Beberapa hari kemudian...Semenjak kejadian itu, Ellena sering merenung sendirian. Namun, jika ada Erwin di rumah, Ellena menjadi sosok yang seperti biasanya. Sebab, Ellena tidak ingin Erwin melihat dirinya yang sebenarnya masih tertekan atas kejadian di hari itu.Sedangkan Erwin sendiri, ia sangat tahu apa yang dirasakan Ellena saat ini, meskipun Ellena selalu berusaha menutupinya.Namun, Erwin juga tidak akan memaksa Ellena agar mau bercerita kepadanya, Erwin mengerti jika Ellena butuh ruang untuk berdamai dengan batinnya sendiri.Ellena yang sedang melamun di balkon kamarnya, ia tersentak saat tiba-tiba Erwin memeluknya dan berbicara padanya."Sayang, maukah kamu menemaniku pergi ke rumah, Tuan Deffin?" tanya Erwin lembut."Sayang, kamu membuatku terkejut. Sejak kapan kamu pulang?""Sudah dari sepuluh menit yang lalu," sahut Erwin seraya mencium pipi Ellena. "Bagaimana dengan pertanyaanku yang tadi? Maukah kamu menemaniku ke rumah Tuan Deffin?"Ellena tersenyum, ia juga langsung men
Ellena Wilson nama dari seorang gadis cantik yang memiliki senyuman manis dan berhati baik dari keluarga Wilson.Ellena bukan hanya cantik dan baik, namun dia juga gadis yang cerdas dan sedikit naif.Selama ini dia hidup bahagia dengan ayah kandung dan juga ibu tirinya, meski hanya ibu tiri tetapi dia mendapatkan perlakuan sangat baik seperti anaknya sendiri. Mereka berdua memperlakukan Ellena bak tuan putri karena dia tidak memiliki saudara, menjadikan ia mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya.Namun semua berubah ketika ada seseorang yang iri dengan kebahagiaannya, dengan tega orang itu menculiknya lalu menjualnya ke tempat hiburan malam di negara lain.Dari sini penderitaan Ellena dimulai...
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Ellena yang pingsan sejak pagi tadi baru saja mulai membuka matanya. Hal yang pertama kali dia lihat adalah ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan yang memenuhi Indra penciumannya. Mata Ellena mulai berkeliling mengamati ruangan itu, hingga dia menemukan sesosok makhluk tampan yang sedang duduk di sofa dengan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa sambil memejamkan matanya. Berarti bayangan lelaki tampan yang menolongnya tadi dia tidak salah melihat pikirnya. Karena tenggorokannya terasa kering, Ellena mencoba untuk duduk. Namun baru saja mengangkat kepalanya rasa pusing menyerang kepalanya. "Auwh ...." pekiknya sambil memegang kepalanya. Suara Ellena yang tidak keras namun dapat mengganggu tidur lelaki tampan itu. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan wajah yang datar. Ellena mengangguk, namun kemudian dia mengatakan dengan suara lirih, "Air." Lelaki itu sigap berdiri
Tidak terasa tiga bulan sudah Ellena tinggal di negara ini. Dan selama itu pula Ellena sudah bekerja di majikan yang sama dengan Erwin. Ellena meminta diberi pekerjaan kepada Erwin, dia ingin mendapatkan uang untuk bisa kembali ke negara asalnya. Tuan Deffin adalah seorang tuan muda penguasa negeri ini, dia memiliki seorang istri yang cantik dan baik hati yang bernama Azkia, mereka berdua sudah dikaruniai seorang putra yang bernama Reynand, seorang bayi lelaki yang tampan dan menggemaskan yang sudah berusia empat bulan. Ellena bekerja sebagai pengasuh Reynand, setelah Erwin memberikan beberapa pilihan pekerjaan kepada Ellena, Ellena lebih memilih menjadi pengasuh bayi, karena dia memang suka dengan anak kecil. Dan selama tinggal di rumah Deffin, Ellena menjadi sedikit lebih banyak mengetahui tentang Erwin yang sangat misterius baginya. **** Pada waktu menjelang siang, Azkia dan Ellena sedang duduk santai sambil mengasuh Reynand, Azkia yang san
