Share

5. Dipaksa Menikah

Matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya, tetapi Erwin sudah terbangun dari tidurnya akibat gedoran pintu yang cukup keras.

Erwin terkejut melihat dirinya dimana, dan lebih terkejut lagi ketika melihat seorang wanita yang tidur meringkuk membelakanginya, mereka berdua tidur dengan satu selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.

Tidak mungkin terjadi sesuatu dengan mereka berdua 'kan, pikirnya. Dengan segera Erwin menyambar ponsel miliknya yang terjatuh di lantai bersama dengan baju-baju yang berserakan miliknya dan juga Ellena.

Erwin dengan tergesa mengecek rekaman CCTV yang mengarah ke kamar ini. "Sial !!!" umpat Erwin, setelah melihat kebenaran atas kejadian semalam.

Ini bukan pertama kalinya dia mabuk, tetapi kenapa semalam dia bisa sebrengsek itu. Erwin segera memakai celananya karena mendengar gedoran pintu itu semakin terdengar tidak sabaran.

Setelah membuka pintu, wajahnya langsung pias ketika melihat kedua majikannya sudah ada di depan kamar ini, yang menjadi pusat perhatiannya adalah wajah penuh kemarahan milik Azkia.

Plaakk...

Tanpa aba-aba Azkia menampar pipi Erwin dengan keras. "Aku kecewa padamu Erwin! tidak kusangka kamu adalah lelaki brengsek," ujar Azkia.

Erwin terasa tertusuk jantungnya ketika mendengar perkataan Azkia, orang yang dicintainya kini kecewa dengan kelakuannya, pikiran buruk Azkia membencinya kini telah menghantui otaknya.

"Maaf, aku tidak sengaja melakukan ini, semalam aku mabuk."

Plaakk..

Satu lagi tamparan yang sama kerasnya mendarat di pipi sebelahnya.

"Aku tahu kamu peminum yang hebat Erwin, aku yakin kamu masih bisa mengendalikan dirimu sendiri."

Erwin tidak membantah, benar yang dikatakan Azkia, sebenarnya semalam dia masih bisa mengendalikan dirinya sendiri seperti biasanya, namun entah mengapa ketika melihat Ellena dia hilang kendali.

Azkia meninggalkan Erwin yang menundukkan kepalanya karena merasa bersalah, dia akan membenci Erwin jika Erwin sampai membela diri.

Azkia menatap kasihan Ellena yang tidur meringkuk, dibelainya wajah sembab Ellena yang menangis semalaman, Azkia terkejut ketika merasakan tangannya seperti terbakar karena Ellena mengalami demam tinggi.

"Sayang, panggilkan dokter. Badan Ellena panas sekali," ujar Azkia panik.

"Iya, Sayang."

Deffin yang sedari tadi diam, langsung menuruti perintah istrinya, dia segera menelepon dokter pribadinya.

Erwin yang melihat Azkia akan memakaikan baju Ellena segera berlalu. Erwin pergi ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.

Cukup lama Erwin berada di kamar mandi sambil merenungi kebodohannya.

Bayangan rangkaian kejadian kemarin terlintas di pikirannya, andaikan Ellena tidak akan pulang ke negaranya, Erwin tidak akan melihat wajah muram Azkia yang membuatnya frustasi.

Semenjak dahulu sampai sekarang Erwin tidak bisa melihat wajah sedih milik Azkia, dan yang membuat Erwin frustasi karena sampai detik ini Erwin tidak bisa menghilangkan perasaan itu.

Hingga dia memilih minuman keras untuk menjadi pelariannya.

"Tidak, ini semua bukan sepenuhnya salahku, wanita itu sendiri yang menyebabkan kejadian ini," ujarnya egois.

Setelah membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan masalah ini, Erwin mengambil keputusan bahwa dirinya tidak sepenuhnya bersalah, justru kini dia mempunyai pikiran buruk tentang Ellena.

