[Bagaimana kalau, tiga miliyar.] ucap pria itu dengan tegas meminta bayaran yang sangat besar.
“Apa kalian gila! Kau pikir aku akan mau membayar kalian sebesar itu? lebih baik aku cari orang lain saja!” maki Margareta sambil menutup telpon dan kembali melepar ponselnya kesamping.
Wajah Margareta terlihat semakin buram. Dia terus berpikir untuk mencari siapa lagi orang yang bisa dia suruh untuk menjalankan tugas ini.
Belum juga dia menemukan solusinya, terdengar ada notifikasi pesan masuk di poselnya. Margareta pun segera meraih ponsel miliknya untuk melihat pesan masuk yang dikirim seseorang.
"Tidak masalah kalau bos tidak mau membayar kami untuk pekerjaan itu sesuai dengan keinginan kami. Tapi ingat, apa yang terjadi tiga tahun lalu sudah tercium oleh polisi.”
“…Polisi sudah mengetahui penyebab kecelakaan yang dialami pak Gandi Wijaya.”
“…Dan kini Polisi sedang mencari kami.”
“…Kalau sampai kami tertangkap, maka anda pasti akan ikut terseret dalam kasus ini.”
“…Bukankah anda yang menyuruh kami untuk melakukan sabotasi pada mobil pak Gandi Wijaya?”
"Kalau bos tidak percaya, silakan lihat berita hari ini.”
Seketika matanya langsung terbuka saat mambaca pesan yang dikirim dari pria yang tadi di telponnya. Wajahnya terlihat begitu pucat menggambarkan ketakutan yang sangat luar biasa.
Dia pun segera membuka Youtube untuk melihat berita di streaming televisi.
Dan memang benar, ternyata kasus kecelakan yang menimpa Gandi Wijaya sudah terbongkar. Pihak polisi sudah mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui siapa pelaku di balik musibah yang menimpa Gandi Wijaya.
Bahkan Polisi menunjukan beberapa Foto dari CCTV yang tampak sangat jelas, wajah pria yang ditelpon Margareta itu terlihat. Dan Polisi sudah memerintahkan anggotanya untuk mencari pria itu dan komplotannya.
Pihak Polisi juga mengatakan, ada kemungkinan besar kalau orang yang terekam CCTV itu adalah orang suruhan. Hal ini tentunya membuat Margareta menjadi panas dingin karena panik.
Bagaimana tidak. Kasus kecelakan yang menimpa Gandi Wijaya tiga tahun lalu merupakan hasil rekayasa Margareta yang menyuruh orang bayarannya untuk melakukan sabotase pada mobil yang dikendarai Gandi Wijaya.
Kalau sampai orang suruhannya tertangkap, maka selesai sudah nasib Margareta. Dia akan mendekam lebih lama dipenjara dengan tuduhan pembunuhan berencana. Walau pun bukan dia yang melakukannya. Tapi otak dari semua itu adalah dia sendiri.
"Sial! Kenapa situasinya malah semakin tambah rumit? Ini tidak boleh terjadi. Marko dan teman – temannya tidak boleh tertangkap. Karena kalau sampai dia tertangkap. Aku tidak mau masuk penjara.”
Margareta pun kembali menghubungi Marko.
[Baiklah, aku sepakat dengan harga itu. tapi, setelah ini selesai, kau dan anak buahmu, segera tinggalkan kota ini. pergi sejauh – jauhnya.]
***
Setelah selesai mengurusi Administrasi biaya pengombatan Naimah ibunya, Nadya pun akhirnya membawa Naimah pulang kerumahnya malam itu juga. Rencananya Naimah akan dimakamkan besok pagi di tempat pemakaman umum dan dimakamkan persis disamping Gandi Wijaya.
Rumah Nadya pun saat ini sudah dipenuhi oleh pelayat yang merupakan tetangga Naimah. Mereka semua terlihat sedih saat mendengar kalau Naimah meninggal dunia, mengingat Naimah adalah sosok orang baik, murah senyum dan selalu menolong serta membantu tetangganya jika ada kesulitan.
Banyak tetangga Naimah yang merasa kehilang sosok wanita berusia empat puluh lima tahun itu. walau pun Naimah baru lima tahun tinggal bertetangga dengan mereka, tapi kenaikan dan keramahannya membuat banyak tetanga bersimpati pada Naimah.
