Setelah dirasa cukup lama berdiam diri dalam kamar mandi, Kinara memutuskan untuk keluar dari sana, perlahan berjalan kembali memasuki kamar. Kinara bernafas lega, mendapati Bayu yang telah tertidur pulas di samping Nathan.Perlahan Kinara menghampiri Bayu, berjongkok menghadap wajah sang suami, menatap lekat manik yang tengah terpejam, menelusuri setiap inci dari wajah yang pernah mengisi ruang di dalam hatinya.Perlahan netra itu kembali berembun, ada perasaan tersirat dalam hati, yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah.Kinara memalingkan wajah sesaat, hingga akhirnya bangkit dan kembali berjalan keluar dari kamarnya.Di luar dugaan, Bayu yang sebelumnya memejamkan mata, mendadak membuka kedua matanya, melihat punggung Kinara yang semakin menjauhi dirinya, membuat hatinya semakin terasa sakit.***Keesokan harinya, di kediaman Kinara.Tok! Tok! Tok!Di pagi buta, seorang perempuan cantik nampak mengetuk pintu rumah Kinara untuk beberapa kali, membuat Kinara yang masih sibuk di dal
Kinara mendadak mendapatkan sebuah ide. Kinara dengan cepat mendekati Bayu, membelai lembut pipi sang suami penuh kasih, membuat Bayu terperanjat kaget dengan perlakuan Kinara padanya."Aku di sini! Ada tamu di rumah kita, sebaiknya kamu mandi dulu, setelah itu kita sarapan sama-sama," ucap Kinara lembut penuh kasih, dengan senyum simpul yang menghiasi bibir, membuat Bayu terpanah dengan tatapan sendunya.Kinara sesekali melirik ke arah Intan yang wajahnya mulai menghitam, sepertinya dirinya sedang menahan kecemburuan yang luar biasa dalam hatinya.Bayu sebenarnya merasa heran dengan sikap Kinara yang tiba-tiba berubah, namun dirinya tidak mempedulikan hal itu sama sekali, yang terpenting saat ini, dirinya merasa sangat bahagia, melihat Kinara yang kembali perhatian terhadapnya, tidak peduli apapun alasan Kinara melakukan hal ini.Bayu mengecup kening Kinara dengan lembut di depan Intan, membuat madu Kinara itu kini mengepalkan tangannya sekuat tenaga, melampiaskan amarahnya untuk ses
Intan mencoba berkali-kali meyakinkan dirinya dalam hati, bahwa sebenarnya mereka hanya berakting untuk mengusirnya secara halus."Apa kamu belanja ke pasar tadi pagi?" Bayu berbasa-basi pada Kinara untuk mencairkan suasana canggung diantara mereka, namun menganggap seolah-olah Intan tidak pernah ada di hadapannya saat ini."Iya, kamu tahu? pagi ini aku bertemu orang yang sangat menyebalkan!" Kinara mengadukan hal-hal yang dialaminya pagi ini, meskipun dirinya hanya mengarangnya saja."Siapa!?" tanya Bayu penasaran, sedangkan Intan hanya mendengar obrolan mereka, tanpa terlibat di dalamnya, merasa enggan menatap mereka yang dengan sengaja mengacuhkannya."Aku tidak tahu namanya. Dengan tidak tahu malunya, orang itu merebut mentimun yang telah ku pilih dari pedagang, karena aku sudah tau kalau mentimun itu busuk, jadi aku berniat membuangnya. Tapi orang itu masih bersikeras untuk membelinya," ucap Kinara panjang lebar menjelaskan hal tidak menyenangkan yang dialaminya pagi ini, meskipu
Tak lama setelah itu."Intan!" Seorang pria dari kejauhan, nampak tengah memanggil Intan dengan lantang, tergopoh-gopoh dengan langkah kakinya, menghampiri Intan yang tengah terduduk di pinggir jembatan panjang, yang bawahnya sudah di sambut oleh sungai yang luas.Plak!Satu tamparan keras, berhasil mendarat di pipi mulus sang istri."Heh!" Intan tersenyum kecut ketika menyadari, Bayu yang tergopoh-gopoh untuk menghampirinya bukan untuk mengkhawatirkannya, melainkan untuk menghardiknya, dengan tamparan keras yang telah mendarat di pipi."Sudah puas cari masalah!?" Mata Bayu menatap nyalang ke arah Intan yang masih tertunduk, menusuk hatinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang diucapkannya dengan lantang. Namun Intan merasa enggan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh suaminya itu, dirinya tetap diam membisu."Bisa-bisanya kamu datang ke rumahku untuk memberitahu Kinara tentang kebenaran hubungan kita!" bentak Bayu pada Intan yang semakin memejamkan matanya, seakan tengah memen
