“Aku harus segera berangkat. Ada persidangan kasus pembunuhan ibuku di Meadow Creek,” kata Jack saat mereka sarapan.“Akan kuatur helikopter untuk mengantarmu pulang.” Brianna mengangguk mengerti. Dia segera menelepon pilot untuk mengantarkan Jack kembali ke rumahnya.“Oke, kukira aku sudah selesai sekarang.”Jack meletakkan serbet makannya di samping piring. Kemudian berdiri dan mendekati istrinya yang duduk di seberang meja. Dia menunduk sedikit dan mencium sekilas pipi Brianna. “Aku tak bisa menemanimu ke rumah sakit.”“Akan kukatakan pada ayah kalau Kau sibuk hari ini.” Brianna mengangguk kaku. Hanya saja, karena ada pelayan rumah yang mengawasi. Tidak mungkin baginya melarang Jack mencium pipi. Matanya mengawasi pria yang menjadi suami pura-puranya berjalan pergi.“Sampai bertemu lagi!” Jack melangkah menuju halaman depan rumah. Sekarang dia sudah sedikit mengetahui seluk-beluk rumah mewah itu. Kendaraannya sudah menunggu di helipad, di tengah halaman berumput.“Apakah kita ke Me
Dua hari berlalu sejak kedatangan Chief. Jack belum bertemu lagi dengan Brianna dan ayahnya. Dia berusaha menjaga jarak dan menyibukkan diri. Terutama karena kemudian Lion mengabarkan bahwa timya telah menemukan Pamela. Jack menyusul ke New York bersama Hunter.Selain menjenguk kakeknya yang telah pulang dan dirawat di rumah, Jack juga harus datang ke kantor untuk beberapa urusan perusahaan. Brodie sudah menyiapkan hal-hal yang perlu dikerjakannya saat tiba di kantor pusat.Sebuah panggilan dari Brianna masuk. Jack segera menerimanya. “Ya!” sahutnya datar.“Kau di mana? Bisakah sore nanti helikopter menjemputmu ke kantor?” tanya istrinya.“Aku sedang di New York. Sudah kukatakan ada beberapa urusan yang sedang kukerjakan sekarang,” Jack menolak dengan halus.“Kurasa, Kau sedang mencoba menjauhiku, Jack!” ujar gadis itu langsung.“Kau berpikir terlalu banyak. Coba minta orang-orangmu memeriksa, apakah perkataanku dusta atau tidak. Aku sedang sibuk di kantor perusahaanku sekarang ini!
Dua orang di lantai bawah itu masih berbicara selama sekitar lima menit, hingga Jack kemudian turun untukmendapatkannya. Namun sayang, demi mendengar suara langkah orang lain di tangga atas, dua orang itu keluar dari pintu darurat lebih cepat dari kemunculan Jack. Dikejarnya hingga keluar pintu, namun tak menemukan jejak keduanya. Jack berjalan-jalan di lantai tiga yang merupakan ruang rawat pasien umum. Agak sedikit mustahil baginya memasuki begitu saja semua kamar rawat dan mengganggu pasien tak dikenal. Jadi, dicobanya membuka kamar terdekat dan berpura-pura salah masuk. Dia tak menemukan kanehan maupun Pamela dan pria yang berbicara dengannya. “Apakah itu tadi Pamela?” pikir Jack. Kemudian panggilan telepon dari Hunter, masuk. “Bos, kakek Anda sudah selesai cuci darah. Apakah---“ “Tunggu di sana, aku segera kembali!” balas Jack cepat. Setelah meyakini di sekitar tak ada hal yang mencurigakan, dia menuju lift untuk kembali ke tempat perawatan kakeknya. “Ke mana dua orang itu m
Tiga hari tersisa sebelum cuti, dimanfaatkan Jack untuk mengumpulkan informasi tentang Gold Finger di Maroko. Hunter mengirim bawahannya ke Maroko untuk mencari keberadaan Gold Finger. “Jack, bisakah Kau ke rumah melihat ayah?” tanya Brianna di pesan siang itu. Jack menimbang sejenak permintaan itu. Namun, mengingat dia akan cuti selama dua minggu, maka ini adalah kesempatan terakhirnya untuk datang menampakkan diri pada mertuanya. “Tentu saja. Kau bisa kirim jemputan untukku,” balasnya. “Terima kasih, Jack. Akan kukirimkan helikopter sore nanti,” balas Brianna cepat. “Aku sedang ada di luar kota. Jadi, mungkin aku tak bisa menemanimu,” lapor Brianna lagi. “Oke. Berhati-hatilah,” balas Jack kemudian. Setelahnya, Jack kembali fokus pada pekerjaannya hingga sore hari. Dia mengabarkan pada Tuan Fredd kalau tidak akan pulang karena ingin menjenguk ayah Brianna. “Baik, Jack. Jangan khawatirkan kami,” balas Tuan Fredd. “Mari kita pergi,” ujar Jack pada pilot helikopter. Heli itu lan
