Hari ke dua berlalu dengan cepat. Dayu tak begitu memperhatikan gawainya karena sepanjang hari itu kondisi ayah tiba-tiba menurun, meski tidak begitu memburuk, tapi lelaki yang paling berjasa dalam hidupnya itu diserang demam dan suhu tubuhnya naik dua derajat. Untungnya di hari ke tiga, kondisinya terus membaik.Dayu baru bisa memeriksa pesan masuk yang dia terima di malam ke tiga dan mendapati bahwa Anto telah membalas pesannya. Cowok itu mengatakan bahwa dia sengaja membeli bubur di tempat langganannya dan membawanya untuk keluarga Dayu.Membaca pesan itu, tentu saja perasaan Dayu menjadi semakin tak karuan. Bukan karena terharu pada niat baik Anto, tapi juga banyak pertanyaan mengapa bubur yang diakui cowok itu sengaja dia beli untuk diberikan pada keluarga Dayu justru dianggap sebagai makanan persembahan oleh seorang gadis astral.Akhirnya, meski Anto meneleponnya sampai tiga kali, Dayu tidak menjawabnya. Dayu bahkan sengaja tak membaca pesan Anto berikutnya, juga tak membuka apl
Baik Dayu maupun Dimas mendengkar penjelasan Anis dengan seksama, seolah mereka akan mendapatkan ujian dengan pertanyaan mengenai sosok Nala besok pagi. Meskipun Dimas tetap tak berhenti mengunyah dan menelan makanannya, tapi cowok berusia enam belas tahun masih tetap memberikan perhatian penuh pada suara si sulung dan memaksa telinganya untuk tetap mendengar baik-baik setiap kata yang Anis gunakan untuk menyampaikan apa yang baru saja dia ketahui juga."Jadi, Nala sebenarnya lahir dalam keluarga yang kaya ... bukan kaya lagi, tepatnya dia sangat kaya!" Anis mulai menjelaskan latar belakang Nala sambil membuka kemasan mie instan yang baru dia keluarga dari kantong belanjaan.Anis lantas mengatakan bahwa Bambang menangani kasus yang mirip dengan yang mereka alami sejak awal kepindahannya ke kecamatan tempat hutan itu berada, dan tak ada satu pun yang selamat. Jadi, setelah memahami apa yang terjadi dan ikut terlibat membantu mereka beberapa hari lalu, Bambang merasa ingin tau lebih ban
Dayu menyelimuti Dimas dengan selimut yang sebelumnya dia pakai. Semalam, setelah makan sate sampai kenyang sembari mengobrol dengan Anis mengenai Nala dan latar belakang dokter koas itu, mereka kembali ke rumah sakit saat malam sudah larut.Tak ada masalah saat itu. Dimas baik-baik saja dan hanya mengeluh bahwa dia mengantuk, jadi dia langsur tidur. Berbeda dengan adik lelaki yang tiga tahun mebih muda dari dirinya itu, Dayu memilih untuk mengobrol dengan Leah dan mereka sempat melakukan video call dengan Anis selama beberapa menit sebelum akhirnya ayah menegur keduanya dan meminta mereka tidur.Menjelang waktu subuh, Dayu sudah membuka matanya dan dia tersenyum lebar. Setelah sekian waktu berlalu, untuk pertama kalinya dia bisa bangun dalam keadaan yang benar-benar nyaman, tenang dan lega.Tak ada kekhawatiran, semuanya terasa lengkap dan genap, begitu utuh dalam suasana pagi yang dingin. Hanya Dimas yang meringkuk dengan selimut di seluruh tubuh tapi masih kedinginan yang membuat D
Nala mengeluarkan sebuah tablet dari brand yang sangat sering sekali Dayu lihat logonya, kemudian membuka lembar kosong dan menggambarkan sesuatu di sana.Butuh beberapa menit sampai Nala menyelesaikan gambarnya dan menyodorkan benda elektronik berbentuk persegi itu pada Dayu.Dalam gambar yang tak disangka sangat bagus dan detail itu, Nala menggambarkan seseorang dengan satu sosok yang sama persis di sampingnya, dan satu sosok besar dalam wujud asap hitam, bermata nerah dan memiliki tanduk yang seolah sedang menempel di punggung mereka."Dimas mungkin akan kehilangan kesadaran akan siapa dirinya jika dia harus menanggung sendiri residu dari Danyang. Akan tetapi, karena dalam keadaan ini dia tidak bisa dibilang sendirian, maka Dimas dan jiwa keduanya atau rewangnya berbagi residu ini. Tubuh manusia akan melemah, tapi jiwa lebih mudah terombang ambing. Saat ini, residu itu masih lebih banyak diserap oleh rewangnya Dimas, jadi Dimas hanya mengalami beberapa gangguan yang lebih ke arah