*****

Erwin kembali ke kamar Ellena setelah dokter yang memeriksa Ellena pergi, terlihat Ellena sudah sadar dan duduk ditemani Azkia di atas ranjang.

Sedangkan Erwin memilih duduk di sofa yang sama dengan Deffin.

"Erwin, kau harus menikahi Ellena," ujar Deffin.

Azkia mengangguk menyetujui keputusan Deffin.

Sedangkan Erwin hanya diam tidak membantah, dalam hatinya hanya ada rasa benci untuk Ellena.

"Tidak, Tuan Deffin, Tuan Erwin tidak perlu menikahi saya, dia tidak sengaja melakukannya karena dia sedang mabuk, saya akan tetap memutuskan untuk pulang ke negara saya, anggap saja semalam tidak terjadi apa-apa," ujar Ellena terbata.

Ellena sangat berat mengucapkannya, tidak ada wanita yang pernah rela kesuciannya terenggut tanpa ada ikatan cinta.

Namun melihat Erwin yang sepertinya enggan bertanggung jawab membuat dirinya memilih keputusan itu, apalagi ketika Ellena mengingat semalam Erwin selalu menyebut nama Azkia ketika dia mencapai puncak kepuasannya, dan itu semakin membuatnya terluka.

Erwin yang mendengar perkataan Ellena tersenyum sinis di dalam hati, kini hanya akan ada pikiran negatif untuk Ellena.

"Kamu tidak bisa berkata seperti itu Ellena, sengaja atau tidak, dan sedang sadar atau tidak, Erwin harus tetap bertanggung jawab!" Keputusan Azkia final tidak bisa diganggu gugat.

"Iya, dan kalian harus menikah secepat mungkin, Roy akan mengurus pernikahan kalian," tambah Deffin.

Ellena yang akan membuka mulutnya untuk berbicara dipotong terlebih dahulu oleh Erwin. "Baiklah, aku akan menikahinya."

Ellena sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Erwin sudah memberi keputusan seperti itu, Erwin yang melihat Ellena pasrah, kini dia semakin menyeringai, "Huh, jangan kamu pikir bisa bahagia dengan pernikahan ini, bermimpi lah jika ingin mendapatkan cinta dariku, karena hanya akan ada nama Azkia di dalam hatiku," ucap Erwin dalam hati.

"Tuan muda, tapi saya meminta pernikahan ini diadakan secara sederhana saja," ujar Erwin.

"Hei, kenapa begitu ... semua wanita pasti menginginkan pesta yang indah untuk pernikahannya, dan pasti Ellena mempunyai impian yang indah untuk pesta pernikahannya," ucap Azkia tidak terima jika acara pernikahan mereka ini hanya diadakan secara sederhana.

"Tidak apa, Nona. Saya setuju dengan apa yang dikatakan Tuan Erwin."

Perkataan Ellena yang selalu terkesan membela Erwin membuat Erwin semakin merasa muak, benar-benar wanita bermuka dua pikirnya.

Erwin tahu jika Ellena mempunyai pandangan yang berbeda terhadap dirinya, dia tahu jika Ellena mempunyai rasa terhadapnya.

Namun melihat Ellena yang selama ini hanya menampilkan sikap datar kepadanya, membuat Erwin mengira Ellena hanya berpura-pura menjadi gadis naif untuk menarik perhatiannya, itulah sebabnya Erwin menyebut wanita bermuka dua.

Erwin mengira Ellena mencari tahu tentang tipe wanita yang disukainya lewat Azkia, dan kini pikiran negatif terhadap Ellena semakin menjadi-jadi.

"Selamat datang di kehidupan barumu wanita licik, silahkan menikmati rasanya hidup di neraka cintaku," ujar Erwin dalam hati, sambil memandang tajam Ellena yang hanya menundukkan kepalanya gelisah.

Entah mengapa setelah kedua majikannya pamit pulang, Ellena merasa hawa panas dan menyeramkan tengah menyelimuti ruangan ini.

****

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status