"Sial! Benar – benar sial! Semua rencanaku berantakan!" maki Margareta geram tangannya memukul – mukul jok mobil yang didudukinya untuk melampiaskan emosinya yang sudah memuncak.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus segera cari cara agar bisa membereskan si Nadya secepatnya. Mungkin sebaiknya aku mulai dari pemuda itu, aku harus mencari tahu siapa dia dan dimana tempat tinggalnya. Setelah itu, aku akan membujuknya agar mau menjadi pengawalku, bahkan menjadi pendampingku. Dengan begitu, maka segala urusanku akan cepat terselesaikan, dan aku bisa membereskan bocah itu.”
Dalam keadaan marah pun, pikiran Margareta terus tertuju pada Niko Ramona. Ketampanan pemuda itu benar – benar sudah menarik hati Margareta. Sampai dia lupa kalau dirinya sudah punya kekasih yang juga masih muda bernama Danu.
Pria berusia dua puluh satu tahun yang dulu pernah kepergok oleh Nadya saat mereka keluar dari kamar hotel, tiga hari sebelum Gandi Wijaya meninggal. Namun saat Nadya ingin menyerahkan bukti itu pada papanya, dia tidak sempat karena sang papa sudah keburu berangkat keluar Kota untuk urusan bisnis. Dan sejak saat itu Nadya tidak pernah bertemu lagi dengan papanya, karena sehari setelahnya dia menerima kabar kalau sang papa sudah meninggal akibat kecelakaan.
Di saat pikiran Nadya sedang membayangkan indahnya berdampingan dengan Niko Ramona, tiba – tiba ponselnya berdering.
Pengacaranya menghubungi untuk memberikan laporan tentang tugasnya yang diberikan oleh Margareta, mengurus balik nama semua aset milik Gandi Wijaya.
“Ya halo…Gimana bisa?” tanya Margareta tidak sabar ingin mendengar hasilnya.
[Maaf bu, saya sudah mendatangi bagian pertanahan dan juga pihak Bank, tapi sayang, mereka semua menolak untuk membalik namakan aset milik almarhum pak Gandi Wijaya ke ibu ]
“Apa?! Kok bisa? Bukankah akan mudah membalik namakan karena si Naimah sudah mati?!”
Margareta terperanjat saat mendengar laporan pengacaranya yang gagak mengurus balik nama aset milik almarhum Gandi Wijaya.
Margareta geram karena rencananya untuk menguasai seluruh harta peninggalan Gandi Wijaya ternyata gagal seperti yang dilakukannya tiga tahun lalu. Margareta pernah ingin membalik namakan semua aset milik Gandi Wijaya tapi ditolak karena ada surat wasiat yang mengatakan kalau seluruh hartanya tidak bisa dibalik namakan selama Naimah masih hidup.
Untuk alasan itulah, Margareta memang sengaja menginginkan Naimah meninggal agar Margareta bisa dengan leluasa membalik namakan semua aset milik Gandi Wijaya keatas Namanya.
Dan saat mendengar kalau Naimah sedang sakit serta membutuhkan biaya operasi, Margareta pun mengambil kesempatan ini untuk menjalankan rencana liciknya. Dia mendapat kabar kalau Nadya akan melakukan apapun demi mendapatkan biaya untuk operasi ibunya.
Dan kalau sampai Nadya menjual kegadisannya pada orang lain, maka upaya menunggu saat yang bagus untuk menyingkirkan Naimah akan sia – sia.
Kalau sampai Naima kembali sembuh, maka akan semakin lama dirinya menunggu untuk bisa menikmati semua kekayaan Gandi Wijaya tanpa batas, tidak yang dirasakannya saat ini. semua kebutuhan Margareta sudah diatur oleh Wijaya Group.
Walau pun banyak uang di rekening perusahaan, tapi Margareta tidak bisa seenaknya mengambil atau menguras semuanya.
[Maaf bu…yang diterima tiga tahun lalu adalah surat Wasiat pertama. Dan ternyata, pak Gandi membuat dua surat wasiat. Dan yang kedua ini mencantumkan, kalau dirinya meninggal, maka semua kekayaan miliknya hanya boleh jatuh ketangan Nadya putri tunggalnya.]
