"Tentu saja, aku mendengar dari teman aku yang kerja di Permana Group, kalau perusahaan tersebut sedang merencanakan tiga proyek besar dalam waktu dekat ini. Dan semua itu dilakukan oleh Permana Group untuk mensejajarkan diri dengan Sanjaya Corp," jawab Tommy meyakinkan.
Nadya berpikir sejenak. Dia mulai tertarik untuk bisa mendapatkan salah satu proyek tersebut.
“Aku akan berusaha membujuk Om Bastian agar memberikan salah satu dari ketiga Proyek besar itu,"ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Bagus, aku harap juga begitu. Yang penting kuncinya kamu bisa memberikan yang berkesan pada Om Bastian, hingga orang tua itu semakin lengket sama kamu, dan aku yakin, kalau sampai kamu bisa membuat orang tua itu menjadi Budak Cinta kamu, maka semua keinginan kamu akan dikabulkannya, dan kamu akan semakin dekat dengan tujuan kamu yang sebenarnya.”
Vinna terus membakar semangat Nadya agar jangan menyerah untuk menggapai semua cita – citanya menghancurkan Margareta. Dan jalan satu – satunya yang paling mudah adalah melalui Bastian.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk bisa menyenangkan Om Bastian. aku akan berusaha untuk membuat Om Bastian tidak bisa lepas dari cengkraman aku. Tapi…"
Nadya menjeda ucapannya dia seperti memikirkan sesuatu.
"Tapi apa? Apa kamu ragu untuk melakukan semua itu?" tanya Vinna dengan cepat.
"Tidak, aku Cuma tidak mau kalau harus jadi wanita simpanan Om Bastian. aku hanya takut, nantinya aku tidak bisa lepas dari cengkraman Om Bastian. aku juga punya keinginan untuk menjalin hidup normal layaknya orang – orang diluar sana.”
Vinna dan Tommy terdiam. Mereka pun berpikiran sama dengan Nadya. Kalau sampai Bahtiar Permana merasa nyaman dengan Nadya, maka akan sangat sulit bagi Nadya untuk bisa melepaskan diri. Mengingat Bahtiar Pernama tidak akan pernah bisa dengan mudah melepaskan wanita yang masih dia butuhkan dan diinginkan.
"Benar juga sih, tapi, situasinya sudah setengah jalan. Kau sendiri yang sudah mengambil keputusan untuk menjadikan Om Bastian sebagai alat untuk melaksanakan rencana kamu membalas kekejaman Margareta pada kamu selama ini. Kalau toh Om Bastian merasa nyaman ama kamu, itu malah lebih bagus menurutku. kamu bisa dengan leluasa mengendalikan Om Bastian. Tapi semuanya terserah kamu, Nad.”
Nadya terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Vinna barusan. Menurutnya, apa yang dikatakan Vinna ada benarnya. Semuanya sudah terlanjur.
Dirinya sudah tidak lagi memiliki kehormatan yang harus dipertahankan. Sudah terlambat bagi Nadya untuk mundur, karena semuanya sudah terlanjur. Jalan satu – satunya hanyalah secepatnya bisa membalas semua sakit hati selama ini terhadap Margareta.
Sepertinya sangat masuk akal perkataan Vinna yang mengatakan bahwa, kalau Bastian merasa nyaman dengannya, maka itu jalan terbaik buatnya untuk mempercepat tujuannya menghancurkan Margareta sehancur – hancurnya.
"Kamu benar, Vin. Situasinya sudah terlanjur, tidak ada alasan bagi aku untuk ragu dalam hal ini. aku harus maju terus demi cita – cita aku untuk secepatnya membuat pelakor itu jadi gelandangan. aku siap dengan resiko apapun yang akan aku dapatkan nantinya, walau pun aku harus selamanya menjadi simpanan Om Bastian.”
Vinna tersenyum sambil menepuk bahu Nadya dan berkata.
"Kamu gak usah khawatir, pria seperti Om Bastian tidak akan mungkin menjadikan kamu simpanan secara resmi. dia lebih suka menjadikan kamu sebagai pelacur tetapnya dia. Jadi, kamu masih bisa bebas menjalin hubungan dengan pria lain selama tidak ketahua oleh Om Bastian," jelas Vinna.
Nadya tersenyum lalu bertanya. "Terus, bagaimana dengan Bos Daniel? Apa dia sudah siap untuk mengerjakan proyek yang akan aku dapat nanti dari Om Bastian?”
