“Nggak ... aku nggak ngegombal loh ini. Beneran aku kangen sama kamu,” kata Endra.“Aku juga kangen sama kamu,” kata Dania, “sabar ya.”Endra terkekeh. “Nggak bisa sabar. Rasanya aku pengen meluk kamu sekarang juga,” katanya.Dania ikut tertawa. “Yudah peluk online aja,” katanya setelah tawanya reda.Terdengar hembusan napas panjang Endra, “Ternyata LDR itu nyiksa banget ya,” katanya.Dania lagi-lagi tertawa. “Sabar, Sayang,” kata Dania.“Iya ... iya,” katanya, “yaudah, aku mau mandi dulu. Good night. Love you.”“Love you,” kata Dania.***Rombongan Evolution sampai di kota Medan sekitar pukul sembilan pagi. Setelah mandi dan ganti pakaian, Zevan izin kepada Sisil untuk keluar sebentar di kafe bersama personel Evolution lainnya.Mereka akhirnya pergi ke sebuah kafe yang lokasinya tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Seperti biasa, saat keluar ke tempat umum, mereka selalu menggunakan pakaian semacam hoodie atau menggunakan masker agar tak terlihat mencolok. Setelah merasa aman
Mengapa dia harus mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain? Seandainya Dia yang menjadi kekasih Endra, tentu dia akan kenyang dengan perhatian yang endra berikan.“Udah enakan belom?” tanya Endra setelah gerakan tangannya terhenti.“Lumayan,” kata Karra.“Diminum gih itu. Kayaknya udah agak mendingan. Udah nggak panas banget,” kata Endra.Karra mengangguk. Dia lalu menyesap teh hangat itu perlahan.***Karra pikir, rasa sakitnya akan berkurang setelah dia minum minuman hangat yang Endra buatkan. Ternyata tidak. Sampai dia masuk ke mobil Endra untuk pulang pun rasa sakitnya masih terasa.“Udah mendingan belom?” tanya Endra setelah manyalakan mesin mobil.Karra mengangguk. Dia tak mau Endra mamikirkan dirinya lebih jauh.“Oh iya, kayaknya entar pas Dania udah balik ke Jakarta gue mau ngajak dia liburan deh. Rencananya, pas itu juga gue mau ajak lo liburan. Nah loh ajak itu gebetan lo,” kata Endra.Karra mengerutkan kening. “Gebetan?” ulangnya.Endra tak menyahut. Dia meng
Setelah melihat story Karra, Dania merasa tak tenang. Meski gadis itu tak menyebutkan nama, dia yakin kalau orang yang gadis itu maksud adalah Endra. Memangnya perhatian seperti apa yang Endra berikan padanya sampai Karra menulis kalimat seperti itu di story-nya? Tak mau terus dihantui rasa penasaran, Dania lalu menelepon Endra. Hari Dania yang sudah dongkol jadi semakin dongkol karena telfonnya tak juga mendapat respon dari Endra. Bersamaan dengan air matanya yang menetes di pipi, dia lalu meletakkan ponselnya di atas ranjang. Sisil, yang baru masuk seketika menegur Dania saat melihat mata gadis itu memerah. “Lo kenapa nangis?” tanya Sisil. “Enggak kok, gue nggak nangis,” jawab Dania. “Itu mata lo merah,” kata Sisil. Sisil tersenyum. “Ini cuma kelilipan,” kata Dania. Dania mengambil ponselnya saat benda pipih itu berbunyi. Dia lalu izin keluar pada Sisil. “Kamu dari mana aja dari tadi kutelfon kok nggak direspon?” tanya Dania. Dia tidak bisa menahan suaranya yang terdengar san
Karra lantas bangkit duduk. Dia merasa kosong saat menyadari kejadian indah tadi hanyalah mimpi. Dalam hitungan detik, dia meneteskan air mata. Sebegitunyakah di menginginkan Endra? Sampai terbawa mimpi dan semuanya terasa begitu nyata.Usai mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi, dia lalu turun dari ranjang. Dia lalu lalu mengambil celana dalam dari lemari kemudian berjalan menuju kamar mandi.***Selama bekerja Dania tidak bisa fokus karena dia memikirkan hubungannya dengan Endra. Sampai kapan dia akan terus bercekcok dengan laki-laki itu akibat postingan Karra di Instagram? Rasanya melelahkan beradu mulut dengan Endra. Namun meski begitu dia juga tak mau tinggal diam. Dia berisik saja masih kecolongan. Apalagi dia cuek dan diam?“Dan, gue lihat lo dari tadi kok kayak nggak fokus ya. Kenapa?” tanya Sisil setelah usai konser. Mereka berdua duduk di sebuah kursi yang di depannya ada meja dipenuhi cemilan dan minuman.“Nggak kok. Sok tau lo,” kata Dania.Sisil tertawa. “Kelihat