Margareta semakin terkejut. Dia tidak menyangka kalau dirinya sama sekali tidak diperhatikan oleh Gandi Wijaya.
“Sial! Kenapa bisa begitu? Bukankah mas Gandi sudah memutuskan hubungan darahnya dengan bocah itu?”
Wajah Margareta seketika berubah pucat. Dia tidak bisa membayangkan kalau sampai semua harta milik Gandi Wijaya diserahkan pada Nadya, tentu saja dirinya akan ditendang jauh – jauh oleh Nadya.
Dan kalau hal itu terjadi, maka Margareta akan kembali menjadi orang miskin, seperti yang dialaminya lima tahun yang lalu, sebelum dirinya menikah dengan Gandi Wijaya.
"Ini tidak boleh dibiarkan. Si Nadya tidak boleh tahu kalau semua kekayaan bapaknya ternyata jatuh ketangannya. Sebaiknya, aku segera menyembunyikan semua sertifikat, akta pendirian perusahaan dan surat – surat berharga yang atas nama mas Gandi. Karena tanpa surat yang asli, si Nadya tidak akan punya kesempatan untuk memiliki warisan bapaknya.”
Margareta pun mengambil ponselnya yang tadi dia lemparkan kejok mobil. Lalu dia menghubungi seseorang.
“Ada tugas buat kamu.” ucap Margareta dengan tegas.
[Tugas apa, bos.] tanya pria itu begitu antusias, mengingat ini adalah sumber uang buatnya dan teman – temannya.
Seperti biasa, Margareta akan memberikan bayaran mahal bagi setiap tugas yang diberikan kepada mereka, tergantung dari segi resiko yang harus diambil dalam tugas tersebut.
“Ada surat wasiat peninggalan almarhum suamiku, dan surat itu sangat penting, karena menyangkut semua aset kekayaan almarhum suamiku. Jadi, tugas kalian adalah mencuri surat wasiat itu dan menghancurkannya, serta melenyapkan saksi yang terlibat dalam pembuatan surat wasiat itu, termasuk Notaris yang bernama Vicktor Batubara. Apa kalian paham?”
Margareta memang sudah gelap mata. Demi mencapai tujuannya, dia akan memakai cara apapun untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Bahkan dia tidak segan – segan menghabisi siapa pun yang dianggap menjadi penghalang bagi tujuannya, termasuk Vicktor Batubara yang merupakan Notaris pembuat Surat Wasiat Gandi Wijaya.
[Tentu saja bos. Perintah bos akan kami laksanakan. Tapi…]
“Tapi apa? Uang? Apa kalian pernah tidak dibayar olehku dalam setiap tugas yang ku berikan?”
[Bukan begitu bos, tapi, mengingat tugas ini beresiko tinggi, maka kami minta bayaran yang seimbang dengan tugas ini]
“Berapa? Sebutkan saja, aku pasti akan membayarnya, asalkan pekerjaanmu berjalan sesuai dengan keinginanku.”
