"Hal ini, jangan katakan pada siapapun dulu!" Sean meminta pada Zie yang sedang mematut diri di depan cermin. Mereka sudah bersiap keluar untuk makan malam, setelah lebih dari lima jam berduaan di kamar. Meski mengajak Keenan, tapi Zie dan Sean benar-benar seperti sedang berbulan madu tanpa membawa anak. "Hanya Papa dan dirimu yang tahu, seperti dirimu, aku sebenarnya takut jika sampai memberi tahu Mama dan dia pasti akan menangis. Bedanya aku tahu kamu lebih kuat dari Mama,"ucap Sean. " Aku tidak sekuat itu Sean, andai kamu tahu,"bisik Zie di dalam hati. Demi Sean, dia pun berpura-pura tegar. Zie melempar senyuman ke Sean dari pantulan cermin. Ia mengangguk kecil dan berkata akan merahasiakan ini sampai Sean mau mengungkapkannya sendiri. "Aku mencintaimu," bisik Sean lantas mencium pipi Zie dengan sangat mesra. Zie terdiam karena dadanya terasa sangat nyeri, dia mengangguk dan tiba-tiba saja tak kuasa menahan air matanya lagi. "Maaf, sepertinya ada bulu mata masuk ke ma
Mata Yura membaca setiap informasi yang tertulis di halaman yang dia temukan. Ia memandang dua profil putra Daniel Tyaga yang dicarinya, satu Sean dan satu Raiga. Bibir Yura bergetar sebentar. Dia merasa lega karena Raiga bukanlah pria beristri seperti apa yang dia pikirkan, dan tanpa sadar Yura mengucapkan kalimat syukur.“Kenapa? apa ada yang salah? kenapa Anda terlihat sangat lega?” selidik Amira.Yura menggeleng, dia jelas tidak akan menceritakan ke siapa pun karena ingin mengubur dalam-dalam rahasia ini. Gadis itu mengucapkan terima kasih ke Amira yang masih kebingungan dengan tujuannya memata-matai Zie tadi.Yura merentangkan tangan ke atas sampai dadanya membusung, dia berlagak seolah baru saja lepas dari satu beban berat setelah mengusir Amira pergi dari kamarnya."Syukurlah aku bukan tidur dengan suami orang,"gumamnya.Yura menjatuhkan tubuh ke kasur. Dia memandang langit-langit kamar sambil memulas senyuman di bibir."Yura anggap saja semua itu hanya mimpi,"ucapnya.Namun, s
Raiga berlari kencang lalu terjun ke air menyelamatkan Amira yang nyaris terbawa ombak, sedangkan Yura hanya bisa terduduk di dengan baju basah dan ponsel yang masih di tangan. Ponselnya bahkan masih tersambung panggilan video. Papanya cemas karena hanya ada suara ribut yang terdengar dan gambar yang kurang jelas.Raiga berhasil membawa Amira ke tepi dan semua orang mendekat untuk memastikan keadaannya termasuk penjaga resort pulau Kilikili.Yura terdiam karena syok dengan apa yang baru saja dia alami, dia seperti kehilangan akal sampai Amira batuk-batuk dan kembali bernapas.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Raiga yang masih berada di sisi Amira.Amira kaget melihat wajah Raiga sedekat ini dengannya, bahkan rambut pria itu basah dan meneteskan air.“Terima kasih, saya baik-baik saja,”ucap Amira. Dia membuat semua orang lega. “Nona, apa Anda tidak apa-apa?” tanyanya ke Yura.Tatapan semua orang kini beralih ke gadis itu. Yura hanya bisa memandangi Amira dengan penuh rasa bersalah. Ia t
Raiga menggeleng, dia menyangkal kalau sudah mengucapkan sesuatu. Namun, sayangnya Sean sudah mendengar dengan jelas, kakaknya itu pun melepas tangannya yang melingkar lalu membalik badan.“Dia bilang sudah pernah melakukan itu,”ucap Sean.“Rai, kamu ….” Ghea memegangi kening, hingga membuat besannya cemas dan memegang ke dua pundaknya.“Rai, kamu bercanda ‘kan?” tanya Gia mendapati Ghea syok.“Tentu saja! aku bukan seperti Papa saat masih muda, aku pria baik-baik, tadi aku hanya bercanda, Mama tidak perlu memikirkan ucapanku tadi,”ucap Raiga. Ia meraih tangan Ghea dan menunjukkan senyumannya yang paling manis lalu berlari pergi menuju saung lebih dulu.“Aku benar-benar sudah kehilangan akal sehat sampai mengaku sudah meniduri gadis di depan om Air dan tante Gia,” gumam Raiga._Di kamar, Yura membasuh tubuhnya di bawah shower. Ia benar-benar merasa bersalah ke Amira, tapi juga benci karena sudah dimarahi oleh Sean. Yura pikir orang yang tidak mengenal dirinya, tidak boleh seenaknya m
