Zie panik, dia berlari meninggalkan Surya di belakang setibanya di rumah sakit. Pikirannya hanya tertuju pada Sean, dia ingin melihat kondisi ayah dari putranya itu sesegera mungkin.Sementara di dalam kamar, Ghea heran dengan sikap putranya yang terlihat menuruni bakat akting yang dia miliki. Sean berbaring, memintanya untuk menaikkan selimut lalu melempar senyum.“Terima kasih bantuan Mama, aku sayang Mama.”Meski terheran-heran, Ghea mengangguk dan memulas senyum. Ia biarkan Sean memejamkan mata dan tak lama pintu kamar terbuka. Ghea sudah melempar tatapan sendu, tapi seketika kaget melihat sang mantan mantu tak sendirian datang ke sana.“Zi …. Zie,”ucapnya. Ghea bingung harus bagaimana, di satu sisi dia harus terus berpura-pura sedih, tapi di sisi lain dia penasaran kenapa Zie datang bersama si pria matahari, julukan yang diberikan oleh Sean untuk Surya.“Sean, dia kenapa, Ma?” tanya Zie. Ia mendekat ke ranjang lalu memandangi wajah Sean, dipindainya tubuh pria itu dari kepala
Airlangga dan Gia memutuskan untuk tidak memberitahu Zie saat itu juga karena hari sudah malam. Mereka takut kesehatan sang putri terganggu. Baik Airlangga dan Gia tahu beberapa hari ini Zie banyak pekerjaan dan pikiran, jadi memberi kabar seperti ini bisa-bisa membuat gadis itu tidak tidur semalaman.Namun, meski ke esokan harinya tak mereka sangka hasilnya sama saja. Zie malah marah dan panik karena hari itu adalah hari di mana Airlangga mengizinkan keluarga Sean dan Surya datang.“Kenapa Papa baru memberitahuku sekarang?” Zie menjambak sisi rambutnya gemas, dia yang sudah bersiap berangkat kerja melempar balik tasnya ke sofa.“Sebenarnya Papa ingin memberitahumu kemarin, tapi hari sudah malam. Mana tega Papa mengganggu istirahatmu?”Airlangga melirik Gia yang menimang Ken, sedangkan pembantu yang biasa menjaga anak itu menelinga sambil mengurut-ngurut dada. Ia berpikir kekacauan sebentar lagi pasti akan terjadi.“Lalu telepon mereka, beri alasan apapun agar mereka mengurungkan niat
Zie masih mengurung diri di kamar, dia menyalakan pendingin ruangan dan mengatur suhu dua tingkat lebih dingin dari biasanya. Zie merasa sangat grogi sehingga takut banyak mengeluarkan keringat, tak lucu juga jika dia terlihat kusut di depan orang-orang yang akan datang meminangnya.Zie masih mematut diri di depan cermin, tak pernah merasa setakut ini di dalam hidupnya, hingga tiba-tiba pintu kamar diketuk dan suara Gia terdengar memanggil namanya.“Zie, ayo turun!”Jantung Zie hampir melompat keluar dari rongga dada, dia mengusapnya pelan dan berdoa semoga tidak akan terjadi huru-hara. Wanita itu bahkan merapal doa. Berbelok terlebih dulu ke kamar tamu yang dipakai sang pembantu untuk menjaga putranya. Mendapati Ken sudah ganteng dan anteng, Zie pun berpesan ke pembantu untuk menjaga Ken selama yang dia bisa.Mengayunkan langkah ke ruang tamu, Zie belum melihat seorangpun datang. Yang dia lihat hanya Gia dan Airlangga, mamanya itu membetulkan kerah kemeja papanya dengan sangat mes
Aroma-aroma perselisihan sudah tercium meski dua pria itu masih berdiri di luar. Zie gamang, tubuhnya gemetar memikirkan apa yang harus dilakukan. Cinta? Sepertinya masih ada untuk Sean, tapi statusnya kini sedang berkencan dengan Surya, benar-benar duo S yang membuatnya kelimpungan. Zie bingung, dia takut Sean hanya gegabah dalam mengambil tindakan, sama halnya dengan Surya yang ingin mengikatnya hanya untuk sebuah nafsu sesaat saja.Zie masih memandangi dua pria itu, hingga Airlangga bangun mendekat ke pintu lalu memanggil dua pria yang salah satunya bisa dipastikan akan menjadi calon mantunya itu.“Sean, Surya, ayo masuk!”“Dengar, papa Air bahkan menyebut namaku lebih dulu dari pada namamu,”cibir Sean dengan seringai nakal. “Itu sudah menjadi tanda kalau dia lebih menginginkan aku menjadi menantu.”“Surya, Sean. Apa kalian tidak lelah berdiri terus?”Kali ini Surya yang menyeringai. Pria itu membalas Sean dengan ucapan yang hampir sama,” Dengar! Om Airlangga bahkan lebih mencemask
