Konser di Tangerang begitu emosional. Sepanjang konser, Zevan terlihat banyak tersenyum. Saat konser berakhir, matanya bahkan sampai berkaca-kaca. Akhirnya konser sudah mendekati akhir. Dua hari lagi akan diadakan konser penutupan di Jakarta.“Waktu enam bulan kalo sudah dijalanin cepet banget ya,” kata Sisil setelah semua personel Evolution berada di belakang panggung dan sesi meet and greet selesai.“Iya,” sahut Zevan. Dia mengambil sebotol air mineral, “gue nggak nyangka gue bisa ngelewatin semua ini. Padahal, pas ada kerusuhan terus konser kita diberhentiin paksa itu rasanya gue kayak udah nggak pengen ngelanjutin lagi.”Sisil tertawa. “Tapi gue yakin itu cuma omongan lo karena lo lagi down. Ya gue tau banget sih kalo lo itu profesional. Lo nggak pasti akan mengakhiri dengan baik semua yang sudah lo mulai. Bukan memutus sesuatu di tengeh-tengah. Itu bukan lo banget,” katanya usai tawanya reda.Zevan terkekeh. “Yang ada di pikiran gue waktu itu tuh, kenapa sih harus kayak gini? Ini
Endra mengucapkan kata rindu lagi setelah berada di kamar hotel. Mendengar Endra berkata seperti itu, Dania tertawa. Sejujurnya, dia juga sangat merindukan Endra. Tapi dia tak terpikirkan untuk mengungkapkannya berkali-kali. Bisa melihat Endra di depan matanya sudah membuatnya tenang. Dan ya, otomatis rasa ridu di hatinya luruh dengan sendirinya.“Yang, kok kamu malah ketawa sih?” kata Endra.Dania tersenyum. “Habis kamu lucu,” sahut Dania.Endra lalu menlangkah mendekati Dania. Dia lalu menatap gadisnya itu dengan tatapan tajam. Dengan cepat, dia lalu merengkuh pinggul Dania, membuat tubunya dengan gadis itu tak berjarak. Perlahan, dia lalu menyapukan bibirnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Setelah menanamkan sebuah kecupan dalam di bibir Dania, Endra lalu mundur dan melepaskan tangannya dari tubuh Dania.Dania lantas menatap Endra dengan tatapan aneh selama beberapa detik. Menyadari itu, Endra mengerutkan kening.“Kenapa?” tanyanya sambil tersenyum tipis.“Gitu doang?” tanya Da
Endra menelepon Karra sekitar jam sembilan pagi. Laki-laki itu bilang mereka akan berangkat ke Jakarta sekitar jam sebelas. Laki-laki itu memintanya bersiap-siap. Karra menghembuskan napas kasar setelah menerima telfon Endra. Dia lalu melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Tapi kemudian Karra mengambil ponselnya lagi. Dia lalu menghubingi Lya. Dalam hitungan detik, Karra mendengar suara gadis itu dari seberang. “Ada apa Karra sayang?” tanya Lya. “Gue boleh curhat nggak?” kata Karra. “Boleh dong ...,” sahut Lya, “cerita aja. Kenapa ... kenapa?” “Gue bad mood,” sahut Karra. Dia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang. “Why ... kenapa bad mood?” tanya Lya, “lo ngelihat Dania sama Endra indehoi lagi di mimpi lo?” Karra menghembuskan napas kasar. Mereka indehoi di dunia nyata,” kata Karra. “Whattt ... lo ngelihat mereka indehoi di dunia nyata? Kok bisa sih? Bukannya Karra lagi ikut Evolution konser?” tanya Lya. Karra menghembuskan napas lemah. Dia lalu menceritakan tent
“Sil, dengerin gue. Gue respect dan terima kasih banget sama lo karena lo udah peduli sama gue. Gue hargain perhatian dan kebaikan lo. Tapi, ini semua bukan masalah mudah. Terlalu banyak dan dalem rasa sakit dan kecewa yang nyokap gue buat. Gue cuma ingin dia sadar kalau selama ini ada kesenjangan antara apa yang dia kasih buat Endra dan gue. Gue cuma ingin dia bilang satu kata maaf. Tapi dia nggak pernah mau ngucapin kata itu. Egonya dia selangit,” balas Zevan panjang-lebar.Tentu saja Sisil tak bisa berkata-kata lagi setelah itu. Dia hanya bisa mendoakan agar secepatnya Hana bisa mengerti bagaimana perasaan Zevan.***Konser penutupan di Jakarta pecah sekali. Sepanjang konser, Zevan sangat bersemangat. bahkan di lagu yang iramanya agak mellow pun dia tetap berkeliling panggung. Dia menumpahkan rasa bahagia dan rasa leganya.Di akhir konser, member Evolution diberi kesempatan satu demi satu untuk mengucapkan terima kasih dan kesan-kesannya selama konser berlangsung. Yang pertama berb
