Share

Ayah Tiri

Matahari pukul setengah sebelas terasa sangat menyengat. Angin yang bertiup semilir tidak mampu mengenyahkan titik-titik keringat yang membasahi dahi Sabrina. Wanita itu sedikit terengah-engah karena jarak dari rumah ke sekolah Alifa harus ditempuh dengan berjalan kaki selama sepuluh menit.

Alifa keluar dari ruang kelas dengan wajah murung. Tidak biasanya, batin Sabrina. Biasanya, gadis kecil itu akan tersenyum lebar dan berlari sambil merentangkan kedua tangan ke arah mamanya. Lalu, dalam perjalanan pulang, dia akan menceritakan semua kegiatan di sekolah.

“Alifa kenapa, Sayang?” tanya Sabrina ketika anak itu sampai di hadapannya.

Alifa menggeleng, tetapi bibirnya tetap cemberut. Dia menolak beradu pandang dengan Sabrina. Air matanya menggenang seakan-akan siap tumpah kapan saja.

Wanita berjilbab ungu itu berjongkok hingga tingginya sejajar dengan Alifa. Dia mengelus rambut anaknya yang dikuncir kuda.

“Mau cerita sendiri atau Mama tanya ke Bu Guru?” tanyanya dengan nada lembut.

Dia kh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status