Nala diam selama beberapa detik, seperti menciptakan hening begitu mendengar nama Anto disebut oleh Dayu. Tidak terlihat ada keterkejutan di sepasang matanya yang berkilauan, dan tidak ada riak di wajahnya yang tenang. Nala seperti menjelaskan lewat ketenangannya bahwa dia sudah mengetahui sesuatu terlebih dahulu, atau bisa juga cowok itu sudah menebak bahwa ada sesuatu yang salah. Nala, entah bagaimana memang selalu terlihat seakan dia sudah melangkah kebih awal, paling lambat, dia seakan selalu satu langkah di depan. Di saat yang sama, Dimas yang sedang teetidur dibawa oleh Leah dan si kembar untuk dibaringkan di sofa yang ada di meja sebelah untuk membuatnya lebih nyaman. Baru setelah saudarinya kembali, Dayu berpikir untuk memcah hening yang Nala ciptakan di antara mereka. "Apakah ini ada hubungannya dengan Anto? Sebenarnya, aku memikirkan hal yang buruk tapi aku berusaha menolaknya karena aku berharap bahwa aku hanya berprasangka saja." Dayu menuturkan apa yang dia bimbangkan
"Dayu, apa yang kamu lakukan, hah?!" Anto bertanya dengan suara keras. Dia tanpa sadar telah membentak Dayu dan memelototi gadis itu dengan mata yang terbuka lebar dan pupil mata membesar.Dayu sendiri tersentak saat tiba-tiba, berkat bersentuhan langsung dengan kulit dekat leher Anto dan merasakan detak jantung cowok itu, dia bisa melihat sosok yang menempel di langit-langit, persis di atas kepala Anto."Anto, sepertinya ada banyak hal yang harus kamu jelaskan kepadaku ya!" Dayu melawan, dia balik memelototi lawan bicaranya dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Gadis itu sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Meski sekarang dia tahu bahwa di atas kepalanya juga mengalir aliran asap hitam yang bersumber dari suatu makhluk di atas kepala Anto, Dayu tidak gentar.Oh, dia sudah berulang kali nyaris mati. Tak ada lagi yang perlu Dayu khawatirkan selama dia tau apa yang harus dia lakukan dan sejauh mana batasan yang bisa dia jajaki.Anto menatap nyalang ke arah Dayu. Kaki mereka b
"Dayu, apa yang kamu lakukan, hah?!" Anto bertanya dengan suara keras. Dia tanpa sadar telah membentak Dayu dan memelototi gadis itu dengan mata yang terbuka lebar dan pupil mata membesar.Dayu sendiri tersentak saat tiba-tiba, berkat bersentuhan langsung dengan kulit dekat leher Anto dan merasakan detak jantung cowok itu, dia bisa melihat sosok yang menempel di langit-langit, persis di atas kepala Anto."Anto, sepertinya ada banyak hal yang harus kamu jelaskan kepadaku ya!" Dayu melawan, dia balik memelototi lawan bicaranya dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Gadis itu sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Meski sekarang dia tahu bahwa di atas kepalanya juga mengalir aliran asap hitam yang bersumber dari suatu makhluk di atas kepala Anto, Dayu tidak gentar.Oh, dia sudah berulang kali nyaris mati. Tak ada lagi yang perlu Dayu khawatirkan selama dia tau apa yang harus dia lakukan dan sejauh mana batasan yang bisa dia jajaki.Anto menatap nyalang ke arah Dayu. Kaki mereka b
Dayu terbangun dari tidurnya lantaran bermimpi buruk. Setelah merasakan hidup yang tenang selama beberapa hari, dia malah bermimpi kembali berada di jalanan yang ada di tengah hutan jati itu sekali lagi. Kali ini, dia seorang diri dan tak melihat sosok yang awalnya tak bisa dia lihat wajahnya tapi kemudian menunjukkam diri dengan meminjam wujud Nala itu, dia hanya berjalan terus sampai dia kembali ke tempat semula, seolah sejauh apapun dia pergi dia tetap tak akan meninggalkan tempat itu.Suara gemericik air dari keran mengisi wastafel, meramaikan hening malam itu. Gerimis turun sebagai sisa hujan yang tak sempat Dayu rasakan, tapi jejaknya nyata sampai ke balkon kamar, tanda bahwa angin sempat turut serta menyumpang kericuhan.Setelah mencuci wajahnya dan memandangi cermin, Dayu memekikan makian kecil dengan lirih. Bukan apa-apa, dia terlalu ketakutan pada perasaan tak nyaman yang ditinggalkan oleh mimpi buruk barusan, jadi dia tak memperhatikan keadaan ketika masuk ke kamar mandi. M