Beberapa jam sebelum tragedi...Erwin yang merasa kesal entah apa penyebabnya memilih datang ke klub malam terbesar di kota itu.Dia sebenarnya bukan tipe orang yang melampiaskan kemarahannya dengan minuman beralkohol itu, dia lebih sering bertarung dengan anak buahnya di markas untuk melupakan kemarahannya.Melihat wajah muram Azkia ketika Ellena pamit berhenti bekerja entah mengapa dia merasa kesal, selama ini dia senang melihat kebahagian Azkia semenjak Ellena hadir di antara mereka.Namun hari ini berubah, mungkin Azkia ke depannya tidak seceria seperti biasanya lagi, Erwin tahu bagaimana perasaan Azkia, meski Azkia hidup bahagia bersama suami posesifnya, tapi Azkia tetap saja akan merasa kesepian jika tidak punya teman mengobrol ketika De
Matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya, tetapi Erwin sudah terbangun dari tidurnya akibat gedoran pintu yang cukup keras.Erwin terkejut melihat dirinya dimana, dan lebih terkejut lagi ketika melihat seorang wanita yang tidur meringkuk membelakanginya, mereka berdua tidur dengan satu selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.Tidak mungkin terjadi sesuatu dengan mereka berdua 'kan, pikirnya. Dengan segera Erwin menyambar ponsel miliknya yang terjatuh di lantai bersama dengan baju-baju yang berserakan miliknya dan juga Ellena.Erwin dengan tergesa mengecek rekaman CCTV yang mengarah ke kamar ini. "Sial !!!" umpat Erwin, setelah melihat kebenaran atas kejadian semalam.Ini bukan pertama kalinya dia mabuk, tetapi kenapa semalam dia bisa sebrengsek itu. Erwin segera memakai celananya karena mendengar gedoran pintu itu semakin terdengar tidak sabaran.
Pernikahan adalah momen indah yang banyak dinanti setiap orang, apalagi bagi pengantin wanita, setiap wanita pasti mempunyai impian pesta pernikahannya sendiri.Begitu juga dengan Ellena, bukan pesta pernikahan mewah layaknya para konglomerat, namun pesta sederhana yang bernuansa outdoor yang semuanya serba berwarna putih itulah yang menjadi impian Ellena.Namun yang terjadi tidak ada satupun impian Ellena yang bisa terwujud di pernikahannya hari ini. Pernikahan yang hanya dilaksanakan di dalam sebuah tempat ibadah, dan hanya dihadiri oleh pemuka agama dan beberapa anak buah Erwin sebagai saksi.Erwin benar-benar tidak ingin kabar pernikahan ini didengar orang banyak, oleh karena itu dia hanya mengundang orang yang bekerja di dalam rumahnya saja.Setelah mengucapkan janji suci, Erwin mendekati Ellena, orang mengira dia sedang mencium pipi wanita itu, namun ke
Ini bukan pertama kalinya bagi Ellena menginjakkan kakinya di rumah Erwin, namun entah mengapa hari ini Ellena merasa suasana rumah ini terasa lebih mencekam.Pajangan kepala hewan buas yang sengaja diawetkan dalam wadah terbuat dari kaca, entah mengapa terasa seperti hidup, seolah seperti sedang mengintimidasi Ellena dengan sorot mata tajam yang siap menerkamnya.Di tengah rasa takutnya Ellena sampai tidak sadar jika Erwin memberhentikan langkahnya ketika akan menaiki tangga, hingga tanpa sengaja Ellena menubruk punggung Erwin."Huh, kebohongan apa lagi yang akan kamu ucapkan sebagai alasan menabrakku," sarkas Erwin dengan nada dingin."Hah, a-aku-"Ellena belum selesai berbicara, namun sudah dipotong Erwin terlebih dahulu."Stop! Aku malas mendengar suaramu!" Tukas Erwin, membuat Ellena semakin gemetar ketakutan, seolah baru saja disadarkan oleh kenyataan, bahwa orang di depannya inilah yang lebih menyeramkan dari hewan paling buas sekalip