"Sudah dong, aku semalam sudah ngobrol dengan Bos Daniel Bersama Tommy. Dan Tommy sendiri ikut meyakinkan bos Daniel, kalau kamu akan berhasil mendapatkan proyek yang diincar bos Daniel tersebut.”
“…Saat mendengar hal itu, Bos Daniel merasa senang. Dia berharap bisa secepatnya proyek tersebut didapatkan. Dan bukan hanya itu saja, Bos Daniel juga masih penasaran sama kamu. Dia berharap, dalam waktu dekat kamu bisa menemaninya makan malam,"jelas Vinna sambil tersenyum.
"Hanya makan malam?" tanya Nadya belum paham.
"Kamu ini gimana, yang tentu saja bukan sekedar makan malam semata. Tapi setelah makan malam, dia juga ingin makan kamu. Bos Daniel tidak bisa nyenyak tidur sebelum bisa merasakan kehangatan tubuh kamu.”
Vinna dan Tommy terkekeh lucu mendengar pertanyaan Nadya barusan yang seolah – olah belum paham dengan tujuan Daniel sebenarnya.
"Oh…," Nadya memajukan mulutnya membentuk huruf O.
"Nanti aku pikirin dulu kalau masalah itu. Untuk sementara, aku hanya ingin focus pada rencana aku dulu mendapatkan perhatian Om Bastian, agar aku lebih leluasa mendapatkan apa yang aku inginkan. aku gak mau semuanya berantakan, karena aku mencoba mencari uang dari pria lain.”
Vinna mengangguk setuju dengan pemikiran Nadya. Memang benar, Nadya harus lebih focus pada rencananya. Membuat Bastian nyaman bersama Nadya adalah hal yang lebih penting, mengingat banyak sekali keuntungan yang akan didapat oleh Nadya jika bisa membuat Bastian merasa puas setiap kali tidur dengan Nadya.
Tidak ada perbincangan yang berarti diantara mereka bertiga. Yang terdengar hanyalah gossip – gossip ringan serta percakapan – percakapan tentang bagaimana caranya untuk bisa memuaskan seorang pria, mengingat Nadya masih nol pengalaman dalam masalah seperti itu.
Kita kembali pada Margareta yang sangat ini sedang merasa Bahagia, setelah mendengar berita tentang kematian Vicktor Batubara, Notaris yang membuat dan menyimpan Surat Kuasa asli milik Gandi Wijaya.
Selama satu minggu Margareta tidak mendengar kabar dari Marko yang diberi tugas untuk mencuri dan menghabisi Vicktor Batubara, dan beberapa saat yang lalu. Marko pun melaporkan, kalau pekerjaannya sudah selesai, namun surat wasiat yang ditulis Gandi Wijaya tidak berhasil ditemukan.
Perkataan Marko itu diperkuat oleh berita di Televisi dan media sosial yang sedang Viral, dimana Notaris Vicktor Batubara dinyatakan meninggal dunia di kantornya. Dugaang sementara pihak Kepolisian Korban di Bunuh, karena ada beberapa luka memar serta jeratan dileher Korban.
"Bagus, kau memang bisa diandalkan Marko. Walau pun gagal mendapatkan surat wasiat itu, tapi setidaknya, saksi dalam pembuatan surat wasiat itu sudah tidak ada. Dengan demikian, si Nadya selamanya tidak akan mengetahui kalau ayahnya ternyata mewariskan semua kekayaan atas nama dia.”
Margareta tersenyum puas dengan hasil yang dicapai oleh Marko dan anak buahnya. Walau pun Marko tidak berhasil menemukan surat wasiat itu, tapi hilangnya Victor Batubara sudah cukup baginya untuk merasa Bahagia, karena tidak akan ada yang bisa memberi tahu Nadya tentang surat wasiat itu.
"Mulai sekarang dan seterusnya, aku yang berkuasa atas kekayaan peninggalan mas Gandi Wijaya, walau pun tidak bisa dibalik namakan, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati hasil dari perusahaan Wijaya Group.”