Bahkan pernah Naimah terlibat cekcok dengan Margareta setahun setelah mereka tinggal ditempat itu, yang mana kala itu Margareta tidak terima saat mengetahui kalau Gandi Wijaya memberikan uang pada Naimah untuk modal usaha.
Hal itu tentu saja membuat Margareta marah dan mendatangi Naimah. Margareta menuding Naimah ingin menghancurkan rumah tangganya dan mengatakan kalau Naimah adalah pelakor.
Namun semua orang sudah mengetahui cerita sebenarnya, dan karena tidak terima Naimah dipermalukan serta di hina Margareta, para tetangga pun langsung mengusir Margarea dengan kasar, bahkan ada yang mentiramkan air comberan ketubuh Margareta.
Keesokan paginya, semua keluarga dan para tetangga pun mengantarkan jenazah Naimah keperistirahatannya yang terakhir. Iring – iringan mobil pengantar jenazah terlihat begitu panjang.
Bahkan Naimah disholatkan sampai tiga kali, karena Masjid tidak mampu menampung kalau harus satu kali menyolatkan, sementara masih banyak pelayat yang ingin ikut menyolatkan Naimah.
Setelah selesai prosesi pemakaman, para pelayat pun mulai kembali kerumah masing – masing meninggalkan Nadya yang bersimpuh diatas makam Naimah ditemani oleh Vinna dan Tommy, juga Darlina dan Darwati serta anak – anaknya.
"Nadya, kamu harus kuat, Nak. Jangan terus ditangisi kepergian ibumu. Kasihan dia kalau kau terus – terusan seperti ini. tante sangat yakin, ibumu tidak menginginkan melihat kau terus bersedih. Sebaiknya sekarang kita pulang, waktu sudah mulai siang, dan kita harus menyiapkan untuk acara Tahlilan nanti sore.”
Dengan lembut Darwati mengelus rambut keponakannya yang tertutup kerudung berwarna putih. Hati wanita yang merupakan adik Naimah itu merasa terpukul melihat kondisi keponakannya yang masih belum bisa mengikhlaskan kepergian ibunya.
"Apa yang dikatakan tante Wati itu benar, Nad. aku yakin, Almarhumah tante Naimah tidak ingin melihat kamu seperti ini. Tante Naimah ingin melihat kamu tegar dan kuat. Ingat janji kamu, Nadya. Masih ada pekerjaan yang lebih penting yang akan kita kerjakan. Jadi, sebaiknya sekarang kita pulang,"ajak Vinna yang juga sependapat dengan Darwati.
Nadya masih terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengeluarkan ucapan lembut namun sangat jelas terdengar di telinga Vinna yang berada disampingnya.
"Nadya pulang dulu, ma. Nadya janji, Nadya akan membuat perhitungan dengan si Margareta. Nadya janji, Wanita itu akan membayar mahal semua perbuatannya yang sudah membuat mamah menderita selama lima tahun. Nadya akan melakukan apapun untuk mencapai tujuan Nadya, menghancurkan wanita pelakor itu.”
Nadya pun mencium Nisan sang mama lalu berdiri dan mengajak Vinna pulang.
Mereka pun melangkahkan kaki menuju parkiran dimana mobil milik Tommy diparkir.
Tidak ada percakapan apapun selama perjalanan, hingga akhirnya mereka pun sampai di Rumah Nadya yang terlihat begitu sepi. Setelah mengatarkan Nadya dan Vinna, Tommy pun mengantarkan Darlina dan Darwati belanja keperluan untuk Tahlilan nanti.
Tak lama berselang, beberapa tetangga mulai berdatangan untuk membantu Nadya dan Vinna menyiapkan segala keperluan untuk Tahlilan Nanti. Bahkan Sebagian membawa beberapa makanan dan kue basah sebagai sumbangan bagi keluarga Nadya.