[Bagaimana kalau, tiga miliyar.] ucap pria itu dengan tegas meminta bayaran yang sangat besar.“Apa kalian gila! Kau pikir aku akan mau membayar kalian sebesar itu? lebih baik aku cari orang lain saja!” maki Margareta sambil menutup telpon dan kembali melepar ponselnya kesamping.Wajah Margareta terlihat semakin buram. Dia terus berpikir untuk mencari siapa lagi orang yang bisa dia suruh untuk menjalankan tugas ini.Belum juga dia menemukan solusinya, terdengar ada notifikasi pesan masuk di poselnya. Margareta pun segera meraih ponsel miliknya untuk melihat pesan masuk yang dikirim seseorang."Tidak masalah kalau bos tidak mau membayar kami untuk pekerjaan itu sesuai dengan keinginan kami. Tapi ingat, apa yang terjadi tiga tahun lalu sudah tercium oleh polisi.”“…Polisi sudah mengetahui penyebab kecelakaan yang dialami pak Gandi Wijaya.”“…Dan kini Polisi sedang mencari kami.”“…Kalau sampai kami tertangkap, maka anda pasti akan ikut terseret dalam kasus ini.”“…Bukankah anda yang men
Satu minggu setelah kepergian sang mama, Nadya pun masih tampak murung dan sedih. Rasa kehilangan orang terkasih memang kadang membuat kita enggan melakukan apapun dan inginnya menyendiri sambil membayangkan masa – masa indah saat Bersama.Hal itu juga terjadi pada Nadya. Saat ini Nadya sedang duduk menyendiri di teras rumahnya. Gadis itu masih mengenakan pakaian tidur, mengingat waktu masih pukul delapan pagi. Pandangannya menatap kosong ke depan yang tampak hanya jalanan dan deretan rumah tetangga, maklum Namanya juga komplek perumahan.Ditengah asik dalam lamunan, terlihat sebuah mobil berhenti di halaman Rumah Nadya. Mobil itu jelas kepunyaan Tommy kekasih Vinna yang mengantarkan Vinna pulang, setelah semalaman mereka berdua memadu kasih di sebuah hotel."Jangan bengong terus, nanti kesambet,"ucap Vinna sambil mencoba mengejutkan Nadya yang sama sekali tidak bereaksi apa – apa."Apaan sih kamu, aku gak lagi bengong, aku Cuma kangen sama mama, karena semalam aku mimpi ketemu mama,"
"Tentu saja, aku mendengar dari teman aku yang kerja di Permana Group, kalau perusahaan tersebut sedang merencanakan tiga proyek besar dalam waktu dekat ini. Dan semua itu dilakukan oleh Permana Group untuk mensejajarkan diri dengan Sanjaya Corp," jawab Tommy meyakinkan.Nadya berpikir sejenak. Dia mulai tertarik untuk bisa mendapatkan salah satu proyek tersebut.“Aku akan berusaha membujuk Om Bastian agar memberikan salah satu dari ketiga Proyek besar itu,"ucapnya dengan penuh keyakinan."Bagus, aku harap juga begitu. Yang penting kuncinya kamu bisa memberikan yang berkesan pada Om Bastian, hingga orang tua itu semakin lengket sama kamu, dan aku yakin, kalau sampai kamu bisa membuat orang tua itu menjadi Budak Cinta kamu, maka semua keinginan kamu akan dikabulkannya, dan kamu akan semakin dekat dengan tujuan kamu yang sebenarnya.”Vinna terus membakar semangat Nadya agar jangan menyerah untuk menggapai semua cita – citanya menghancurkan Margareta. Dan jalan satu – satunya yang paling
Margareta menggumam sendiri wajahnya terlihat begitu berseri setelah mendapat laporan dari Marko kalau pekerjaan mereka berjalan lancar."Kini, tinggal menunggu penandatanganan perjanjian kerjasama proyek dengan pak Bastian. Tapi, kenapa pak Bastian masih belum menghubungiku? Bukankah kemarin malam dia sudah mengatakan kalau drafnya sudah selesai? Tapi sampai saat ini masih belum juga ngasih kabar kapan aku bisa membaca dan menandatangani perjanjian itu?" Margareta sedikit bingung, wajahnya yang tadi ceria berubah sedikit murung, karena sampai detik ini Bastian masih belum memberikan kabar kapan penandatanganan dilakukan."Apa, sebaiknya, aku tanyakan langsung pada orangnya?" ucap Margareta sambil mengusap layar ponselnya, lalu menekan kotak Bastian untuk menghubunginya.“Selamat sore pak Bastian? Bagaimana kabar anda, pak?” Margareta bersikap ramah saat berbicara dengan sosok seorang Bastian Permana. Dia harus tetap bersikap sopan, mengingat dirinya punya kepentingan yang sangat be