Yura yang awalnya kesal ke Sean malah menjadi orang pertama yang membantu pria itu. Dia meminta pelayan untuk memanggilkan keluarganya karena takut jika hal yang buruk terjadi pada Sean.Daniel dan Raiga menjadi orang yang pertama sampai. Raiga yang memang seorang dokter pun cepat-cepat mengecek kondisi sang kakak, meski dia dokter spesialis kandungan tapi jelas sebelum itu dia memiliki dasar-dasar ilmu kedokteran.“Kenapa dia sering seperti ini?” Raiga seperti menyesalkan sesuatu. Hingga Daniel akhirnya menceritakan apa yang disembunyikan Sean ke orang-orang.“Dia harus menjalani operasi, dokter bilang jika terlambat mendapat penanganan mungkin dia akan ….”“Tidak! jangan bicara sembarangan! Sean tidak akan kenapa-napa,”amuk Ghea. Ia duduk bersimpuh di dekat putra sulungnya yang sedang diperiksa oleh Raiga.Yura pun mundur ke belakang, dia merasa takut sampai Amira yang sedang mencari keberadaannya mendekat lalu menanyakan apa yang terjadi.“Dia tiba-tiba pingsan, dia … ““Nona, Papa
Setelah Yura memberitahu dan menjelaskan ke kapten yang menjemputnya, serta Daniel yang memberikan jaminan, akhirnya Sean dibawa lebih dulu pulang. Mereka sangat menyesalkan tidak adanya dokter di pulau Kilikili.“Aku akan protes ke pemilik pulau ini, setidaknya mereka harus memikirkan bagaimana jika ada keadaan darurat yang terjadi ke pengunjung,”amuk Daniel.Sebenarnya pulau itu adalah pulau pribadi, karena keindahannya maka banyak orang yang rela membayar mahal untuk bisa berlibur di sana. Saat akan pergi ke pulau Kilikili, pengunjung pun sudah diberitahu dengan jelas mulai dari fasilitas dan resiko apa yang mungkin bisa terjadi. Untuk penanganan dalam situasi darurat, mereka memiliki pelayan yang sudah dibekali dengan itu. Namun, untuk keadaan Sean tadi, jelas masuk pengecualian.Yura masih berada di dekat landasan pacu, dia mendongak memandang helikopter yang dikirim papanya terbang menjauh. Gadis itu menunduk menatap tangannya yang tadi dipegang oleh Raiga. Yura seketika bingung
“Sebaiknya beri dia dukungan, jangan sampai kamu terlihat lemah, karena itu hanya akan membuat Sean semakin terpuruk. Ingat Zie! dia ingin menjalani operasi karena berharap bisa hidup normal bersama denganmu dan Ken. Jadi tunjukkan rasa optimismu agar dia semangat.” Nasihat dari Raiga terus Zie ingat, sambil menunggu keluarganya datang, wanita itu menemui Sean yang malam itu mulai menjalani rawat inap. “Zie!” “Aku pikir kamu tidur.” “Maaf merusak liburan kita!”kata Sean. Tangannya mengulur ingin disambut oleh sang istri. “Kita bisa liburan lagi nanti, yang penting kamu sehat dulu.” Zie duduk di kursi yang ada tepat di sebelah ranjang Sean. Ia membawa tangan pria itu menyentuh pipinya. Zie berusaha untuk tidak menunjukkan kecemasan yang sedang merajai hatinya. “Apa kamu dan Raiga baru saja menemui dokter Billy, apa dia mengatakan hal aneh-aneh?” tanya Sean penasaran. Wajahnya yang pucat membuat Zie semakin cemas, dia yakin suaminya itu pasti sedang menahan rasa sakit yang amat lu
Daniel dan rombongan tiba hampir tengah malam. Ghea yang cemas dengan kondisi putra sulungnya bergegas ingin melihat Sean di kamar inap. Namun, saat sampai di sana dia memilih untuk mundur melihat Sean dan Zie sedang tidur sambil berpelukan.“Lebih baik kita pulang, besok pagi kita ke sini lagi untuk melihat keadaan Sean,”ucap Daniel untuk membujuk sang istri.Ghea pun akhirnya setuju, tapi sebelum itu mereka mengobrol lebih dulu dengan Raiga yang masih berada di sana. Raiga menjelaskan kondisi sang kakak, dia tak sedikitpun menyembunyikan apa yang dia tahu dan menceritakan penjelasan dokter Billy dengan detail.“Koma? Maksudnya Sean tidak akan bangun? dia tidak hidup juga tidak mati?”Ghea bertanya ke Raiga tapi tak ada jawaban, dia yang tak sabar bahkan sampai mendekat dan mengguncang tubuh putra bungsunya itu agar mau menjawab.“Jawab, Rai! Kenapa diam saja? jawab Mama!” bentak Ghea.“Ma, jangan begini! Mama pikir aku juga tidak sedih, aku juga takut dia tidak akan bangun lagi,”uca