin membuang wajahnya ke samping, dia tidak ingin mendengar apa yang ingin dibicarakan Azkia selanjutnya. "Baik jika kamu tidak mengerti! Kalau begitu ... Lepaskan Ellena sekarang!" Erwin ref
Erwin mengerjapkan mata ketika sinar matahari mengusik tidur nyenyak nya, lalu pandangannya beralih ke arah sosok wanita yang berdiri mengambil baju di lemari. Sedikit terkejut karena mengingat seharusnya Ellena istirahat karena masih sakit, semalam Ema memberi tahu kondisi Ellena jika panasnya masih tinggi. Erwin memejamkan matanya ketika Ellena menoleh ke arah ranjang, lalu selang beberapa detik terdengar suara berisik di kamar mandi, sepertinya Ellena sedang menyiapkan air untuknya. Tidak lama kemudian Ellena keluar dari kamar Erwin, segera Erwin bangun dan langsung pergi menuju kamar mandi, lima belas menit kemudian Erwin keluar, lagi-lagi dia terkejut karena Ellena sudah berada di dalam kamarnya dan siap akan memakaikan pakaian untuknya. "Bukannya seharusnya dia marah denganku, bagaimana bisa dia bersikap seolah baik-baik saja. Dasar wanita bermuka dua!" gumam hati Erwin. Tanpa ada kata Ellena segera melakukan tugasnya, meskipun sedikit g
Tidak terasa satu bulan sudah rumah Erwin terasa damai, tidak ada suara teriakkan Erwin yang biasanya memarahi Ellena, Ellena tidak bisa menyangkal jika ada perasaan senang di dalam hatinya, meskipun nada bicara Erwin terdengar ketus, namun Erwin sudah tidak pernah meneriakinya."Anda mau membawa bekal yang mana?" tanya Ellena sopan."Terserah," sahut Erwin pendek. Namun beberapa detik kemudian. "Bawa dua porsi, setelah itu cepatlah ganti baju!""Ganti baju?" ulang Ellena bingung.Erwin malas menyahut, dia hanya melirik tajam Ellena yang berdiri di sampingnya. Merasa akan ada badai jika bertanya lagi, Ellena menutup rapat mulutnya hingga menggigit bibir bagian dalam. Tanpa menunggu perintah Erwin lagi, Ellena segera beranjak dari tempatnya, meninggalkan Erwin di ruang makan yang sedang membuang napas kasar.Lima menit berlalu, Ellena sudah siap dengan pakaian sederhana, gaun selutut berwarna navy yang harganya murah, namun dia tetap terlihat cantik