“Oh, lo lagi mau indehoi, ya,” kata Zevan saat pintu kamar dibuka oleh Endra. Dia melihat Dania sekilas lalu tersenyum penuh arti.Seketika itu wajah Dania memerah.“Berisik lo. Cepetan bilang tujuan lo apa ke sini?!” sahut Endra.“Gue mau pinjem laptop Papa,” katanya.Endra lalu mengambilkan laptop yang dimaksud. Setelah menyerahkan laptop itu pada Zevan, dia lalu menutup pintu lagi dan menguncinya.“Sorry,” kata Endra setelah dia kembali ke sofa.”Dania tersenyum. “It’s okey,” katanya, “kita bisa mulai lagi.” Dania lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa dan menekuk kakinya.Endra tersenyum. “Kenapa kamu ngelakuin itu dengan mudahnya?” tanyanya.“Because you deserve,” kata Dania. Dia lalu menarik Endra mendekat.Malam ini, Dania dimiliki Endra lagi. Laki-laki itu melampiaskan seluruh perasaannya pada Dania. Dia membuat Dania menjerit beberapa kali. Dia lebih bersemangat menghujamkan cintanya pada Dania saat gadisnya itu meneriakkan namanya dengan lantang.Setelah melampiaskan seluru
“Zevan, lo itu harusnya mikir dong. Gimana kalo misalnya ada yang videoin lo waktu lo nyosor cewek sembarangan di kelab? Gimana kalo dia nyebarin video itu dan berita lo masuk infotainment. Apa kabar sama karir lo dan Evolution yang lagi nanjak-nanjaknya?” omel Sisil.Zevan menghembuskan napas panjang.“Kenapa lo? Habis berantem sama Endra?” tanya Sisil.Zevan menggeleng.“Terus? Ah, kalo nggak sama Endra, pasti lo habis ribut sama nyokap lo?” tebak Sisil.Zevan menggeleng.“Lah terus lo kenapa?” tanya Sisil.Zevan lalu menceritakan apa yang dia lihat ketiak dia masuk ke kamar Endra. Dia juga bercerita jika setelah melihat itu, perasaannya mendadak jadi tidak nyaman.Sisil tertawa usai mendengar cerita Zevan. Tentu saja fakta itu membuat Zevan terheran-heran.“Apanya yang lucu?!” katanya.“Lo jealous sama Endra?” sahut Sisil.Zevan menggeleng. “Enggak lah,” sangkalnya.“Kalo lo nggak jealous, seharusnya lo biasa aja dong,” balas Sisil.Zevan berdecak. Dia lalu bejalan meninggalkan man
Dania lalu segera menelepon Endra. Sebisa mungkin dia menahan bara di dadanya agar suaranya tetap terdengar stabil.Dania menghembuskan napas panjang setelah dia mendengar suara Endra dari seberang.“Halo,” kata Dania.“Iya, Sayang. Tumben banget kamu nelfon aku pagi-pagi gini,” sahut Endra, “udah mandi? Udah sarapan?”“Mmm ... mandi udah sih. Sarapan yang belom,” sahut Dania, “By the way, aku mau tanya sesuatu sama kamu.”“Tanya aja,” sahut Endra, “kaya sama siapa aja minta izin segala.”“Nanti malem kamu lembur nggak?” tanya Dania.Hening beberapa detik. “Belum tahu sih. Kalo kerjaanku nggak terlalu padet kayaknya nggak lembur. Entar deh aku tanyain Karra. Kalo udah, pasti aku kabarin kamu,” kata Endra.“Oke,” sahut Dania, “aku tunggu, ya.”“Emangnya ada apa sih?” tanya Endra, “kamu mau ngajak aku jalan?”“Nggak,” nanya aja, “soalnya nanti malem aku ada meeting sama Sisil dan semua personel Evoluton. Jadi kalo misal kamu nggak lembur, dan kamu gabut, jangan telepon aku dulu nanti ma
Endra lalu memutus sambungan telepon. Suasana hatinya makin memburuk saja. Rasanya dia ingin berteriak kalau dia tidk naksir dengan Dania tepat di telinga teman-temannya itu.***Jam dinding di kamar Dania menunjukkan pukul setengah delapan malam. Gadis itu saat ini sedang duduk gelisah di tepi ranjang. Beberapa kali dia melihat ke ponselnya yang tergeletak tepat di sampingnya. Dia menunggu chat balasan dari Karra.Dania menghembuskan napas lega saat akhirnya ponselnya berbunyi. Dia tersenyum lebar karena Karra menyetujui permintaannya untuk bertemu. Dengan cepat, dia lalu mengetik nama kafe yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.IshaDania:Di kafe Bloom ya. Kita ketemuan di sana langsung.Balasan dari Karra masuk dalam hitungan detik.Karra:OKSetelah meletakkan ponselnya, Dania segera berganti pakaian. Dia memakai sebuah gaun sepanjang lutut berwarna krem. Di kakinya, dia memasang sepatu wedges dengan warna senada gaun. Sebelum mengasmbil tasnya, Dania menyempatkan diri untuk memol