Share

4 Malam Menyakitkan

Beberapa jam sebelum tragedi...

Erwin yang merasa kesal entah apa penyebabnya memilih datang ke klub malam terbesar di kota itu.

Dia sebenarnya bukan tipe orang yang melampiaskan kemarahannya dengan minuman beralkohol itu, dia lebih sering bertarung dengan anak buahnya di markas untuk melupakan kemarahannya.

Melihat wajah muram Azkia ketika Ellena pamit berhenti bekerja entah mengapa dia merasa kesal, selama ini dia senang melihat kebahagian Azkia semenjak Ellena hadir di antara mereka.

Namun hari ini berubah, mungkin Azkia ke depannya tidak seceria seperti biasanya lagi, Erwin tahu bagaimana perasaan Azkia, meski Azkia hidup bahagia bersama suami posesifnya, tapi Azkia tetap saja akan merasa kesepian jika tidak punya teman mengobrol ketika Deffin tidak ada di rumah.

Kehadiran Ellena yang menggantikan posisi bik Mur sebagai teman mengobrol Azkia, membuat Azkia terlihat ceria. Meski sekarang Erwin tidak bisa dekat dengan Azkia seperti dahulu, namun Erwin masih bisa merasakan apa yang di rasakan Azkia.

Erwin dan Azkia semakin membangun tembok kecanggungan yang tinggi dan kokoh, memang itu adalah permintaan Azkia, dan permintaan Azkia agar Erwin mencintai wanita lain, sedang Erwin usahakan semenjak kedatangan Ellena.

Ellena yang mempunyai kepribadian yang baik, membuat Erwin sedikit menerima Ellena sebagai kandidat calon wanita yang akan disukainya.

Dan penyebab Ellena dibuang ke negeri ini Erwin sudah mengetahuinya, sampai saat ini anak buahnya pun ada yang dia perintahkan untuk mengawasi keluarga Ellena, dalam hatinya hanya ada rasa kasihan, namun entah mengapa semuanya berubah semenjak malam ini..

Erwin tidak datang ke klub sendiri, dia mabuk-mabukan bersama tangan kanannya, wajah sedih Azkia yang melintas di pikirannya membuatnya frustasi.

Erwin tersenyum sinis melihat pesan dari bik Ema yang mengatakan Ellena keberatan disuruh mengemasi barang yang sudah dia beli untuk Ellena.

"Dasar wanita bermuka dua," ujar Erwin sambil menghabiskan isi botol wine terakhirnya.

Setelah itu dia memanggil anak buahnya untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Saat berada di mobil Erwin sempat tertidur di kursi belakang, kepalanya terlalu pusing karena kebanyakan minum, biasanya dengan tidur sejenak bisa mengurangi rasa pusing itu.

*****

Mobil Erwin akhirnya sampai di rumah, Erwin menolak ketika akan dibantu anak buahnya masuk ke dalam rumah, dia masih sangat sanggup untuk berjalan sendiri.

Ketika akan menuju kamarnya, Erwin berhenti sejenak di depan kamar yang pernah di tempati Ellena, kamar yang juga mempunyai kenangan yang menyakitkan, sebab kedua majikannya itu pernah menginap dan bercinta di kamar ini.

Dada Erwin terasa sesak jika mengingat malam yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman, Deffin yang notabene orang menyebalkan sengaja membuatnya kesal dengan memamerkan suara desahan mereka berdua, karena kamar ini tidak dipasang alat kedap suara, membuat suara desahan itu terdengar cukup jelas di kamar Erwin.

Ketika Erwin sedang bergelut dengan ingatannya, tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan sosok gadis cantik yang siap pergi dengan koper yang diseretnya.

Erwin bisa melihat wajah terkejut dari Ellena, melihat wajah cantik Ellena entah kenapa tiba-tiba membangkitkan gairahnya.

Melihat Ellena seperti akan melanjutkan langkah kakinya, entah darimana keinginan buruk itu datang, Erwin tiba-tiba saja ingin mencicipi bibir tipis merah muda itu.

Mungkin dari efek minuman beralkohol itu, membuat setan semakin mudah mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.

Dengan segera Erwin melangkahkan kakinya ke arah Ellena, awalnya dia hanya menempelkan bibirnya, namun karena ada rasa manis yang menggoda membuatnya hilang kendali, Erwin mendorong Ellena masuk ke dalam kamar, setelah mengunci pintu dengan tergesa Erwin membawa Ellena ke arah ranjang tanpa melepas ciuman panas itu.