Satu minggu setelah kepergian sang mama, Nadya pun masih tampak murung dan sedih. Rasa kehilangan orang terkasih memang kadang membuat kita enggan melakukan apapun dan inginnya menyendiri sambil membayangkan masa – masa indah saat Bersama.Hal itu juga terjadi pada Nadya. Saat ini Nadya sedang duduk menyendiri di teras rumahnya. Gadis itu masih mengenakan pakaian tidur, mengingat waktu masih pukul delapan pagi. Pandangannya menatap kosong ke depan yang tampak hanya jalanan dan deretan rumah tetangga, maklum Namanya juga komplek perumahan.Ditengah asik dalam lamunan, terlihat sebuah mobil berhenti di halaman Rumah Nadya. Mobil itu jelas kepunyaan Tommy kekasih Vinna yang mengantarkan Vinna pulang, setelah semalaman mereka berdua memadu kasih di sebuah hotel."Jangan bengong terus, nanti kesambet,"ucap Vinna sambil mencoba mengejutkan Nadya yang sama sekali tidak bereaksi apa – apa."Apaan sih kamu, aku gak lagi bengong, aku Cuma kangen sama mama, karena semalam aku mimpi ketemu mama,"
"Tentu saja, aku mendengar dari teman aku yang kerja di Permana Group, kalau perusahaan tersebut sedang merencanakan tiga proyek besar dalam waktu dekat ini. Dan semua itu dilakukan oleh Permana Group untuk mensejajarkan diri dengan Sanjaya Corp," jawab Tommy meyakinkan.Nadya berpikir sejenak. Dia mulai tertarik untuk bisa mendapatkan salah satu proyek tersebut.“Aku akan berusaha membujuk Om Bastian agar memberikan salah satu dari ketiga Proyek besar itu,"ucapnya dengan penuh keyakinan."Bagus, aku harap juga begitu. Yang penting kuncinya kamu bisa memberikan yang berkesan pada Om Bastian, hingga orang tua itu semakin lengket sama kamu, dan aku yakin, kalau sampai kamu bisa membuat orang tua itu menjadi Budak Cinta kamu, maka semua keinginan kamu akan dikabulkannya, dan kamu akan semakin dekat dengan tujuan kamu yang sebenarnya.”Vinna terus membakar semangat Nadya agar jangan menyerah untuk menggapai semua cita – citanya menghancurkan Margareta. Dan jalan satu – satunya yang paling
Margareta menggumam sendiri wajahnya terlihat begitu berseri setelah mendapat laporan dari Marko kalau pekerjaan mereka berjalan lancar."Kini, tinggal menunggu penandatanganan perjanjian kerjasama proyek dengan pak Bastian. Tapi, kenapa pak Bastian masih belum menghubungiku? Bukankah kemarin malam dia sudah mengatakan kalau drafnya sudah selesai? Tapi sampai saat ini masih belum juga ngasih kabar kapan aku bisa membaca dan menandatangani perjanjian itu?" Margareta sedikit bingung, wajahnya yang tadi ceria berubah sedikit murung, karena sampai detik ini Bastian masih belum memberikan kabar kapan penandatanganan dilakukan."Apa, sebaiknya, aku tanyakan langsung pada orangnya?" ucap Margareta sambil mengusap layar ponselnya, lalu menekan kotak Bastian untuk menghubunginya.“Selamat sore pak Bastian? Bagaimana kabar anda, pak?” Margareta bersikap ramah saat berbicara dengan sosok seorang Bastian Permana. Dia harus tetap bersikap sopan, mengingat dirinya punya kepentingan yang sangat be
Dan tepat pukul delapan malam, Nadya pun sudah sampai di Hotel tempat dimana Bastian menunggu.Gadis itu mengenakan gaun blus berwarna soft dengan rambut disanggul, hingga memperlihatkan jenjang leher yang putih dan sangat indah.Setelah turun dari taksi, Nadya berjalan memasuki lobby hotel dengan disambut tatapan banyak pria yang merasa kagum dengan kecantikan gadis itu. Walau usianya baru Sembilan belas tahun menginjak dua puluh tahun dua bulan lagi, namun Nadya memang memiliki paras yang cantik alami, dengan tinggi badan yang sangat ideal untuk menjadi seorang pragawati atau seorang pramugari.Wajar saja kalau banyak mata memperhatikan kehadiran gadis cantik itu. bahkan beberapa orang mencoba menggodanya untuk mendapatkan perhatian gadis cantik itu.Namun Nadya hanya membalasnya dengan seulas senyum manis sambil terus berjalan menuju restorant tempat dimana Bastian sedang menunggunya.“Wow…!!!”Kedua mata Bastian hampir keluar dari kelopaknya saat melihat Nadya yang berjalan sambil
