Matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya, tetapi Erwin sudah terbangun dari tidurnya akibat gedoran pintu yang cukup keras.
Erwin terkejut melihat dirinya dimana, dan lebih terkejut lagi ketika melihat seorang wanita yang tidur meringkuk membelakanginya, mereka berdua tidur dengan satu selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.Tidak mungkin terjadi sesuatu dengan mereka berdua 'kan, pikirnya. Dengan segera Erwin menyambar ponsel miliknya yang terjatuh di lantai bersama dengan baju-baju yang berserakan miliknya dan juga Ellena.Erwin dengan tergesa mengecek rekaman CCTV yang mengarah ke kamar ini. "Sial !!!" umpat Erwin, setelah melihat kebenaran atas kejadian semalam.Ini bukan pertama kalinya dia mabuk, tetapi kenapa semalam dia bisa sebrengsek itu. Erwin segera memakai celananya karena mendengar gedoran pintu itu semakin terdengar tidak sabaran.Setelah membuka pintu, wajahnya langsung pias ketika melihat kedua majikannya sudah ada di depan kamar ini, yang menjadi pusat perhatiannya adalah wajah penuh kemarahan milik Azkia.
Plaakk...Tanpa aba-aba Azkia menampar pipi Erwin dengan keras. "Aku kecewa padamu Erwin! tidak kusangka kamu adalah lelaki brengsek," ujar Azkia.Erwin terasa tertusuk jantungnya ketika mendengar perkataan Azkia, orang yang dicintainya kini kecewa dengan kelakuannya, pikiran buruk Azkia membencinya kini telah menghantui otaknya."Maaf, aku tidak sengaja melakukan ini, semalam aku mabuk."
Plaakk..Satu lagi tamparan yang sama kerasnya mendarat di pipi sebelahnya."Aku tahu kamu peminum yang hebat Erwin, aku yakin kamu masih bisa mengendalikan dirimu sendiri."Erwin tidak membantah, benar yang dikatakan Azkia, sebenarnya semalam dia masih bisa mengendalikan dirinya sendiri seperti biasanya, namun entah mengapa ketika melihat Ellena dia hilang kendali.
Azkia meninggalkan Erwin yang menundukkan kepalanya karena merasa bersalah, dia akan membenci Erwin jika Erwin sampai membela diri.Azkia menatap kasihan Ellena yang tidur meringkuk, dibelainya wajah sembab Ellena yang menangis semalaman, Azkia terkejut ketika merasakan tangannya seperti terbakar karena Ellena mengalami demam tinggi.
"Sayang, panggilkan dokter. Badan Ellena panas sekali," ujar Azkia panik."Iya, Sayang."
Deffin yang sedari tadi diam, langsung menuruti perintah istrinya, dia segera menelepon dokter pribadinya.Erwin yang melihat Azkia akan memakaikan baju Ellena segera berlalu. Erwin pergi ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.
Cukup lama Erwin berada di kamar mandi sambil merenungi kebodohannya.
Bayangan rangkaian kejadian kemarin terlintas di pikirannya, andaikan Ellena tidak akan pulang ke negaranya, Erwin tidak akan melihat wajah muram Azkia yang membuatnya frustasi.Semenjak dahulu sampai sekarang Erwin tidak bisa melihat wajah sedih milik Azkia, dan yang membuat Erwin frustasi karena sampai detik ini Erwin tidak bisa menghilangkan perasaan itu.
Hingga dia memilih minuman keras untuk menjadi pelariannya."Tidak, ini semua bukan sepenuhnya salahku, wanita itu sendiri yang menyebabkan kejadian ini," ujarnya egois.Setelah membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan masalah ini, Erwin mengambil keputusan bahwa dirinya tidak sepenuhnya bersalah, justru kini dia mempunyai pikiran buruk tentang Ellena.
*****Erwin kembali ke kamar Ellena setelah dokter yang memeriksa Ellena pergi, terlihat Ellena sudah sadar dan duduk ditemani Azkia di atas ranjang.
Sedangkan Erwin memilih duduk di sofa yang sama dengan Deffin."Erwin, kau harus menikahi Ellena," ujar Deffin.