Mobil Brianna dan One berada di barisan paling depan. Mereka beriringan menuju kediaman Clavin Fisher di kompleks perumahan elit di atas sebuah bukit. Meski mereka melintas beriringan tapi karena Brianna melarang mereka berteriak sepanjang jalan, maka semua anggota Kelompok Bawah Tanah kota Philadelphia itu berhasil melintasi kota dengan aman tanpa kecurigaan polisi.Dalam setengah jam, mereka telah tiba di depan gerbang besi tinggi hunian Calvin Fisher yang super mewah. Semua mobil akhirnya berhenti di depan pintu masuk kediaman dan memenuhi jalan yang cukup sepi di situ. Area kediaman Calvin adalah yang paling luas di kompleks perumahan elit tersebut.Para penjaga di rumah itu seketika bersiaga melihat begitu ramainya orang asing yang berteriak-teriak menuntut balas dan meminta agar Calvin keluar dan mempertanggung jawabkan perbuatannya!“Apa yang mereka inginkan?” tanya Calvin yang baru saja pulang dari rumah sakit.Mereka minta pertanggung jawaban atas tewasnya orang-orang mereka
Dengan kaca mata khusus, mereka bisa melihat menembus kepulan asap dan memeriksa setiap kamar. Hingga seluruh kamar yang berjumlah lima buah di lantai dua telah mereka periksa. Tak ada seorang jua pun yang terlihat. Brianna menggeram marah dalam hatinya.“Bakar lantai ini!” perintahnya dengan suara sedingin es.Meskipun terkejut melihat kekejaman gadis cantik itu, tapi One tetap mengikuti. Tak ada dalam kamusnya membantah perintah atasan. “Baik!” katanya. Dengan cepat pria itu mengeluarkan pemantik dan membakar gorden ruangan di berbagai tempat.Tak lama, asap hitam mengepul keluar dari ventilasi jendela lantai dua. Para penjaga di bawah terkejut meliat asap hitam mengepul dengan pekatnya dari berbagai tempat. Itu berbeda dengan asap dari peluru asap yang ditembakkan. Yang sekarang terjadi adalah, “Kebakaran!”Beberapa penjaga yang cepat menyadari keadaan segera berteriak memperingatkan. Sebagian mereka masuk ke dalam rumah untuk memadamkan api agar tak merembet ke mana-mana.Melihat
Suasana di markas Kelompok Bawah Tanah lebih ramai dari biasanya. Beberapa anggota yang bekerja sebagai dokter dan memiliki kemampuan medis , dipanggil datang untung menolong begitu banyak korban yang terluka oleh senjata tajam bahkan peluru. Semua bekerja keras untuk menyelmatkan sebanyak mungkin anggota yang sebelumnya ikut dalam pertarungan.Brianna dan One bukannya tidak mengalami luka, namun mereka berdua bisa mengobati sendiri luka-luka yang mereka dapatkan.“Sebaiknya Anda kembali ke kediaman dan mencari dokter. Luka-luka itu perlu penanganan tepat agar sembuh tanpa bekas!” saran One.“Aku ingin mengawasi perkembangan di sini lebih dulu,” tolak Brianna.“Bos, jika Tuan Deska mengetahui hal ini, Anda mungkin bisa ....”One tak melanjutkan ucpannya setelah melihat mata Brianna yang tanjam, mendelik dengan tak senang.“Bukankah ayah sendiri yang menyerahkan kepemimpinan kelompok padaku. Dia tak perlu lagi mengurusi hal ini. Biarkan istirahat saja!” tegas Brianna.One mengangguk. “
Hari masih pagi benar kala Jack, Wolf dan dua orang bawahan Lion berangkat. Mereka pergi ke Newark, dimana salah satu bawahan Lion yang menguntit Pamela sejak kemarin sore. Newark tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat dengan kediaman Hamilton. Jack merasa, jika mereka datang saat pagi, kemungkinan besar bisa mengejutkan wanita itu.Dua mobil meluncur ke tempat yang disebutkan oleh bawahan Lion. Wolf mengemudi dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata. Jalanan belum terlalu padat, sehingga tak sampai satu jam, mereka sudah sampai di tempat pertemuan.“Bagaimana?” tanya Jack.“Dia masuk ke dalam sana sejak pukul satu dini hari dan belum keluar lagi hingga pagi ini, Jenderal,” jawab orang itu cepat.“Siapa saja yang bersamanya?” tanya Jack lagi.Diambilnya teropong untuk ikut mengawasi rumah di seberang jalan. Jack bisa memastikan bahwa penghuni rumah belum lagi terbangun dari tidurnya.“Ada seorang pria paruh baya yang selalu bersama dengannya, sejak aku pertama kali melihat,” j