Share

Bab 6 : Andrew di Penjara

Kekisruhan rumah tangga antara Susetyo dan Jessica membawa serta keluarga Subroto bersama putri semata wayangnya. Dimana, hasil akhir perseteruan antara Susetyo dan Jessica berakhir damai sebelum masuk ke dalam persidangan cerai. Berita tentang berdamainya Susetyo dengan Jessica membuat Luna murka atas langkah pamannya sendiri. Hingga wanita cantik yang sedang berada di kantor pun, berkeluh kesah pada Subroto saat berita tersebut di dengarnya.

“Susah Pa... Kalau om Setyo udah tergila-gila sama nenek lampir itu. Nyesel banget bela-belain ke sekolah Dinda, ngomong ini dan itu sama kepala sekolahnya, hasil akhir damai. Ih! Kesel banget kalau ingat. Lagian kenapa juga Om Setyo percaya sama istrinya? Paling lelaki itu masih tetap jalan sama istrinya,” kesal Luna melampiaskan unek-uneknya dalam sambungan telepon.

“Mungkin mereka masih berjodoh. Kasihan juga sama Dinda dan Dini kalau nggak punya mami yang urus mereka,” bela Subroto yang masih berpikiran positif.

“Aduh..., Papa ini ... Masih aja percaya sama wanita berhati iblis itu. Pokoknya, Luna nggak mau lagi berurusan dengan mereka. Titik!” bantah Luna atas pernyataan Subroto.

Tok ... Tok ... Tok ...

Terdengar ketukan pintu dari luar ruang kerja Luna, hingga membuat wanita cantik itu menutup pembicaraan dengan Subroto seraya berkata, “Pa..., udah dulu yaa. Luna mau lanjut kerja. Ingat Papa harus makan dan minum obat.”

“Bu Luna...,” panggil Cintya, sekretaris pribadi Luna dari luar ruang kerjanya.

“Ya masuk,” perintah Luna pada seseorang yang mengetuk pintu ruang kerjanya.

“Maaf Ibu..., ada seorang lelaki bernama Pak Andrew ingin menghadap....”

Belum sempat Luna menolak kedatangan lelaki tersebut, lelaki bernama Andrew telah menyerobot masuk, hingga membuat Siska yang berada di ruang kerja Luna marah dan menghardik lelaki tersebut.

“Tolong keluar dulu Pak! Bapak ngerti tata krama!” teriak Cintya kala lelaki yang ingin bertamu untuk bertemu Luna menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya.

Luna yang terkejut oleh kehadiran Andrew ke ruang kerjanya langsung berteriak dan memerintahkan Citnya dengan berkata, “Tya, panggil satpam! Cepat! Tolooong!”

Dengan gerak cepat, Cintya yang melihat ketakutan pada diri Luna, langsung mendorong kuat tubuh atletis lelaki tampan itu untuk keluar, seraya berkata, “Tolooong....! Siapa pun yang ada di luar...., Tolooong!”

Luna yang awalnya berdiri dekat jendela kaca, secepat kilat menghubungi sekuriti di lantai itu lewat sambungan telepon direct. Dan respons atas sekuriti di gedung itu pun demikian cepat. Dalam hitungan menit, sekuriti di gedung tersebut telah datang ke ruang Luna di saat Andrew mendekati tubuh Luna yang terus menghindar dari lelaki tersebut hingga membuat beberapa buku yang tertata rapi di ruang tersebut berjatuhan.

“Stop! Jangan bergerak!” perintah seorang sekuriti yang masuk ke dalam ruang kerja Luna dengan mengarahkan sebuah pemukul yang diarahkan ke Andrew.

“Dia calon istri saya, Pak!” jawab Andrew memandang ke arah sekuriti.

Kesempatan itu diambil oleh Luna yang berada di sudut dinding untuk berlari ke arah Cyntia dengan memberi aba-aba pada Luna. Dan Andrew yang melihat Luna berlari ke arah Cintya pun mengejar wanita cantik tersebut. Namun, Cintya yang melihat Andrew turut bergerak ke arahnya mengambil vas bunga yang terbuat dari kaca dan melempar ke lelaki tampan itu, saat semakin mendekati Andrew. Sesaat kemudian.

BRUG...! PRANK...!

Sebuah vas bunga terbuat dari kaca pecah jatuh setelah dilempar ke tubuh Andrew di saat Luna telah berhasil keluar dari ruang kerjanya. Sedangkan, sekuriti yang melihat pergerakan Andrew berlari keluar untuk mengejar Luna, langsung menarik tangan lelaki tersebut dan secepat kilat memborgol tangannya.

Lalu, dengan dengkulnya sekuriti itu pun melumpuhkan Andrew. Lelaki tampan itu jatuh terduduk saat dengkul sekuriti tersebut mengenai bagian perutnya. Sesaat kemudian, keadaan di lantai tersebut seketika ramai oleh beberapa staf yang bekerja di perusahaan Luna dan pada perusahaan lain yang ingin melihat kejadiannya. Sekitar sejam kemudian, seorang polisi mendatangi terjadinya perkara dan membuat garis polisi pada ruangan Luna, tempat terjadi perkara.

Kemudian, atas permintaan polisi yang hadir ke lokasi baik Luna, Cyntia, Sekuriti dan beberapa orang yang mendengar dan melihat peristiwa tersebut ikut ke kantor polisi, termasuk Andrew.