Azkia mengangguk menyetujui keputusan Deffin.
Sedangkan Erwin hanya diam tidak membantah, dalam hatinya hanya ada rasa benci untuk Ellena."Tidak, Tuan Deffin, Tuan Erwin tidak perlu menikahi saya, dia tidak sengaja melakukannya karena dia sedang mabuk, saya akan tetap memutuskan untuk pulang ke negara saya, anggap saja semalam tidak terjadi apa-apa," ujar Ellena terbata.Ellena sangat berat mengucapkannya, tidak ada wanita yang pernah rela kesuciannya terenggut tanpa ada ikatan cinta.Namun melihat Erwin yang sepertinya enggan bertanggung jawab membuat dirinya memilih keputusan itu, apalagi ketika Ellena mengingat semalam Erwin selalu menyebut nama Azkia ketika dia mencapai puncak kepuasannya, dan itu semakin membuatnya terluka.
Erwin yang mendengar perkataan Ellena tersenyum sinis di dalam hati, kini hanya akan ada pikiran negatif untuk Ellena.
"Kamu tidak bisa berkata seperti itu Ellena, sengaja atau tidak, dan sedang sadar atau tidak, Erwin harus tetap bertanggung jawab!" Keputusan Azkia final tidak bisa diganggu gugat.
"Iya, dan kalian harus menikah secepat mungkin, Roy akan mengurus pernikahan kalian," tambah Deffin.
Ellena yang akan membuka mulutnya untuk berbicara dipotong terlebih dahulu oleh Erwin. "Baiklah, aku akan menikahinya."
Ellena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Erwin sudah memberi keputusan seperti itu, Erwin yang melihat Ellena pasrah, kini dia semakin menyeringai, "Huh, jangan kamu pikir bisa bahagia dengan pernikahan ini, bermimpi lah jika ingin mendapatkan cinta dariku, karena hanya akan ada nama Azkia di dalam hatiku," ucap Erwin dalam hati."Tuan muda, tapi saya meminta pernikahan ini diadakan secara sederhana saja," ujar Erwin."Hei, kenapa begitu ... semua wanita pasti menginginkan pesta yang indah untuk pernikahannya, dan pasti Ellena mempunyai impian yang indah untuk pesta pernikahannya," ucap Azkia tidak terima jika acara pernikahan mereka ini hanya diadakan secara sederhana.
"Tidak apa, Nona. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Tuan Erwin."Perkataan Ellena yang selalu terkesan membela Erwin membuat Erwin semakin merasa muak, benar-benar wanita bermuka dua pikirnya.
Erwin tahu jika Ellena mempunyai pandangan yang berbeda terhadap dirinya, dia tahu jika Ellena mempunyai rasa terhadapnya.Namun melihat Ellena yang selama ini hanya menampilkan sikap datar kepadanya, membuat Erwin mengira Ellena hanya berpura-pura menjadi gadis naif untuk menarik perhatiannya, itulah sebabnya Erwin menyebut wanita bermuka dua.Erwin mengira Ellena mencari tahu tentang tipe wanita yang disukainya lewat Azkia, dan kini pikiran negatif terhadap Ellena semakin menjadi-jadi.
"Selamat datang di kehidupan barumu wanita licik, silahkan menikmati rasanya hidup di neraka cintaku," ujar Erwin dalam hati, sambil memandang tajam Ellena yang hanya menundukkan kepalanya gelisah.Entah mengapa setelah kedua majikannya pamit pulang, Ellena merasa hawa panas dan menyeramkan tengah menyelimuti ruangan ini.
****
Bersambung.
