Share

Bab 8

[Bagaimana kalau, tiga miliyar.] ucap pria itu dengan tegas meminta bayaran yang sangat besar.

“Apa kalian gila! Kau pikir aku akan mau membayar kalian sebesar itu? lebih baik aku cari orang lain saja!” maki Margareta sambil menutup telpon dan kembali melepar ponselnya kesamping.

Wajah Margareta terlihat semakin buram. Dia terus berpikir untuk mencari siapa lagi orang yang bisa dia suruh untuk menjalankan tugas ini.

Belum juga dia menemukan solusinya, terdengar ada notifikasi pesan masuk di poselnya. Margareta pun segera meraih ponsel miliknya untuk melihat pesan masuk yang dikirim seseorang.

"Tidak masalah kalau bos tidak mau membayar kami untuk pekerjaan itu sesuai dengan keinginan kami. Tapi ingat, apa yang terjadi tiga tahun lalu sudah tercium oleh polisi.”

“…Polisi sudah mengetahui penyebab kecelakaan yang dialami pak Gandi Wijaya.”

“…Dan kini Polisi sedang mencari kami.”

“…Kalau sampai kami tertangkap, maka anda pasti akan ikut terseret dalam kasus ini.”

“…Bukankah anda yang menyuruh kami untuk melakukan sabotasi pada mobil pak Gandi Wijaya?”

"Kalau bos tidak percaya, silakan lihat berita hari ini.”

Seketika matanya langsung terbuka saat mambaca pesan yang dikirim dari pria yang tadi di telponnya. Wajahnya terlihat begitu pucat menggambarkan ketakutan yang sangat luar biasa.

Dia pun segera membuka Youtube untuk melihat berita di streaming televisi.

Dan memang benar, ternyata kasus kecelakan yang menimpa Gandi Wijaya sudah terbongkar. Pihak polisi sudah mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui siapa pelaku di balik musibah yang menimpa Gandi Wijaya.

Bahkan Polisi menunjukan beberapa Foto dari CCTV yang tampak sangat jelas, wajah pria yang ditelpon Margareta itu terlihat. Dan Polisi sudah memerintahkan anggotanya untuk mencari pria itu dan komplotannya.

Pihak Polisi juga mengatakan, ada kemungkinan besar kalau orang yang terekam CCTV itu adalah orang suruhan. Hal ini tentunya membuat Margareta menjadi panas dingin karena panik.

Bagaimana tidak. Kasus kecelakan yang menimpa Gandi Wijaya tiga tahun lalu merupakan hasil rekayasa Margareta yang menyuruh orang bayarannya untuk melakukan sabotase pada mobil yang dikendarai Gandi Wijaya.

Kalau sampai orang suruhannya tertangkap, maka selesai sudah nasib Margareta. Dia akan mendekam lebih lama dipenjara dengan tuduhan pembunuhan berencana. Walau pun bukan dia yang melakukannya. Tapi otak dari semua itu adalah dia sendiri.

"Sial! Kenapa situasinya malah semakin tambah rumit? Ini tidak boleh terjadi. Marko dan teman – temannya tidak boleh tertangkap. Karena kalau sampai dia tertangkap. Aku tidak mau masuk penjara.”

Margareta pun kembali menghubungi Marko.

[Baiklah, aku sepakat dengan harga itu. tapi, setelah ini selesai, kau dan anak buahmu, segera tinggalkan kota ini. pergi sejauh – jauhnya.]

*** 

Setelah selesai mengurusi Administrasi biaya pengombatan Naimah ibunya, Nadya pun akhirnya membawa Naimah pulang kerumahnya malam itu juga. Rencananya Naimah akan dimakamkan besok pagi di tempat pemakaman umum dan dimakamkan persis disamping Gandi Wijaya.

Rumah Nadya pun saat ini sudah dipenuhi oleh pelayat yang merupakan tetangga Naimah. Mereka semua terlihat sedih saat mendengar kalau Naimah meninggal dunia, mengingat Naimah adalah sosok orang baik, murah senyum dan selalu menolong serta membantu tetangganya jika ada kesulitan.