Margareta menggumam sendiri wajahnya terlihat begitu berseri setelah mendapat laporan dari Marko kalau pekerjaan mereka berjalan lancar."Kini, tinggal menunggu penandatanganan perjanjian kerjasama proyek dengan pak Bastian. Tapi, kenapa pak Bastian masih belum menghubungiku? Bukankah kemarin malam dia sudah mengatakan kalau drafnya sudah selesai? Tapi sampai saat ini masih belum juga ngasih kabar kapan aku bisa membaca dan menandatangani perjanjian itu?" Margareta sedikit bingung, wajahnya yang tadi ceria berubah sedikit murung, karena sampai detik ini Bastian masih belum memberikan kabar kapan penandatanganan dilakukan."Apa, sebaiknya, aku tanyakan langsung pada orangnya?" ucap Margareta sambil mengusap layar ponselnya, lalu menekan kotak Bastian untuk menghubunginya.“Selamat sore pak Bastian? Bagaimana kabar anda, pak?” Margareta bersikap ramah saat berbicara dengan sosok seorang Bastian Permana. Dia harus tetap bersikap sopan, mengingat dirinya punya kepentingan yang sangat be
Dan tepat pukul delapan malam, Nadya pun sudah sampai di Hotel tempat dimana Bastian menunggu.Gadis itu mengenakan gaun blus berwarna soft dengan rambut disanggul, hingga memperlihatkan jenjang leher yang putih dan sangat indah.Setelah turun dari taksi, Nadya berjalan memasuki lobby hotel dengan disambut tatapan banyak pria yang merasa kagum dengan kecantikan gadis itu. Walau usianya baru Sembilan belas tahun menginjak dua puluh tahun dua bulan lagi, namun Nadya memang memiliki paras yang cantik alami, dengan tinggi badan yang sangat ideal untuk menjadi seorang pragawati atau seorang pramugari.Wajar saja kalau banyak mata memperhatikan kehadiran gadis cantik itu. bahkan beberapa orang mencoba menggodanya untuk mendapatkan perhatian gadis cantik itu.Namun Nadya hanya membalasnya dengan seulas senyum manis sambil terus berjalan menuju restorant tempat dimana Bastian sedang menunggunya.“Wow…!!!”Kedua mata Bastian hampir keluar dari kelopaknya saat melihat Nadya yang berjalan sambil
Nadya mengangkat wajahnya lalu berkata dengan jelas dan tegas. “Apa Om yakin masih menginginkan tubuh Nadya?” Bastian mengangguk. “Nadya sih tidak keberatan, asalkan Om mengabulkan satu permintaan Nadya lagi, bagaimana?”“Permintaan apalagi, jangankan satu, sepuluh permintaan kamu pun akan Om kabulkan, asalkan kamu mau menemani Om bersenang – senang malam ini.”Mendengar perkataan Bastian Nadya pun tersenyum puas. Ini memang yang tengah diincar gadis itu, Dimana secara perlahan namun pasti Bastian jatuh dalam pelukan Wanita berusia Sembilan belas tahun itu.Semakin hanyut Bastian dalam pelukan Nadya, maka semakin cepat pula tujuan Nadya tercapai. Karena Ketika uang sudah bisa dikuasai Nadya, maka Margareta pun tidak akan mampu menyentuhnya. Apalagi Nadya saat ini dalam perlindungan Bastian.“Om janji akan mengabulkan segala keinginan Nadya?” tanya Nadya sambil menatap nakal pada Bastian.“Tentu saja. Om akan turuti segala kemauan kamu, selama kamu juga menuruti keinginan Om dan membua
Bastian yang memang sejak tadi sudah terbakar Gairah pun tidak perlu menunggu lama. Dia pun menekan tekuk leher Nadya agar wajahnya semakin mendekat, sehingga dengan leluasa Bastian pun melumat bibir mungil Nadya tanpa henti.Manis dan kenyal, itu setidaknya yang dirasakan Bastian saat merasakan hangatnya bibir seksi dan mungil milik Nadya. Bastian pun memasukan lidahnya kedalam mulut Nadya yang juga dibalas gadis itu dengan memainkan lidahnya yang seketika beradu dengan lidah Bastian. Tentu saja hal ini membuat Gairah Bastian semakin besar.“Boleh kemejanya dilepas?” Bastian tidak menjawab dia hanya mengangguk dan membiarkan Nadya melepas kancing kemejanya satu persatu, lalu melepaskan kemeja Bastian dan melemparkannya kesembarang arah.Tidak berhenti hanya sampai disitu, tangan Nadya mulai bermain menelusuri dada Bastian yang memang sangat berotot walau pun sudah berusia sekitar setengah abad lebih, karena memang Bastian selalu menjaga kebugaran tubuhnya.Nadya tersenyum melihat dad
