Share

Bab 9

Satu minggu setelah kepergian sang mama, Nadya pun masih tampak murung dan sedih. Rasa kehilangan orang terkasih memang kadang membuat kita enggan melakukan apapun dan inginnya menyendiri sambil membayangkan masa – masa indah saat Bersama.

Hal itu juga terjadi pada Nadya. Saat ini Nadya sedang duduk menyendiri di teras rumahnya. Gadis itu masih mengenakan pakaian tidur, mengingat waktu masih pukul delapan pagi. Pandangannya menatap kosong ke depan yang tampak hanya jalanan dan deretan rumah tetangga, maklum Namanya juga komplek perumahan.

Ditengah asik dalam lamunan, terlihat sebuah mobil berhenti di halaman Rumah Nadya. Mobil itu jelas kepunyaan Tommy kekasih Vinna yang mengantarkan Vinna pulang, setelah semalaman mereka berdua memadu kasih di sebuah hotel.

"Jangan bengong terus, nanti kesambet,"ucap Vinna sambil mencoba mengejutkan Nadya yang sama sekali tidak bereaksi apa – apa.

"Apaan sih kamu, aku gak lagi bengong, aku Cuma kangen sama mama, karena semalam aku mimpi ketemu mama,"jawab Nadya datar.

Mendengar jawaban Nadya seperti itu, Vinna pun menarik nafas panjang lalu kembali berkata. "Nad, aku tahu kamu begitu sayang sama tante Naimah begitu juga dengan aku yang juga sangat menyayangi tante Naimah,"ucapnya menjeda sejenak.

"Kerinduan kepada orang yang kita sayangi sangatlah wajar. Dan itu pernah aku rasakan saat kehilangan kedua orang tua aku. Tapi, kamu harus sadar, kedua orang tua kita tidak menginginkan hidup kita terus terbebani dengan rasa kehilangan. Mereka ingin melihat kamu senyum, semangat untuk menjalani hidup."Vina duduk disamping Nadya yang sama sekali tidak merasa terganggu oleh kehadiran Vinna. Sementara Tommy berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke tiang.

"aku tahu, Vin. Geu juga udah berusaha untuk mengikhlaskan mama, tapi aku belum bisa memaafkan diri aku, Vin. Semua yang terjadi dan menimpa mama, semuanya adalah kesalahan aku yang terlalu percaya pada perempuan pelakor itu. Andai aku tidak mengikuti kemauan Margareta, mungkin saja mama masih hidup sekarang.”

Nada bicara Nadya terdengar begitu parau karena diselangi dengan tangis dan air matanya kembali mengalir membasahi pipinya.

"Sudalah Nad, semua yang sudah terjadi tidak mungkin bisa diulangi lagi. Tidak ada gunanya kamu terus – terusan menyalahkan diri sendiri. Sebaiknya mulai sekarang kamu harus bangkit. Bukannya kamu sudah janji akan membalas kecurangan dan kelicikan Margareta?”

Nadya mendengus lalu mengangguk sambil berkata. "Tentu saja, aku tidak akan tinggal diam. Sudah banyak dosa yang dilakukan wanita itu pada keluarga aku. Sudah banyak penderitaan yang dirasakan keluarga aku olehnya. Dan sudah waktunya pula iblis betina itu mendapatkan balasan berkali – kali lipat atas segala perbuatannya terhadap aku dan nyokap aku almarhumah.”

"Kalau memang tujuan kamu seperti itu, sebaiknya kamu lebih memikirkan cara untuk menjalankan semua rencana kamu itu bukan termenung sendiri. Bukankah kamu ingin menggagalkan kerjasama proyek perempuan itu dengan Om Bastian?”

Nadya menoleh kearah Vinna lalu mengangguk dan tersenyum hambar.

"Jadi, sudah sejauh mana kamu merencanakan semua itu? apakah kamu sudah menghubungi Om Bastian?”

Nadya menganggku lalu kembali menjawab. "Semalam aku sudah kontak dengan Om Bastian. aku sudah menceritakan semuanya tentang kelicikan Margareta yang sama sekali tidak memberi gua uang untuk biaya Operasi mama, hingga Akhirnya mama meninggal dunia.”

"Lalu, gimana tanggapan Om Bastian?" Vinna mulai memasang telinganya ingin mendengarkan hasil percakapan Nadya dengan Bastian semalam. Maklum dia semalam tidur Bersama Tommy di hotel.

"OM Bastian marah besar, dia tidak menyangka kalau Margareta akan mengingkari janjinya." Nadya pun kembali menambahkan. "Tentu saja, kesempatan itu aku manfaatin untuk semakin menjatuhkan Margareta dimata Om Bastian. aku bilang, kalau Margareta pun akan mengkhianati Om Bastian setelah dia mendapatkan apa yang diinginkannya.”

"Lantas, apa kamu sudah mengatakan niat kamu untuk meminta proyek tersebut?" tanya Vinna semakin penasaran, sementara Tommy menjadi pendengar setia sejak tadi, dia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Sudah, dan Om Bastian mengajak aku ketemuan malam ini, untuk membicarakan tentang proyek tersebut sambil makan malam."Nadya kembali menambahkan. "Tapi aku yakin bukan itu tujuan dia ingin bertemu aku. Om Bastian pasti ingin mengajak aku tidur bersamanya malam ini.”

"Itu sudah pasti. Mana ada yang gratis jaman sekarang di Dunia ini, Nad. aku sangat yakin kalau Om Bastian masih penasaran dengan tubuh kamu. Maklum, dia baru sekali tidur dengan kamu, makanya dia ingin mengajak kamu makan malam, dan selanjutnya memakan kamu di tempat tidur," ucap Vinna terkekeh. Gadis itu bisa menebak isi hati Bastian yang masih penasaran dengan Nadya.

"Ini kesempatan buat kamu, Nad. Om Bastian sepertinya memang belum puas merasakan kehangatan tubuh kamu. Dan tentu saja kamu harus membuat moment ini sebagai batu loncatan untuk bisa mendapatkan beberapa proyek lagi dari dia.”

Vinna kembali menambahkan. "Tommy bilang, kalau Om Bastian masih memiliki rencan tiga proyek besar lagi yang nilainya dua bahkan tiga kali lipat dari proyek yang diincar Margareta. Dan aku harap, kamu bisa mendapatkan salah satu dari tiga proyek raksasa itu.”

Tommy yang bekerja sebagai Arsitektur disebuah perusahaan besar Yaitu Sanjaya Corp, sangat tahu betul kalau Bastian memang sedang merencanakan tiga pembangunan perumahan elit serta Apartemen Elit di daerah Bekasi, Karawang dan Depok.

Tentu saja anggaran untuk masing – masing proyek tersebut diatas dua triliun rupiah. Kalau saja Nadya bisa mendapatkan salah satunya, maka sudah dipastikan Nadya akan menjadi kaya mendadak, karena keuntungan dua proyek nantinya sangatlah besar.

"Serius kamu?" tanya Nadya belum yakin.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iwanr74
semangat Nadya kamu pasti sukses
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status