Dan tepat pukul delapan malam, Nadya pun sudah sampai di Hotel tempat dimana Bastian menunggu.Gadis itu mengenakan gaun blus berwarna soft dengan rambut disanggul, hingga memperlihatkan jenjang leher yang putih dan sangat indah.Setelah turun dari taksi, Nadya berjalan memasuki lobby hotel dengan disambut tatapan banyak pria yang merasa kagum dengan kecantikan gadis itu. Walau usianya baru Sembilan belas tahun menginjak dua puluh tahun dua bulan lagi, namun Nadya memang memiliki paras yang cantik alami, dengan tinggi badan yang sangat ideal untuk menjadi seorang pragawati atau seorang pramugari.Wajar saja kalau banyak mata memperhatikan kehadiran gadis cantik itu. bahkan beberapa orang mencoba menggodanya untuk mendapatkan perhatian gadis cantik itu.Namun Nadya hanya membalasnya dengan seulas senyum manis sambil terus berjalan menuju restorant tempat dimana Bastian sedang menunggunya.“Wow…!!!”Kedua mata Bastian hampir keluar dari kelopaknya saat melihat Nadya yang berjalan sambil
Nadya mengangkat wajahnya lalu berkata dengan jelas dan tegas. “Apa Om yakin masih menginginkan tubuh Nadya?” Bastian mengangguk. “Nadya sih tidak keberatan, asalkan Om mengabulkan satu permintaan Nadya lagi, bagaimana?”“Permintaan apalagi, jangankan satu, sepuluh permintaan kamu pun akan Om kabulkan, asalkan kamu mau menemani Om bersenang – senang malam ini.”Mendengar perkataan Bastian Nadya pun tersenyum puas. Ini memang yang tengah diincar gadis itu, Dimana secara perlahan namun pasti Bastian jatuh dalam pelukan Wanita berusia Sembilan belas tahun itu.Semakin hanyut Bastian dalam pelukan Nadya, maka semakin cepat pula tujuan Nadya tercapai. Karena Ketika uang sudah bisa dikuasai Nadya, maka Margareta pun tidak akan mampu menyentuhnya. Apalagi Nadya saat ini dalam perlindungan Bastian.“Om janji akan mengabulkan segala keinginan Nadya?” tanya Nadya sambil menatap nakal pada Bastian.“Tentu saja. Om akan turuti segala kemauan kamu, selama kamu juga menuruti keinginan Om dan membua
Bastian yang memang sejak tadi sudah terbakar Gairah pun tidak perlu menunggu lama. Dia pun menekan tekuk leher Nadya agar wajahnya semakin mendekat, sehingga dengan leluasa Bastian pun melumat bibir mungil Nadya tanpa henti.Manis dan kenyal, itu setidaknya yang dirasakan Bastian saat merasakan hangatnya bibir seksi dan mungil milik Nadya. Bastian pun memasukan lidahnya kedalam mulut Nadya yang juga dibalas gadis itu dengan memainkan lidahnya yang seketika beradu dengan lidah Bastian. Tentu saja hal ini membuat Gairah Bastian semakin besar.“Boleh kemejanya dilepas?” Bastian tidak menjawab dia hanya mengangguk dan membiarkan Nadya melepas kancing kemejanya satu persatu, lalu melepaskan kemeja Bastian dan melemparkannya kesembarang arah.Tidak berhenti hanya sampai disitu, tangan Nadya mulai bermain menelusuri dada Bastian yang memang sangat berotot walau pun sudah berusia sekitar setengah abad lebih, karena memang Bastian selalu menjaga kebugaran tubuhnya.Nadya tersenyum melihat dad
Pria paruh baya itu pun tidak mau lagi menunggu lebih lama untuk segera membenamkan barang pribadinya didalam tubuh bagian terkecil Nadya yang sudah basah sempurna sejak tadi.Keduanya kini bergelut dengan peluh diatas tempat tidur. Seperti yang direncanakan, Nadya benar – benar membuat Bastian tidak sanggup berlama – lama melayani permaian agresif Nadya. Karena hanya beberapa menit saja, pria paruh baya itu pun sudah bisa merasakan pelepasan yang sangat luar biasa di bagian tubuh terkecil Nadya.“Aku menyerah, sayang. Kamu benar – benar luar biasa, Nadya,” ucap Bastian sambil menempelkan wajahnya didada Nadya yang masih terlentang. Tubuh pria itu benar – benar basah dengan keringat, sementara Nadya hanya tersenyum sambil tangannya mengelus rambut Bastian.“Om puas dengan pelayananku?” tanya Nadya sambil memeluk erat kepala Bastian yang masih menempel didadanya.“Tentu saja Nadya Om sangat puas. Kamu adalah wanita yang sangat luar biasa yang mampu memberikan kenikmatan yang belum pern