Pagi ini Ellena bangun pagi sekali seperti para pelayan lain, tugas pertama yang akan dia lakukan adalah memasak. Mulai hari ini tidak ada pelayan yang ditugaskan memasak, tiga orang pelayan yang biasa memasak kini telah dipindahkan ke markas.
"Bik, memang kemana pelayan yang biasanya memasak?" Tanya Ellena kepada Bik Ema.
"Mereka sudah dipindah tugaskan ke markas, di sana memang sebelumnya tidak ada yang memasak, jadi tuan menyuruh mereka ke sana," jelas bik Ema.
"Bik sampai sekarang aku belum banyak tahu tentang tuan Erwin, banyak yang menyebutkan markas, memang itu markas apa? Dan apakah itu juga markasnya tuan Deffin?"
"Selain menjadi pelayan, tuan juga seorang mafia, Nona. Mereka dulunya juga orang-orang kakeknya tuan Deffin, semenjak kakek tuan Deffin meninggal, tuan Erwin lah yang memimpin Black World, karena tuan Deffin tidak ingin mengurusnya."
Ellena terkejut mendengar fakta ini. "Pantas saja dia menyeramkan, Tuhan ... Kenapa aku bisa menyukai
Setelah selesai membantu Erwin memakaikan pakaian, Ellena langsung membungkukkan badan untuk undur diri, dia ingin menyembunyikan pipinya yang memerah karena melihat tubuh Erwin.Ellena tidak sadar jika dia meninggalkan Erwin yang sedang tersenyum sinis melihat kelakuannya. "Benar-benar wanita bermuka dua," ejek Erwin.Setelah itu Erwin keluar dari kamarnya, langkah kakinya membawanya menuju ruang makan, Erwin berniat mengisi perutnya sebelum pergi ke markas, mulai sekarang dia bukan lagi seorang kepala pelayan di rumah Deffin.Deffin kemarin telah menyuruhnya untuk berhenti, karena Erwin sekarang sudah berkeluarga, Deffin ingin Erwin fokus kepada bisnisnya sendiri, Deffin juga meminta Erwin keluar dari dunia mafia, Deffin ingin jika kehidupan Erwin bisa seperti sekretarisnya, yaitu Roy yang sudah hidup bahagia bersama Elma.Untuk itu Erwin ingin pergi ke markas untuk menyerahkan kedudukannya kepada
Erwin sudah sampai di markas Black World, seperti biasa bawahannya akan berbaris rapi menyambut kedatangannya."Selamat siang, Tuan." Sapa James dan Rose kompak, ketika Erwin melewati mereka berdua."Kumpulkan semua orang di aula, ada yang ingin aku umumkan kepada kalian semua," ujar Erwin setelah menganggukkan kepalanya membalas sapaan tangan kanannya."Baik."Setelah itu semua orang berkumpul, mereka semua sedang menerka apakah ada misi besar yang harus dikerjakan hingga tuan mereka mengumpulkan mereka semua."Terima kasih atas kesetiaan kalian selama ini, kedepannya tingkatkan kinerja kalian, aku minta kedepannya kalian tetap melindungi keluarga Wirata Group meski aku bukan pemimpin kalian lagi," ujar Erwin yang memberikan pengumuman yang mencengangkan bagi setiap orang."Tuan," ujar Rose yang tidak bisa menahan rasa terkejutnya."Aku akan menyerahk
Tepat tengah malam Ellena merasakan tenggorokannya kering, dengan malas Ellena bangun, dan sialnya botol minum yang berada di atas nakas telah kosong.Mulutnya tidak berhenti menguap sedari tadi, namun Ellena harus tetap bangun untuk melepas dahaganya, dengan malas dia melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna putih itu, setelah membuka pintu Ellena tidak langsung keluar, dia sedikit melongok kan kepalanya untuk melihat situasi di luar.Ellena sangat malas bertemu Erwin, untuk itu dia berusaha menghindari pertemuan itu, merasa tidak ada tanda-tanda orang yang masih terjaga dari tidur, Ellena mengira Erwin juga sudah tertidur, hingga akhirnya dia bisa keluar kamar dengan tenang.Ellena tersenyum masam jika mengingat kejadian tadi sore, bagaimana Erwin sangat menyebalkan baginya...Flashback"Dasar lelet! mengepel satu ruangan saja lama," ejek Erwin.
