Share

16. Jangan pergi, Mas

Joya menanti dengan tak sabar. Dia tersenyum sepanjang penantian. Gadis itu duduk di sofa ruang tamunya, berkali-kali melirik jam di ponsel, kemudian kembali tersenyum bahagia bak remaja yang kasmaran.

Setengah jam berlalu dan Damar tak kunjung datang. Senyum bahagia yang semula menghiasi wajahnya perlahan sirna. Berganti tatapan gelisah yang terpancar nyata. Wajahnya sendu, joya kembali menampakan gelagat seperti orang gila. Tangannya menyambar vas di atas meja, melemparkannya ke sembarang arah, membuat benda itu pecah berantakan.

Belum puas melampiaskan emosinya, Joya berlarian mengelilingi ruang tamunya, melempar, menendang apa saja yang dia jumpai.

“Mas Damar! Aku nggak bisa hidup tanpa kamu,” teriak Joya, tangannya menjambak rambutnya sendiri, membua rontok beberapa helai. Namun, dia masih tak merasakan sakit. Luka di hatinya jauh lebih hebat terasa.

Joya melirik pecahan kaca dan vas yang berserakan di lantai. Seperti tatapan serigala yang menggi

Nur Melati

hayo, ada yang bisa nebak nggak siapa pria tua itu?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status