Semuanya berjalan begitu cepat setelah mereka saling melucuti busana masing-masing. Tiba-tiba saja, Dania sudah terbaring di atas ranjang.Saat Endra memcumbunya lagi, Dania memejamkan mata. Dia merasa tersanjung sekaligus terhormat saat kekasihnya itu menaburkan kecupan-kecupan yang halus dan lembut dari kening sampai bagaian bawah tubuhnya. Endra benar-benar memuja tubuhnya seolah dia adalah seorang bidadari surga.Jantung Dania bergemuruh dan tubuhnya bergetar saat Endra menyatu dengannya. Sepanjang gerakan yang laki-laki itu buat, dia dibuat mabuk. Rasanya dia seperti tak sedang berada di dunia.Di akhir pergulatan cinta mereka, Endra membisikkan kata, “i love you very very very much,” di telinga Dania.Dania bisa mendengar suara Endra itu dengan sangat baik. Tapi dia tak mampu berkata-kata. Saat kekasihnya itu berkata, “Do you love me too?” dan, “do you trust me?” Dania hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.Meski mulutnya terbuka, Dania benar-benar tak bisa berkata-kata. Tubu
Sisil mengupload polling di akun Instagramnya. Dia ingin tahu sebanyak apa fans yang menginginkan diadakannya konser di Jakarta untuk kedua kali. etelah mengunggah postingannay di story, dia lalu meletakkan ponselnya. Dia lalu fokus lagi pada orang-orang yang ada di sekitarnya.“Lo udah bikin pollingnya?” kata Zevan pada Sisil. Dia lalu menyesap kopinya.Sisil mengangguk. “Udah,” sahut Sisil, “let’s see.”Perhatian Sisil lalu teralih kepada Okan yang sedang uring-uringan dalam panggilan telepon. Dia memantau anak itu sampai selesai bertelepon baru dia berkomentar.“Kenapa lo?” tanya Sisil.“Ada yang ngirim foto cewek gue lagi jalan sama cowok. Setelah gue cari tau ternyata itu mantannya. Gue jeles dong. Tadi pas gue telfon, dia bilang mereka jalan karena nggak sengaja ketemu pas cewek gue di mal. Terus pas gue tanya kenapa gandengan? Masak katanya karena mau nyebrang. Kek nggak masuk akal banget nggak sih?!” cerita Okan panjang-lebar.“Tuh kan, orang pacaran tuh ribet,” sahut Zevan, “
Lya terbahak. “Mungkin goyangannya ceweknya emang asoy banget kali makanya si Endra ketagihan,” katanya. Dia lalu mengambil vapor-nya dari dalam tas.“Ah, nggak asyik lo. Yang ada gue curhat malah makin panas dan makin sakit hati. Bukan makin lega,” kata Karra.Lya tertawa lagi. Usai menghembuskan asap dari mulutnya, dia lalu merangkul Karra. “Becanda, Shay,” katanya.“Udahlah, kata gue lo fokus aja noh cari gebetan di dateapp buat lupain si Endra. Itu anak kayaknya sudah susah lepas sama ceweknya,” kata Lya.“Gue udah ada beberapa yang match. Tapi nggak ada yang sekeren dan seganteng Pak Endra,” kata Karra, “di sana banyakan jamet.”Lya terbahak. Dia sampai memukul-mukul meja. “Masak nggak ada yang normal sih? Ya gak ganteng banget, ganteng dikit aja masak nggak ada?”“Belom nemu,” kata Karra.“Eh, by the way, si Endra jadian sama ceweknya udah berapa lama sih?” tanya Lya.“Enam bulanan kayaknya,” sahut Karra.“Aduh itu sih lagi bucin-bucinnya. Masalah ranjang juga lagi anget-angetny
Di ruang tamu Karra bertemu dengan Endra. Laki-laki itu wajahnya suram, tak seperti biasanya. Sepertinya memang ada masalah.“Malem, Pak Endra. Tumben banget ke rumah. Ada apa?” tanya Karra. Dia lalu duduk di single sofa di seberang sofa yang diduduki Endra.“Di rapat pemegang saham kemarin banyak yang nggak paham dengan yang disampaikan Pak Bara. Mereka gagal paham semua. Dokumen yang kamu bikin buat bahan meeting gimana?” tanya Endra.“Ya kayak biasa, Pak,” sahut Karra, “Pak Baranya saja kali nyampeinnya gak bener.”“Masak sih. Dia itu orang yang selama ini gue tunjuk buat ngegantiin gue. Nggak mungkin lah dia nggak bisa pimpin meeting kayak gitu aja,” kata Endra.“Ya tapi kan tiap rapat yang dibahas beda-beda, bukan itu-itu terus. Lagian Pak Bara juga manusia biasa. Mungkin banget dia bikin kesalahan,” sahut Karra. Dia kesal karena seolah Endra menyalahkannya. Siapa yang meninggalkan pekerjaan, siapa yang disalahkan. Ya tapi bos kan posisinya akan selalu di atas dan selalu benar.“