Pernikahan adalah momen indah yang banyak dinanti setiap orang, apalagi bagi pengantin wanita, setiap wanita pasti mempunyai impian pesta pernikahannya sendiri.Begitu juga dengan Ellena, bukan pesta pernikahan mewah layaknya para konglomerat, namun pesta sederhana yang bernuansa outdoor yang semuanya serba berwarna putih itulah yang menjadi impian Ellena.Namun yang terjadi tidak ada satupun impian Ellena yang bisa terwujud di pernikahannya hari ini. Pernikahan yang hanya dilaksanakan di dalam sebuah tempat ibadah, dan hanya dihadiri oleh pemuka agama dan beberapa anak buah Erwin sebagai saksi.Erwin benar-benar tidak ingin kabar pernikahan ini didengar orang banyak, oleh karena itu dia hanya mengundang orang yang bekerja di dalam rumahnya saja.Setelah mengucapkan janji suci, Erwin mendekati Ellena, orang mengira dia sedang mencium pipi wanita itu, namun ke
Ini bukan pertama kalinya bagi Ellena menginjakkan kakinya di rumah Erwin, namun entah mengapa hari ini Ellena merasa suasana rumah ini terasa lebih mencekam.Pajangan kepala hewan buas yang sengaja diawetkan dalam wadah terbuat dari kaca, entah mengapa terasa seperti hidup, seolah seperti sedang mengintimidasi Ellena dengan sorot mata tajam yang siap menerkamnya.Di tengah rasa takutnya Ellena sampai tidak sadar jika Erwin memberhentikan langkahnya ketika akan menaiki tangga, hingga tanpa sengaja Ellena menubruk punggung Erwin."Huh, kebohongan apa lagi yang akan kamu ucapkan sebagai alasan menabrakku," sarkas Erwin dengan nada dingin."Hah, a-aku-"Ellena belum selesai berbicara, namun sudah dipotong Erwin terlebih dahulu."Stop! Aku malas mendengar suaramu!" Tukas Erwin, membuat Ellena semakin gemetar ketakutan, seolah baru saja disadarkan oleh kenyataan, bahwa orang di depannya inilah yang lebih menyeramkan dari hewan paling buas sekalip
Sambil menghabiskan makanannya, Erwin memikirkan cara bagaimana membuat Ellena menderita, mungkin selain mengacuhkannya Erwin juga benar-benar akan menjadikan Ellena pelayannya.Menjadikan Ellena pelayan mungkin sudah menyiksanya, mengingat Ellena yang berasal dari keluarga kaya, dia pasti tidak pernah melakukan pekerjaan rumah."Setelah dia selesai makan, suruh dia menemui ku di ruang kerjaku," ujar Erwin kepada bik Ema yang masih setia berdiri di belakangnya."Baik Tuan Muda," jawab bik Ema yang langsung melaksanakan perintah tuan mudanya.Sedangkan Erwin bergumam, "Sial, jika tidak mengingat Azkia, aku tidak harus menjaga tanganku agar tidak melakukan kekerasan kepada wanita bermuka dua itu."***Di dapur."Nona," sapa bik Ema sopan."Iya, ada apa Bik?" Tanya Ellena yang baru saja selesai makan."Tuan Erwin meminta anda untuk menemuinya di ruang kerjanya.""Oh, baiklah Bik, aku akan segera kesana.""Biar
Pagi ini Ellena bangun pagi sekali seperti para pelayan lain, tugas pertama yang akan dia lakukan adalah memasak. Mulai hari ini tidak ada pelayan yang ditugaskan memasak, tiga orang pelayan yang biasa memasak kini telah dipindahkan ke markas."Bik, memang kemana pelayan yang biasanya memasak?" Tanya Ellena kepada Bik Ema."Mereka sudah dipindah tugaskan ke markas, di sana memang sebelumnya tidak ada yang memasak, jadi tuan menyuruh mereka ke sana," jelas bik Ema."Bik sampai sekarang aku belum banyak tahu tentang tuan Erwin, banyak yang menyebutkan markas, memang itu markas apa? Dan apakah itu juga markasnya tuan Deffin?""Selain menjadi pelayan, tuan juga seorang mafia, Nona. Mereka dulunya juga orang-orang kakeknya tuan Deffin, semenjak kakek tuan Deffin meninggal, tuan Erwin lah yang memimpin Black World, karena tuan Deffin tidak ingin mengurusnya."Ellena terkejut mendengar fakta ini. "Pantas saja dia menyeramkan, Tuhan ... Kenapa aku bisa menyukai