Sesampai di kantor polisi, Luna dan Andrew ditanyakan duduk perkara yang terjadi di antara mereka, maka tak mau Luna pun membuka perkara awal antara ia dan Andrew, hingga menyeret nama Jessica sang tante yang punya hubungan khusus dengan Andrew.

Penyidik yang menginterogasi Andrew pun, menghubungi Jessica sebagai pemicu terjadinya peristiwa. Sementara Luna sendiri, diminta untuk memberikan barang bukti berupa saputangan yang digunakan oleh Andrew untuk membiusnya.

“Selamat pagi, kami dari kepolisian ingin berbicara dengan Ibu Jessica. Apa benar ini dengan Ibu Jessica?” tanya seorang polisi.

“Ya benar, saya Jessica. Dari kepolisian? Ada apa ya Pak?” tanya Jessica yang kala itu tengah berada di dalam mobil bersama Susetyo.

“Silakan Ibu ke kantor polisi Jakarta pusat, ada yang ingin kami konfirmasikan. Saya tunggu itikad baik Ibu sebagai saksi. Tapi, jika Ibu tidak mengindahkan telepon ini, kami akan melayangkan panggilan lewat surat resmi,” tegas seorang polisi dalam sambungan telepon.

“Baik Pak, sekarang saya akan ke sana,” jawab Jessica yang tak menduga kalau dirinya akan jadi saksi kasus Andrew dan Luna.

Sekitar empat puluh menit kemudian, mobil yang membawa Jessica dan Susetyo pun sampai di kantor polisi yang dituju. Lalu, Jessica pun melaporkan kedatangannya pada polisi yang berjaga di bagian depan. Sesaat kemudian, Jessica dan Susetyo pun diantar oleh seorang polisi menuju ruang interogasi. Mereka sangat terkejut, saat dilihat Luna dan Andrew ada di ruangan tersebut bersama sekitar 4 orang lainnya.

Jantung Jessica berdetak keras, saat melihat Andrew melirik ke arahnya. Lalu, dengan kepiawaiannya, Jessica langsung berujar sembari menunjuk ke arah Andrew.

“Luna ... Apa lelaki jahat ini melakukan kejahatannya lagi? Pak polisi, ini memang lelaki jahat yang hampir memperdayai keponakan saya!” ujar Jessica menunjuk ke arah Andrew sebelum pihak kepolisian menanyakan apa pun yang terjadi pada dirinya.

Luna sangat terkejut dengan apa yang dikatakan, Jessica. Begitu juga dengan Andrew, bahkan bola mata lelaki itu hampir saja lompat dari tempatnya saat Jessica dengan tenang menyerang dirinya, usai diterima oleh Susetyo ke rumah mewahnya.

Mendengar kesaksian Jessica yang dengan mudah memutarbalikkan fakta, membuat Luna yang awalnya ingin menangkis kesaksian Jessica diminta oleh Susetyo untuk mengikuti langkah istrinya dalam memenjarakan Andrew dengan berbisik tepat di telinga Luna.

“Luna, tolong ikuti saja jalan cerita tantemu. Tolong jaga kehormatan Om. Tolong Om, Luna,” bisik Susetyo saat Jessica sedang memberikan keterangan pada polisi.

Sekitar 30 menit kemudian, polisi pun menetapkan Andrew sebagai orang yang melakukan penyerangan pada Luna karena ditolak cintanya, berdasarkan keterangan Jessica dan ditahan di kantor polisi sampai kasusnya dilimpahkan ke pengadilan.

Luna yang sebenarnya ingin menyeret Jessica dalam kasusnya, mengurungkan niatnya usai Susetyo sang paman memohon padanya. Sampai akhirnya, Jessica mengucapkan terima kasih pada beberapa staf Luna yang jadi saksi atas penyerangan Andrew.

“Saya sebagai Tante dari Luna, mengucapkan terima kasih pada semuanya yang udah menjaga keponakan saya di kantornya,” ucap Jessica sembari menyalami beberapa staf dan saksi dari perusahaan lain yang mendengar suara Luna meminta tolong.

Namun, saat Jessica memeluk Luna sebagai rasa syukurnya, wanita cantik berusia 48 tahun itu justru berkata kasar.

“Dasar perawan tua! Beraninya kamu menjebloskan Andrew ke penjara. Aku bersumpah akan membuat hidupmu sengsara...,” bisik Jessica sembari memeluk Luna dengan suara yang ditekannya sedemikian rendah.

Detak jantung Luna seketika berdetak kencang. Wanita cantik itu pun menelan salivanya dan membalas perkataan Jessica dengan tersenyum sinis. “Dasar wanita jalang! Aku malu menyebutmu keluarku. Pelacur!”

Setelah itu, Luna keluar bersama Siska bersama sekuriti dan beberapa staf dengan menggunakan tiga mobil kala jam menunjukkan pukul dua siang. Saat Luna berada di luar, wanita cantik itu pun berkata pada sopirnya dan staf yang ikut bersamanya.

“Sebagai ucapan terima kasih, saya ingin mengajak semua teman-teman untuk makan siang bersama, gimana, setuju...?” tanya Luna memandang ke orang-orang yang saat ini ada di sekitarnya.

“Setujuuuu...!” jawab mereka serempak.

Lalu, ketiga mobil yang di pakai oleh mereka pun meluncur ke restoran yang di rekomendasikan oleh Luna sebagai ungkapan rasa syukur atas pertolongan dari orang-orang di sekitarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status