Pria paruh baya itu pun tidak mau lagi menunggu lebih lama untuk segera membenamkan barang pribadinya didalam tubuh bagian terkecil Nadya yang sudah basah sempurna sejak tadi.Keduanya kini bergelut dengan peluh diatas tempat tidur. Seperti yang direncanakan, Nadya benar – benar membuat Bastian tidak sanggup berlama – lama melayani permaian agresif Nadya. Karena hanya beberapa menit saja, pria paruh baya itu pun sudah bisa merasakan pelepasan yang sangat luar biasa di bagian tubuh terkecil Nadya.“Aku menyerah, sayang. Kamu benar – benar luar biasa, Nadya,” ucap Bastian sambil menempelkan wajahnya didada Nadya yang masih terlentang. Tubuh pria itu benar – benar basah dengan keringat, sementara Nadya hanya tersenyum sambil tangannya mengelus rambut Bastian.“Om puas dengan pelayananku?” tanya Nadya sambil memeluk erat kepala Bastian yang masih menempel didadanya.“Tentu saja Nadya Om sangat puas. Kamu adalah wanita yang sangat luar biasa yang mampu memberikan kenikmatan yang belum pern
Nadya baru saja menyelesaikan penandatanganan perjanjian kerja sama pekerjaan tiga proyek dengan PERMANA GROUP. Gadis itu sekarang sudah berjalan menuju café tempat pertemuannya dengan Vinna dan juga Daniel yang akan mengerjakan pembangunan kota Mandiri yang direncanakan oleh PERMANA GROUP.“Nadya, perkenalkan ini bos Daniel,” ucap Vinna setelah Nadya berdiri dihadapan mereka berdua.“Senang bisa bertemu dengan anda, Pak Daniel,” ucap Nadya sambil mengulurkan tanganya.“Sama – sama, saya juga senang bisa berkenalan dengan wanita tercantik yang pernah saya jumpai,” jawab Daniel sambil menjabat tangan Nadya yang halus dan lembut.Mata Daniel sama sekali tidak berpaling. Semenjak melihat Nadya berjalan memasuki café, matanya terus menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Bahkan sesekali Daniel terlihat menelan ludah melihat penampilan Nadya yang sedikit menggoda.Jujur saja, Daniel merasa penasaran dan ingin merasakan kehangatan tubuh gadis itu, namun sayangnya, dia sudah mendengar penj
Nilai proyek tersebut kurang dari satu triliun rupian, dan merupakan proyek yang awalnya akan diberikan pada Margareta, namun dibatalkan oleh Bastian dan diberikan pada Nadya.“Aku akan mengerjakan proyek ini saja,” ucap Daniel sambil menunjukan proposal pembangunan Apartemen tersebut.“Kalau kamu setuju, aku akan memberikan dua puluh persen dari nilai anggaran proyek tersebut, bagaimana?” sambungnya sambil menatap Nadya menunggu jawaban.Nadya terdiam sejenak, dia pun melihat nilai anggaran untuk proyek tersebut, lalu berkata dengan jelas. “Berarti… aku akan mendapatkan keuntungan sekitar seratus enam puluh miliyar rupiah? Apa tidak terlalu besar, pak Daniel?” Nadya pun kembali menambahkan, “Jujur saja, aku memang tertarik dengan nilai yang akan aku dapatkan. Seratus enam puluh miliyar bukanlah nilai uang yang sedikit. Tapi masalahnya, aku juga mendapatkan tekanan mental kalau harus mengurangi kwalitas bahan yang akan dipakai untuk pembangunan tersebut.”Nadya kembali meneruskan. “Be
“Benar bos, bang Niko ini sudah sepakat akan melaksanakan perintah bos untuk menghilangkan Bastian, karena memang bang Niko memiliki masalah pribadi dengan Bastian Permana.”Margareta memperhatikan Niko dengan seksama. Dia mencoba untuk meneropong kedalam pikirannya, apa masalah sebenarnya antara Niko dengan Bastian? Namun sayang, sikap tenang Niko membuat Margareta sama sekali tidak bisa menebak masalah sebenarnya antara Niko dan Bastian.“Jadi, mas Niko ini punya masalah pribadi dengan Bastian Permana?” tanya Margareta mencoba mencari tahu masalah Niko dan Bastian, hingga Niko mau menerima tawarannya untuk melenyapkan Bastian.Niko belum menjawab pertanyaan Margareta. Tangannya meraih gelas berisi kopi yang baru saja disuguhkan oleh pembantu Margareta, lalu menyeruput sedikit sebelum kemudian meletakan kembali cangkir tersebut diatas meja.“Itu masalah pribadi saya, dan tidak ada siapa pun yang boleh mengetahui tentang masalalu saya dengan Bastian Permana. Yang jelas, saya memang me