Setelah selesai membantu Erwin memakaikan pakaian, Ellena langsung membungkukkan badan untuk undur diri, dia ingin menyembunyikan pipinya yang memerah karena melihat tubuh Erwin.Ellena tidak sadar jika dia meninggalkan Erwin yang sedang tersenyum sinis melihat kelakuannya. "Benar-benar wanita bermuka dua," ejek Erwin.Setelah itu Erwin keluar dari kamarnya, langkah kakinya membawanya menuju ruang makan, Erwin berniat mengisi perutnya sebelum pergi ke markas, mulai sekarang dia bukan lagi seorang kepala pelayan di rumah Deffin.Deffin kemarin telah menyuruhnya untuk berhenti, karena Erwin sekarang sudah berkeluarga, Deffin ingin Erwin fokus kepada bisnisnya sendiri, Deffin juga meminta Erwin keluar dari dunia mafia, Deffin ingin jika kehidupan Erwin bisa seperti sekretarisnya, yaitu Roy yang sudah hidup bahagia bersama Elma.Untuk itu Erwin ingin pergi ke markas untuk menyerahkan kedudukannya kepada
Erwin sudah sampai di markas Black World, seperti biasa bawahannya akan berbaris rapi menyambut kedatangannya."Selamat siang, Tuan." Sapa James dan Rose kompak, ketika Erwin melewati mereka berdua."Kumpulkan semua orang di aula, ada yang ingin aku umumkan kepada kalian semua," ujar Erwin setelah menganggukkan kepalanya membalas sapaan tangan kanannya."Baik."Setelah itu semua orang berkumpul, mereka semua sedang menerka apakah ada misi besar yang harus dikerjakan hingga tuan mereka mengumpulkan mereka semua."Terima kasih atas kesetiaan kalian selama ini, kedepannya tingkatkan kinerja kalian, aku minta kedepannya kalian tetap melindungi keluarga Wirata Group meski aku bukan pemimpin kalian lagi," ujar Erwin yang memberikan pengumuman yang mencengangkan bagi setiap orang."Tuan," ujar Rose yang tidak bisa menahan rasa terkejutnya."Aku akan menyerahk
Tepat tengah malam Ellena merasakan tenggorokannya kering, dengan malas Ellena bangun, dan sialnya botol minum yang berada di atas nakas telah kosong.Mulutnya tidak berhenti menguap sedari tadi, namun Ellena harus tetap bangun untuk melepas dahaganya, dengan malas dia melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna putih itu, setelah membuka pintu Ellena tidak langsung keluar, dia sedikit melongok kan kepalanya untuk melihat situasi di luar.Ellena sangat malas bertemu Erwin, untuk itu dia berusaha menghindari pertemuan itu, merasa tidak ada tanda-tanda orang yang masih terjaga dari tidur, Ellena mengira Erwin juga sudah tertidur, hingga akhirnya dia bisa keluar kamar dengan tenang.Ellena tersenyum masam jika mengingat kejadian tadi sore, bagaimana Erwin sangat menyebalkan baginya...Flashback"Dasar lelet! mengepel satu ruangan saja lama," ejek Erwin.
Erwin terkesiap ketika mendengar suara Ellena yang memanggilnya."Apakah Tuan baik-baik saja?" Tanya Ellena sedikit khawatir. Pasalnya Erwin sama sekali tidak mendengar panggilan Ellena, baru panggilan keempat Erwin mendapatkan kesadarannya. Apa kira-kira yang dipikirkan suaminya."Memangnya kenapa," sahut Erwin acuh tak acuh."Tuan tidak mendengar pertanyaan saya," jawab Ellena ragu."Memang apa yang kamu tanyakan?!" Tanya Erwin datar."Apakah kita berangkat ke restoran bersama, atau saya berangkat sendiri?" Tanya Ellena pelan, dia takut Erwin marah mendengar pertanyaan seolah dia berharap ingin berangkat bersama."Dasar bodoh! Memangnya kamu tahu restoranku, hingga kamu bertanya ingin berangkat sendiri," ujar Erwin sinis."Maaf, tidak Tuan. Maaf jika saya salah bertanya."Bagus kamu menyadari kebodohanmu, aku heran kenapa bisa aku dipertemukan dengan orang sepertimu." Setelah puas meluapkan rasa kesalnya, Erwin berlalu mening