Banyak tetangga Naimah yang merasa kehilang sosok wanita berusia empat puluh lima tahun itu. walau pun Naimah baru lima tahun tinggal bertetangga dengan mereka, tapi kenaikan dan keramahannya membuat banyak tetanga bersimpati pada Naimah.

Bahkan pernah Naimah terlibat cekcok dengan Margareta setahun setelah mereka tinggal ditempat itu, yang mana kala itu Margareta tidak terima saat mengetahui kalau Gandi Wijaya memberikan uang pada Naimah untuk modal usaha.

Hal itu tentu saja membuat Margareta marah dan mendatangi Naimah. Margareta menuding Naimah ingin menghancurkan rumah tangganya dan mengatakan kalau Naimah adalah pelakor. 

Namun semua orang sudah mengetahui cerita sebenarnya, dan karena tidak terima Naimah dipermalukan serta di hina Margareta, para tetangga pun langsung mengusir Margarea dengan kasar, bahkan ada yang mentiramkan air comberan ketubuh Margareta.

Keesokan paginya, semua keluarga dan para tetangga pun mengantarkan jenazah Naimah keperistirahatannya yang terakhir. Iring – iringan mobil pengantar jenazah terlihat begitu panjang. 

Bahkan Naimah disholatkan sampai tiga kali, karena Masjid tidak mampu menampung kalau harus satu kali menyolatkan, sementara masih banyak pelayat yang ingin ikut menyolatkan Naimah.

Setelah selesai prosesi pemakaman, para pelayat pun mulai kembali kerumah masing – masing meninggalkan Nadya yang bersimpuh diatas makam Naimah ditemani oleh Vinna dan Tommy, juga Darlina dan Darwati serta anak – anaknya.

"Nadya, kamu harus kuat, Nak. Jangan terus ditangisi kepergian ibumu. Kasihan dia kalau kau terus – terusan seperti ini. tante sangat yakin, ibumu tidak menginginkan melihat kau terus bersedih. Sebaiknya sekarang kita pulang, waktu sudah mulai siang, dan kita harus menyiapkan untuk acara Tahlilan nanti sore.”

Dengan lembut Darwati mengelus rambut keponakannya yang tertutup kerudung berwarna putih. Hati wanita yang merupakan adik Naimah itu merasa terpukul melihat kondisi keponakannya yang masih belum bisa mengikhlaskan kepergian ibunya.

"Apa yang dikatakan tante Wati itu benar, Nad. aku yakin, Almarhumah tante Naimah tidak ingin melihat kamu seperti ini. Tante Naimah ingin melihat kamu tegar dan kuat. Ingat janji kamu, Nadya. Masih ada pekerjaan yang lebih penting yang akan kita kerjakan. Jadi, sebaiknya sekarang kita pulang,"ajak Vinna yang juga sependapat dengan Darwati.

Nadya masih terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengeluarkan ucapan lembut namun sangat jelas terdengar di telinga Vinna yang berada disampingnya.

"Nadya pulang dulu, ma. Nadya janji, Nadya akan membuat perhitungan dengan si Margareta. Nadya janji, Wanita itu akan membayar mahal semua perbuatannya yang sudah membuat mamah menderita selama lima tahun. Nadya akan melakukan apapun untuk mencapai tujuan Nadya, menghancurkan wanita pelakor itu.”

Nadya pun mencium Nisan sang mama lalu berdiri dan mengajak Vinna pulang.

Mereka pun melangkahkan kaki menuju parkiran dimana mobil milik Tommy diparkir.

Tidak ada percakapan apapun selama perjalanan, hingga akhirnya mereka pun sampai di Rumah Nadya yang terlihat begitu sepi. Setelah mengatarkan Nadya dan Vinna, Tommy pun mengantarkan Darlina dan Darwati belanja keperluan untuk Tahlilan nanti.

Tak lama berselang, beberapa tetangga mulai berdatangan untuk membantu Nadya dan Vinna menyiapkan segala keperluan untuk Tahlilan Nanti. Bahkan Sebagian membawa beberapa makanan dan kue basah sebagai sumbangan bagi keluarga Nadya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
dadangdjumara9
ternyata Margareta penyebab kematian ayahnya Nadya? benar2 biadab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status