"Intan!" teriak Bayu, berlari menghampiri Intan untuk menggagalkan aksi nekatnya, namun belum sempat Bayu menjangkau tubuhnya, Intan telah terjun bebas ke dalam sungai, diiringi dengan teriakan beberapa warga yang berkerumun di sana."Cepat telpon polisi!" ucap salah seorang warga yang merasa panik dengan kejadian itu.Tanpa berpikir panjang, Bayu bergegas menyusul Intan untuk terjun dari atas jembatan, mencari istrinya yang sebenarnya tidak bisa berenang. Bayu tidak pernah menyangka, kalau ancaman Intan akan benar-benar dilakukan.'Semoga tidak terjadi apa-apa pada Intan dan bayiku!' batin Bayu. Dirinya terus menyusuri derasnya arus sungai, hingga akhirnya menemukan tubuh Intan yang berpegangan pada dahan pohon yang menjuntai ke pinggiran sungai.Bayu menarik tubuh Intan, membawanya menyebrangi derasnya arus, hingga sampai ke tepi. Intan nampak tak sadarkan diri, dengan dahi yang terus mengucurkan darah akibat terbentur bebatuan sungai yang tajam di bawah sana, membuat Bayu semakin p
"Sebaiknya anda menanyakan perihal ini pada Istri anda, karena menurut saya, Istri anda tidak mungkin bisa hamil untuk saat ini, kecuali dia menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakitnya," lanjut dokter itu.Bayu memijat keningnya yang terasa nyeri untuk sesaat, hanya karena memikirkan masalah yang telah ditimbulkan oleh Intan hari ini. Jika Intan benar-benar membohonginya untuk masalah kehamilannya, Bayu tidak akan pernah memaafkannya dan akan segera menceraikan Intan.Bayu yang telah keluar dari ruangan dokter, bergegas menuju ruang rawat istrinya, bagaimanapun juga, dirinya harus mendengarkan penjelasan dari mulut Intan hari ini juga."Mas .." Intan yang terlihat bersender di tempat tidurnya yang sedikit ditegakkan, mendapati Bayu memasuki ruangannya dengan wajah gusar."Apa kamu benar-benar hamil!?" ucap Bayu dengan nada mengintimidasi yang kental, menatap Intan dengan tatapan nyalang, berkali-kali menghembuskan nafas berat, untuk sekedar meredam amarah yang telah menyesakkan d
"Baiklah! tapi hanya sampai kamu pulih, setelah itu, segera pergi menjauh dariku!" ucap Bayu penuh penekanan di akhir kalimat, membuat Intan tersenyum puas."Oke! tapi setelah keluar dari rumah sakit, aku ingin tinggal di rumahmu," ucap Intan memelas, dengan raut wajah memohon yang begitu menjijikkan.Bayu seketika tersentak, Intan kembali dengan ketidak maluannya membuat masalah baru untuk Bayu.Bayu melemparkan tatapan nyalang pada Intan untuk beberapa saat, membuat Intan tertunduk, kembali merasa ketakutan."Aku belum sepenuhnya pulih, masih terasa pusing saat berdiri. Masa kamu tega meninggalkanku sendirian di rumah?" ucap Intan memelas, membuat Bayu meremas rambut ikalnya frustasi. Ingin sekali rasanya berteriak keras, menghilangkan beban hidupnya untuk sejenak, namun tidak mungkin ia lakukan hal itu di dalam rumah sakit, atau dirinya akan di anggap sebagai orang gila."Pulanglah ke rumahmu sendiri, aku akan lebih sering menjengukmu!" bujuk Bayu, jangan sampai Intan bersih keras
Malam pun telah tiba, Kinara yang sedang menyuapkan makanan pada sang putra di teras rumah, di kejutkan dengan kedatangan Mobil Bayu yang perlahan memasuki halaman.Kinara melirik sekilas, ketika Bayu keluar dari mobil. Namun bukannya memasuki rumah, Bayu justru bergegas membuka pintu penumpang di sebelahnya.Kinara nampak sangat tercengang, melihat seorang perempuan cantik keluar dari sana. Bayu dengan cekatan, menuntun wanita itu dengan sangat hati-hati, membuat Kinara menatapnya penuh amarah."Stop!" ucap lantang Kinara yang sedari tadi duduk di teras rumah bersama putranya, berhasil menghentikan dua langkah sejoli yang hendak memasuki rumahnya, yang saling merangkul dengan mesra.Bayu yang awalnya tidak menyadari keberadaan Kinara, mendadak tersentak mendengar ucapan Kinara. Bayu dengan cepat melepaskan tangannya yang sedari tadi merangkul mesra pinggul Intan. Membuat Intan terhuyung, hingga terjatuh di lantai, namun Bayu lagi-lagi mengacuhkannya. Bayu bergegas menghampiri Kinara