Erwin bisa merasakan penolakan Ellena, bahkan air mata Ellena yang menetes juga terasa menyentuh wajahnya, namun entah mengapa dia tidak bisa menghentikannya.

Dengan kasar Erwin membuka blouse yang memiliki model sabrina itu, ciuman Erwin turun ke leher jenjang itu, memberikan banyak tanda yang sebelumnya dia tidak pernah melakukannya.

Ciuman pertama yang seharusnya mendebarkan, tapi tidak bisa dirasakan oleh kedua orang yang mempunyai jalan pikiran berbeda itu, jika sang lelaki sedang dikuasai nafsu, sang wanita hanya bisa menangis karena kehancuran mulai menghampiri hidupnya.

Sekuat tenaga Ellena memberontak, tapi usahanya sia-sia, karena mata Erwin semakin menggelap ketika melihat dua aset kembar milik Ellena, dengan terburu-buru Erwin membenamkan wajahnya di area itu, dan melakukan hal yang sama seperti di leher jenjang tadi, 

Kedua tangan Erwin yang tadinya menahan kedua tangan Ellena, sekarang dia hanya memakai satu tangannya, karena tangan yang lain sibuk menjelajahi lekukan tubuh indah milik Ellena.

Tangan dan mulut Erwin bermain cukup lama di area dada, merasa kurang puas tangannya ia arahkan di bagian paling sensitif Ellena, dan entah sejak kapan mereka sudah tidak memakai pakaian sama sekali.

*****

Adegan panas itu tidak akan puas dengan mendapatkan satu pelepasan saja, Erwin menyetubuhi Ellena berulang kali, dan mungkin perlakuan Erwin yang kasar ini akan menyebabkan Ellena trauma, bagaimana tidak, setiap orang pasti akan membayangkan malam pertama yang membahagiakan, namun yang menimpa Ellena kini adalah hal yang dahulu pernah Ellena hindari semenjak kedatangannya di negeri ini.

Ini pertama kalinya buat Ellena, dia tidak hanya merasakan sakit fisiknya saja, namun hatinya jauh lebih terluka, Ellena mungkin bisa mengikhlaskan keperawanannya diambil Erwin, karena yang mengambilnya dewa penolong yang dicintainya.

Mengingat mereka tinggal di negeri yang bebas dalam urusan sex, membuat Ellena tidak terlalu khawatir menjalani kehidupannya setelah ini, namun yang membuat hatinya terasa perih adalah, Erwin dengan teganya menyebut nama Azkia di akhir kegiatan panas mereka.

Rasa berat yang menimpa tubuh Ellena karena badan Erwin yang ambruk di atasnya, tidak se-sesak dengan perasaan apa yang menghimpit dada Ellena.

Ellena semakin menangis, dia meringkuk setelah berhasil menyingkirkan tubuh Erwin, tanpa Ellena ketahui ini juga pertama kalinya buat Erwin.

Sedangkan Erwin yang sudah tertidur pulas karena kelelahan, dia tidak mendengar sama sekali tangisan Ellena.

Ellena mengabaikan ponsel miliknya yang berdering terus menerus, karena suara itu tetap tidak bisa berhenti dia berniat mematikan ponselnya, namun dia semakin menangis ketika membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

Ingin sekali dia mengangkat panggilan itu, namun mengingat kondisi dirinya seperti ini, membuat dirinya mengurungkan niatnya.

Hingga pesan ancaman dari nona mudanya yang baru saja masuk, membuatnya tidak bisa mengabaikan panggilan telepon itu lagi.

Sekarang bukan lagi cuma telepon, namun panggilan video, dengan ragu Ellena menggeser tombol hijau itu setelah memastikan tubuhnya tertutup sempurna.

Hal yang pertama kali Ellena dengar adalah pertanyaan panik dari Azkia ketika melihat kondisi Ellena yang terlihat sangat kacau, tidak sampai di situ nona mudanya bahkan berteriak marah ketika melihat Erwin yang dalam keadaan tertidur memeluk Ellena dengan erat, karena posisi Ellena yang terlentang membuat Azkia bisa melihat wajah Erwin yang menghadap wajah Ellena dengan sangat jelas.

Bersambung

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status