Nadya mengangkat wajahnya lalu berkata dengan jelas dan tegas. “Apa Om yakin masih menginginkan tubuh Nadya?” Bastian mengangguk. “Nadya sih tidak keberatan, asalkan Om mengabulkan satu permintaan Nadya lagi, bagaimana?”“Permintaan apalagi, jangankan satu, sepuluh permintaan kamu pun akan Om kabulkan, asalkan kamu mau menemani Om bersenang – senang malam ini.”Mendengar perkataan Bastian Nadya pun tersenyum puas. Ini memang yang tengah diincar gadis itu, Dimana secara perlahan namun pasti Bastian jatuh dalam pelukan Wanita berusia Sembilan belas tahun itu.Semakin hanyut Bastian dalam pelukan Nadya, maka semakin cepat pula tujuan Nadya tercapai. Karena Ketika uang sudah bisa dikuasai Nadya, maka Margareta pun tidak akan mampu menyentuhnya. Apalagi Nadya saat ini dalam perlindungan Bastian.“Om janji akan mengabulkan segala keinginan Nadya?” tanya Nadya sambil menatap nakal pada Bastian.“Tentu saja. Om akan turuti segala kemauan kamu, selama kamu juga menuruti keinginan Om dan membua
Bastian yang memang sejak tadi sudah terbakar Gairah pun tidak perlu menunggu lama. Dia pun menekan tekuk leher Nadya agar wajahnya semakin mendekat, sehingga dengan leluasa Bastian pun melumat bibir mungil Nadya tanpa henti.Manis dan kenyal, itu setidaknya yang dirasakan Bastian saat merasakan hangatnya bibir seksi dan mungil milik Nadya. Bastian pun memasukan lidahnya kedalam mulut Nadya yang juga dibalas gadis itu dengan memainkan lidahnya yang seketika beradu dengan lidah Bastian. Tentu saja hal ini membuat Gairah Bastian semakin besar.“Boleh kemejanya dilepas?” Bastian tidak menjawab dia hanya mengangguk dan membiarkan Nadya melepas kancing kemejanya satu persatu, lalu melepaskan kemeja Bastian dan melemparkannya kesembarang arah.Tidak berhenti hanya sampai disitu, tangan Nadya mulai bermain menelusuri dada Bastian yang memang sangat berotot walau pun sudah berusia sekitar setengah abad lebih, karena memang Bastian selalu menjaga kebugaran tubuhnya.Nadya tersenyum melihat dad
Pria paruh baya itu pun tidak mau lagi menunggu lebih lama untuk segera membenamkan barang pribadinya didalam tubuh bagian terkecil Nadya yang sudah basah sempurna sejak tadi.Keduanya kini bergelut dengan peluh diatas tempat tidur. Seperti yang direncanakan, Nadya benar – benar membuat Bastian tidak sanggup berlama – lama melayani permaian agresif Nadya. Karena hanya beberapa menit saja, pria paruh baya itu pun sudah bisa merasakan pelepasan yang sangat luar biasa di bagian tubuh terkecil Nadya.“Aku menyerah, sayang. Kamu benar – benar luar biasa, Nadya,” ucap Bastian sambil menempelkan wajahnya didada Nadya yang masih terlentang. Tubuh pria itu benar – benar basah dengan keringat, sementara Nadya hanya tersenyum sambil tangannya mengelus rambut Bastian.“Om puas dengan pelayananku?” tanya Nadya sambil memeluk erat kepala Bastian yang masih menempel didadanya.“Tentu saja Nadya Om sangat puas. Kamu adalah wanita yang sangat luar biasa yang mampu memberikan kenikmatan yang belum pern
Nadya baru saja menyelesaikan penandatanganan perjanjian kerja sama pekerjaan tiga proyek dengan PERMANA GROUP. Gadis itu sekarang sudah berjalan menuju café tempat pertemuannya dengan Vinna dan juga Daniel yang akan mengerjakan pembangunan kota Mandiri yang direncanakan oleh PERMANA GROUP.“Nadya, perkenalkan ini bos Daniel,” ucap Vinna setelah Nadya berdiri dihadapan mereka berdua.“Senang bisa bertemu dengan anda, Pak Daniel,” ucap Nadya sambil mengulurkan tanganya.“Sama – sama, saya juga senang bisa berkenalan dengan wanita tercantik yang pernah saya jumpai,” jawab Daniel sambil menjabat tangan Nadya yang halus dan lembut.Mata Daniel sama sekali tidak berpaling. Semenjak melihat Nadya berjalan memasuki café, matanya terus menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Bahkan sesekali Daniel terlihat menelan ludah melihat penampilan Nadya yang sedikit menggoda.Jujur saja, Daniel merasa penasaran dan ingin merasakan kehangatan tubuh gadis itu, namun sayangnya, dia sudah mendengar penj