Gebby membuka pintu kamar itu sambil membawa nampan berisi makanan dan air minum untuk sang papa. Gebby bergegas mengunci kembali pintu dari dalam."Nih, papa pasti lapar, kan? Papa makan sekarang!" Gebby melihat Reyhan gemetaran menahan lapar."Gebby ... Mengapa kamu tega melakukan semua ini sama papa?""Papa makan aja dulu daripada nanti pingsan!" jawab Gebby ketus.Reyhan pun terpaksa langsung mengambil makanan itu dan melahapnya dengan sangat rakus. Reyhan juga sesekali menenggak air di dalam botol untuk menghilangkan dahaganya."Apa papa masih tetap bersikukuh untuk membagikan aset papa pada mereka?""Kenapa kamu tidak mengizinkan papa melakukan itu?""Ya karena memang mereka tidak berhak Pa! Terutama Rashi, dia itu juga bukan darah daging papa. Papa menyayangi dia hanya karena papa kasihan sejak kecil ia ditelantarkan lalu dipungut oleh Mama Indah kan? Melihat Mama Indah menyayangi Rashi seperti anak sendiri membuat papa menjadi luluh dan ikut-ikut menyayangi dia.""Papa hanya i
"Eh, ternyata kalian berdua di sini aku sama Tante udah keliling-keliling loh," ujar Nadira yang tiba-tiba muncul bersama mamanya Melvin."Gimana, Ma, kemeja ini bagus kan?" tanya Melvin pada sang Mama."Wah ... Bagus. Keren, loh, ini rancangan Rashi juga? Di bagian lengan ada kombinasi batik. Wah, luar biasa, tidak pernah lihat kemeja sebagus ini sebelumnya. Vin, pilihin juga buat papa satu dong," ucap sang mama."Jelas Bagus dong, Ma, siapa dulu desainernya. Rashi ...." Melvin tertawa lebar."Keren, anak muda berbakat kamu," puji mamanya melvin lagi. Seketika pipi Rashi memerah menahan malu."Aku udah rekomendasikan beberapa tunik yang bagus buat mama kamu, Vin," ucap Nadira."Iya, nih, Mama udah dapet." Mamanya Melvin mengangkat beberapa potong pakaian yang ada di tangannya."Oke Ma, kita carikan dulu kemeja untuk papa."Melvin langsung memilih beberapa potong kemeja dan dipilih oleh sang mama yang kira-kira sesuai dengan suaminya. Akhirnya setelah selesai berbelanja, mamanya Melvi
"Kalian?" Mata Gebby membulat sempurna tatkala melihat di depan pintu rumahnya ada Nadira dan Rashi."Ka-kamu Gebby?" ucap Nadira tsk percaya."Bukan, kalian salah orang," jawab Gebby sambil bersiap menutup kembali pintu rumahnya."Tunggu!" cegah Nadira. Nadira mendorong pintu sekuat-kuatnya sampai akhirnya bisa terbuka lebar."Aku yakin ini semua adalah ulah kamu. Walaupun semua bukti yang aku dapatkan belum terlalu banyak semua itu mengarah kepada kamu, Geb!" tuding Nadira."Apa sih maksud kalian? tolong ya jangan sembarangan masuk ke dalam rumah orang! aku bisa laporin kalian nanti," ancam Gebby."Nggak papa, laporin aja. Ternyata selama ini kamu yang sudah membuat huru-hara. Apa maksud kamu mengirimkan pesan kaleng kepada Rashi? Apa kamu sengaja, kamu berniat untuk mengadu domba aku dan Rashi?" tanya Nadira geram."Kalian berdua jangan asal tuduh kalau nggak punya bukti!" seru Gebby."Kamu juga kenal sama Melvin, kan?" tanya Rashi pula."Apa-apaan, sih, kalian ini? aku tuh nggak n
"Papa sabar ya, kita akan segera sampai di rumah sakit," ujar Nadira. Reyhan duduk bersandar setengah berbaring di jok mobil bagian tengah bersama Rashi.Mereka berdua tak menyangka kejadian tak terduga ini bisa terjadi. Ternyata kecurigaan Nadira pada Gebby kini telah terbukti. Gebby datang ke Jakarta membawa dendamnya dari masa lalu.Nadira benar-benar tak habis pikir mengapa Gebby masih saja membenci keluarganya. Padahal mereka sekeluarga juga pernah mengalami penderitaan yang hebat akibat perbuatan dari mamanya Gebby itu, namun mereka sama sekali tak pernah menghakimi Gebby apalagi meembalas dendam, karena memang ia tak ada sangkut pautnya dengan semua kejadian yang terjadi.Agaknya sampai hari ini Gebby masih belum bisa memahami bahwa sebenarnya yang bersalah adalah mamanya sendiri. Di matanya mamanya adalah orang yang selalu benar. Luar biasa pengaruh yang sudah diberikan oleh Luna pada putrinya itu, hingga dewasa pun, ia masih menyimpan dendam yang luar biasa dan sedang berusah