“Apa?” semua orang dibuat kaget dengan keputusan Zie. Namun, meski sedikit aneh dan di luar nalar, Sean dan Surya sama-sama setuju. “Baik, aku menerimanya.” “Aku juga!” Para orangtua hanya bisa memijat kening, jika pada umumnya orang berselingkuh secara diam-diam, Zie malah secara terang-terangan ingin berkencan dengan dua laki-laki yang berbeda. Belum lagi, dua prianya malah menyetujui ide itu tanpa berpikir lebih dulu. “Kalian benar-benar setuju?” tanya Zie yang malah heran dengan respon Sean dan Surya. “Hem … “ Sean memandang Surya. “Kita setuju.” “Katakan saja harus bagaimana,”timpal Surya. Zie terang saja malu, hingga memilih untuk mengakhiri pembahasan itu dengan satu kalimat. “Mekanismenya akan aku bagikan via pesan saja.” “Aku tidak mau kalau kamu mengirim pesan secara terpisah, buat grup,”kata Sean. “Gr-grup?” Gia yang sejak tadi diam tiba-tiba angkat suara. “Apa kita semua akan masuk ke grup?” tanyanya dengan muka panik. “Ti-ti-tidak, mungkin maksud Sean grup yang b
Takut dengan ancaman Zie, Sean dan Surya seketika bersikap baik, mereka bahkan saling maaf-maafan seperti orang yang sedang berlebaran. Zie membuat aturan, mereka tidak boleh bertengkar atau bersikap kekanak-kanakan. Ibunda Ken itu berkata, selama dua minggu dia akan membagi masing-masing lima hari ntuk Sean dan Surya. Zie[Apapun yang akan aku lakukan dengan salah satu dari kalian, aku akan memberi tahunya di sini]Sean[ Lalu, siapa yang mendapat giliran pertama?]Zie duduk di tepian ranjang, dia bingung menentukan, jika memilih Surya lebih dulu, dia yakin Sean pasti akan seperti kuda lumping kesurupan. Namun, jika memilih mantan suaminya lebih dulu, dia takut Surya merasa seperti dikucilkan. Hingga, kedewasaan Surya membuat Zie lega, pria itu mengetikkan sebuah pesan yang sungguh bijaksana. Surya[ Tidak apa-apa jika kamu ingin menghabiskan waktu dengan Sean lebih dulu ]Zie mengulum bibir, sedangkan di seberang sana Sean merasa Surya sedang mencari muka. Meski begitu dia teta
“Zie, apa yang kamu lakukan? cepat mandi dan bersiap?”Tanp Zie sadari, Sean ternyata menyusulnya. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar Gia dan Airlangga untuk menghardik sang mantan istri.“Memang kita mau ke mana? aku harus bilang dulu ke Surya,”jawab Zie tanpa menegakkan badan, dia hanya menolehkan kepala ke sisi kanan.“Aku ingin mengajakmu ke SMA kita, bukankah kita pernah janji akan datang ke kantin lagi bersama,”ucap Sean.Zie seperti baru tersadar. Ya, Sean memang sudah mengingat kenangan tentang dirinya. Mungkinkah memori malam panas yang pernah mereka habiskan bersama juga kembali? pipi Zie merona, pagi hari memang waktu rawan untuk memikirkan hal berbau dua puluh satu.“Zie tolong kondisikan pikiranmu!” Zie merutuki pikiran bodohnya. Ia akhirnya bangun dan berdiri tepat di depan Sean. “Tunggu! aku mandi dan mengabari Surya dulu,”ucap Zie setelah itu berlalu.Sean sangat senang, dia tatap punggung Zie yang berjalan menjauh sambil menggaruk rambut.“Aku pasti akan ber
Zie menoleh keluar jendela mobil memastikan di mana Sean berada. Dengan apron bercorak kebun binatang dia menutupi bagian depan tubuh sibuk memompa ASI. Dadanya tadi terasa penuh dan sakit, sehingga dia pun meminta waktu memerah ASI di dalam mobil. Zie tersenyum sendiri mengingat Sean menyebut kata 'manusia gelato kesayangan ', sungguh ungkapan yang mengatakan bahwa hati manusia itu rumit memang benar. Zie senang mendengarnya, tapi sedih karena dia belum bisa memastikan akan menerima Sean lagi atau belum. Ia hanya takut disakiti lagi, seperti yang sudah dia yakini di dalam hati, Zie enggan mencintai, dia ingin dicintai. Terlarut dalam lamunan tak bertepi, Zie sadar lalu menengok botol yang terhubung dengan selang mesin pompa, botol itu hampir penuh dan dia pun lega karena payudaranya terasa ringan. Wanita itu bergegas mengemasi peralatan perang yang dibawa, pompa ASI, botol dan cooler bag untuk menyimpan asupan gizi Keenan. Zie keluar pintu penumpang bagian depan sambil merapik