Erwin terkesiap ketika mendengar suara Ellena yang memanggilnya."Apakah Tuan baik-baik saja?" Tanya Ellena sedikit khawatir. Pasalnya Erwin sama sekali tidak mendengar panggilan Ellena, baru panggilan keempat Erwin mendapatkan kesadarannya. Apa kira-kira yang dipikirkan suaminya."Memangnya kenapa," sahut Erwin acuh tak acuh."Tuan tidak mendengar pertanyaan saya," jawab Ellena ragu."Memang apa yang kamu tanyakan?!" Tanya Erwin datar."Apakah kita berangkat ke restoran bersama, atau saya berangkat sendiri?" Tanya Ellena pelan, dia takut Erwin marah mendengar pertanyaan seolah dia berharap ingin berangkat bersama."Dasar bodoh! Memangnya kamu tahu restoranku, hingga kamu bertanya ingin berangkat sendiri," ujar Erwin sinis."Maaf, tidak Tuan. Maaf jika saya salah bertanya."Bagus kamu menyadari kebodohanmu, aku heran kenapa bisa aku dipertemukan dengan orang sepertimu." Setelah puas meluapkan rasa kesalnya, Erwin berlalu mening
Setelah sampai di rumah, Ellena langsung turun dari mobil, dengan lesu dia melangkahkan kakinya menuju rumah, namun saat di teras depan langkahnya dihentikan oleh Ema."Nona, Anda sudah pulang?""Eh, iya Bik, tuan Erwin memintaku pulang," sahut Ellena lemah."Memangnya kenapa?""Aku juga tidak tahu Bik, dia tiba-tiba marah dan menyuruhku pulang.""Mungkinkah Nona melakukan sesuatu yang dibenci tuan?""Aku tidak melakukan apapun, cuma tadi dia bilang aku menggoda koki lelaki yang lain, padahal kita hanya mengobrol sedikit sebagai tanda perkenalan."Ema yang mendengar perkataan Ellena sedikit tersenyum, dan itu membuat Ellena penasaran."Kenapa Bik Ema tersenyum?" Tanya Ellena polos."Tidak apa-apa Nona, tapi sepertinya ke depannya Nona harus menjaga jarak dari lelaki lain," jawab Ema lugas."Hah?!" Ellena bingung, namun dia tidak mau mempermasalahkan hal i
Sesuai dengan saran Ema, Ellena malam ini menunggu kedatangan Erwin, dia tetap ingin menyambut kepulangan Erwin meski waktu sudah menunjukkan tepat tengah malam. Ceklek... Seperti biasa pemandangan yang Erwin lihat setelah membuka pintu adalah keheningan yang menyambutnya, ruang tamu yang lampunya sudah dimatikan, namun hari ini ada yang berbeda, ada seorang wanita yang duduk di sofa sambil terlihat menahan kantuk, Erwin mengernyit heran melihat Ellena yang berada di ruang tamu tengah malam begini. "Apa yang dilakukan wanita itu?" Gumam Erwin. Ellena yang setengah sadar tidak mendengar langkah kaki Erwin, dan Erwin yang tidak pengertian langsung mengeluarkan suaranya yang membuat Ellena terkejut dari rasa kantuknya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Ellena tergagap dan sontak berdiri."Anda sudah pulang?" Erwin tidak menjawab, dia hanya menaikkan sebelah alisnya. "Maaf jika saya lancang, bolehkah saya melepaskan jas T
Dengan pelan Ellena menggosok punggung Erwin, bahkan gosokan Ellena bisa dibilang seperti menyentuh benda antik yang akan pecah jika dia menggosoknya sedikit lebih keras lagi.Tidak tahukah Ellena jika yang dilakukannya tidak baik untuk reaksi tubuh Erwin di bagian yang lain, Erwin yang tidak kuat menahannya akhirnya berteriak kesal, "Kau ingin membuatku masuk angin! Kamu sengaja menggosok pelan karena ingin membuatku sakit."Ma- maaf, saya tidak bermaksud begitu-""Cukup! Aku lupa jika kamu tidak pernah bisa bekerja dengan benar," potong Erwin. "Sekarang cepat pergi dari sini!" Lalu sedetik kemudian. "Tunggu, siapkan pakaianku! Dan kerjakan tugasmu seperti biasanya!" Perintahnya tegas.Ellena mengangguk, namun dalam hatinya dia menggerutu kesal, ingin sekali Ellena membalas memaki Erwin, namun dia masih waras. Jika ingin lebih lama menghirup udara di dunia ini maka dia tidak akan melakukan pikiran k
Makan malam mengesalkan bagi Erwin telah berakhir, namun tidak untuk James yang masih ingin mengenal Ellena lebih dekat. Kini James dengan tidak pengertiannya membuntuti Ellena ke dapur untuk mencuci piring."Mau kubantu?" Tawar James ramah."Tidak perlu, ini pekerjaan yang mudah," tolak Ellena halus."Sejak kapan kamu bekerja di sini?""Belum lama," sahut Ellena singkat, entah mengapa dia merasa ada aura menyeramkan mengelilinginya, untuk itu dia tergesa-gesa melakukan pekerjaannya agar cepat mengakhiri obrolan ini.Ellena yang terburu-buru tidak sengaja menjatuhkan piring yang akan diletakkan di rak piring, dan suara akibat jatuhnya piring itu membuat orang yang berada di sekitar dapur panik, termasuk Erwin yang hendak pergi ke dapur untuk memanggil James."Auw ...." Ellena memekik pelan ketika jarinya tidak sengaja tergores pecahan piring itu, James yang melihatnya segera membungkuk untuk melihat jari Ellena.Sedangkan Erwin Yang mel