"Ma, kita ke bagian IGD sekarang juga yuk. Kita ketemu sama Nadira yang lagi jagain papa di sana,” ajak Rashi."Iya, Nak.""Malam ini Mama jangan pulang ke rumah mama dulu lebih baik Mama ikut aku pulang ke rumah mama Indah karena mama Indah bilang pengen banget ketemu Mama.""Apa Mama nggak bakalan ngerepotin kalian, Nak?""Enggak, Ma. Sekian lama kami mencari Mama. Sudah sepantasnya Mama Indah juga ingin bertemu sama mama dan mengetahui bagaimana keadaan Mama saat ini.""Baiklah, jika memang kamu ingin seperti itu Mama akan turuti.""Ma, ayo kita bertemu Nadira! Nadira juga pasti bakalan kaget kalau lihat mama ada di sini.""Iya, Nak. Ayo!" Keduanya pun berjalan cepat sambil bergandengan tangan menuju ke arah ruangan IGD. Sampai di sana terlihat Nadira juga sedang terduduk sambil menunggu kabar dari pihak medis terhadap perkembangan kesehatan papanya."Natld, coba lihat siapa yang aku bawa," ujar Rashi antusias.Nadira menatap wanita paruh baya yang bersama Rashi, otaknya mencoba me
"Nenek kenapa jadi begini?" Gebby menarik tangan Ana menepi mendekati mobilnya."Apa Nenek nggak salah lihat, apa kamu benar-benar Gaby cucuku?" tanya Ana masih belum percaya. "Iya, Nek, aku Gebby. Walaupun sekian lama kita nggak ketemu tapi aku masih tetap bisa mengenali wajah Nenek. Letakkan sampah-sampah itu, dan ayo masuk ke dalam mobil, Nek!"Gebby membuka pintu mobilnya lalu memaksa wanita tua itu masuk. Ana yang sudah lemah dan renta terpaksa menurut, ia meletakkan karung berisi barang rongsok itu di luar mobil.Gebby pun masuk lalu menutup pintu bagian sopir. Ia menyalakan mobilnya lalu membawa sang nenek pergi dari tempat itu."Kita mau ke mana? barang-barang Nenek tertinggal di sana," ujar Ana sambil menoleh ke arah rongsokan yang teronggok dan semakin terlihat menjauh."Nggak usah lagi Nenek urusi sampah-sampah itu. Sekarang Nenek ikut aku pulang ke rumah!""Kamu masih mau mengakui nenekmu yang sudah tua dan miskin ini, Geb?""Nggak ada yang berubah dalam hubungan kita, Ne
"Sudah, kamu jangan menangisi masa lalu. Inilah kenyataan yang harus kamu tahu. Sejak dulu Luna yang selalu berambisi untuk selalu membuat Indah menderita. Luna berambisi pada harta dan juga apapun yang membuat Indah bahagia pasti akan selalu berusaha dirusak olehnya," ujar Ana sambil mengusap rambut Gebby."Tapi aku nggak mau lihat mama semenderita itu, Nek! Kasihan Mama.""Ya, Nenek paham pada kesedihan yang kamu rasakan. Jika kamu masih bisa menangis itu tandanya hatimu masih hidup, masih bisa menerima nasihat, maka janganlah sekali-sekali kamu berusaha untuk kembali mengusik kehidupan Indah dan keluarganya termasuk anak-anaknya.""Tapi aku nggak rela papa Reyhan memberikan sebagian aset perusahaan untuk mereka. Aku yang paling berhak untuk menguasai itu semua, Nek.""Nenek yakin tanpa diberi sepeser pun mereka tidak akan pernah menuntut apapun dari papa kamu. Tapi papamu melakukan itu semua pasti juga karena ia sudah memikirkannya secara matang. Ingat Gebby harta kita tidak akan b
Rashi kembali ke rumahnya dengan perasaan hati yang bahagia. Ia yakin mamanya sedang menunggu. Rashi sudah membeli kebutuhan bahan makanan untuk mengisi kulkas mereka. Kantong belanjaan itu ia tenteng sembari melangkah masuk ke dalam mobil.Meski lelah, namun Rashi tak mau menunjukkan itu semua di depan Maya. Ia ingin mamanya melihat dirinya dalam keadaan yang selalu ceria.Sesampainya di rumah ternyata mamanya sudah menyediakan makanan dan menunggunya di meja makan.“Loh mama udah masak? Ini aku juga baru aja belanja bahan makanan, Ma.”“Iya, Mama belanja di pedagang sayur yang lewat. Yuk, kamu mandi dulu, habis itu kita makan.”“Oke, Ma. Waah … harum sekali, Ma.”“Iya, Nak, mama masak makanan kesukaan kamu.”“Mama tau kalau aku suka sekali makan opor ayam?”“Tahu, mama tanya sama mama Indah.”“Makasih, ya, Ma!”Suasana baru di rumah itu membuat Rashi merasa sangat nyaman. Meskipun biasanya ia tinggal bersama keluarga Indah yang selalu ramai terutama riuhnya suara kecerewetan Nadira,